Pulang ke rumah

96 28 1
                                    

Setelah 2 hari mendapatkan perawatan di rumah sakit kini Alua pulang bersama Salman ke rumahnya lebih tepatnya rumah Alia, mereka turun dari taxi lalu berjalan menuju rumah sederhana dengan berbagai tanaman bunga disana.

"Ini rumah kita?" tanya Alua pada Salman yang masih setia menuntun nya berjalan dengan sangat hati-hati.

"Iya ini rumah kita, liat deh banyak bunga yang kamu tanam disini, kamu kan suka bunga sayang," jawabnya sambil merangkul tubuh Alia dengan seutas senyum manis membuat Alua merasa sedikit canggung.

"Emm sejak kapan gue suka bunga? Yang ada gue alergi ama bunga jadi tolong nanti lo buang aja ya bunga-bunganya," pintanya pada Salman yang di balas dengan rautan wajah penuh keheranan.

"Kamu serius mau buang bunga-bunganya? Ini kamu yang beli sendiri lho, kenapa harus di buang? Kan sayang," ujar Salman.

"Kan gue udah bilang kalo gue alergi bunga! bukannya seneng gue malah bersin tiap deket bunga, jadi pleaseee lo buang aja deh semua bunganya," kesal Alua.

"Iya dehh iya, sekarang kita masuk rumah dulu ya kamu kan masih harus istirahat sayang."

"Hmmm ya," sebenarnya agak risih sih di panggil sayang sama suami orang tapi mau gimana lagi Alua harus menerima itu semua sekarang.

Mereka memasuki rumah yang didalamnya terlihat cukup luas tidak seperti luarnya yang mungkin kelihatan kecil namun ternyata dari dalam ruangannya sangat luas, cukup untuk menampung beberapa orang disini.

Alua mulai melihat-lihat isi rumah tersebut dengan perasaan keponya dan terkejut saat ada sebuah bingkai foto pernikahannya dengan Salman, apakah benar Alua memiliki kembaran? Tapi bagaimana bisa? Sedangkan bunda ataupun ayahnya saja tidak pernah menceritakan soal saudara kembar kepadanya, ia hanya memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Alansky Zain.

"Woi cowok!" panggilnya pada Salman, ahh dia lupa nama suami Alia itu.

"Aku Salman sayang kamu lupa hmm?" tanya Salman saat merasa jika ialah yang dipanggil.

"Ahh iya Salman gue mo nanya sesuatu."

"Sebelum bertanya alangkah baiknya kamu ubah panggilan kamu ke aku dengan mas Salman seperti dulu sebelum kamu masuk rumah sakit ya," pinta Salman padanya yang di balas dengan memutar bola mata malas.

"Ya ya ya, mas Salman gue mo nanya sesuatu."

"Eitsss mulai sekarang jangan panggil lo-gue tapi aku-kamu biar gak dikira durhaka sama suami," pinta Salman sekali lagi.

"Iya iya udah, mas Salman aku mau nanya sesuatu ke kamu," ucapnya lagi dengan nada malas.

"Mau nanya apa hmmm?"

"Ini foto pernikahan kita kan?" tanyanya dan di balas anggukan kecil oleh Salman.

"Terus ini kapan acaranya berlangsung? Dan kenapa kita bisa menikah sampai aku hamil gede gini? Apa kita pacaran lalu menikah atau jangan-jangan karena perjodohan?" ujarnya dengan penuh pertanyaan.

Salman menggeleng tanda itu semua tidak benar, ya memang tidak benar jika mereka menikah karena berpacaran atau perjodohan.

"Engga itu semua gak bener! Kita menikah karena aku yang melamar kamu lewat jalur ta'aruf, aku sudah lama suka ke kamu sejak kita ada di pondok pesantren dan dari situ aku menunggu waktu yang tepat untuk melamar kamu. setelah menunggu cukup lama sampai aku bener-bener siap secara mental dan finansial akhirnya aku datang ke rumah kamu,aku temui ummi dan abah alhamdulillah mereka merestui dan kamu pun menerima lamaran dari aku,akhirnya kita pun menikah tepat di hari ulang tahun kamu yang ke 21 tahun kemaren," Jawabnya panjang lebar.

TRANSMIGRATION OF TWINSWhere stories live. Discover now