"Kalian ingin pulang? Bahkan ini belum tengah malam untuk fireworks, Harry!" Erica bersungut kesal. Melihat tingkahnya, meskipun sudah berumur dua puluh lima tahun, dia terlihat masih belasan dari tingkah dan juga postur tubuhnya.

"Kami berdua sibuk, Erica. Mengertilah, lagi pula aku sudah berpamitan dengan yang lain, dan mereka sama sekali tidak keberatan." Balas Harry tenang.

"Baiklah kalau begitu."

Aku tersenyum dan berpamitan pada para sepupu Harry. Setelah itu Harry langsung menarikku agar mengikutinya. Kami berdua keluar tempat acara dan berjalan menuju meja resepsionis, ku kira awalnya kami berdua akan pulang ke rumah orang tuanya, tetapi aku salah, justru Harry sudah memesan sebuah kamar Hotel.

"Ini Mr. Styles kunci anda." Seorang wanita cantik berambut pirang yang berada di belakang meja resepsionis langsung memberikan sebuah kartu kamar pada Harry dengan senyum sedikil nakal.

"Terima kasih, Wanda."

Sedikit kesal melihat wanita pirang yang berama 'Wanda' itu tersipu saat Harry mengucapkan namanya.

Harry menggiringku untuk segera masuk ke dalam lift. Entah jenis kamar apa yang telah di pesan olehnya. Kami berdua sama-sama diam tidak mengeluarkan kata sedikit pun sampai kami sudah berada di dalam kamar yang terletak di lantai 23. Jenis kamar yang di pesan Harry sangat mewah dan berkelas, padahal hanya untuk menginap semalam saja. Tapi pastinya seorang Harry tidak mungkin memesan kamar yang biasa-biasa saja.

Harry masih sibuk di depan, sedangkan aku makin masuk ke dalam kamar dan melihat perabotan yang tersedia. Sebuah ranjang King Size, meja rias yang besar dan perabotan pelengkap lainnya. Aku berjalan dan langsung duduk di tepi ranjang, merasakan empuknya ranjang dan menepuk-nepuknya. Maklum, aku sama sekali belum pernah masuk ke dalam kamar hotel yang berkelas seperti ini.

Apalagi kamar ini terlihat seperti Honeymoon suite, melihat ada taburan kelopak mawar di atas ranjang dan juga lilin-lilin yang menyala romantic.

Aku melepaskan louboutin yang aku pakai dan melemparkannya sembarangan, sedangkan Harry baru saja berjalan masuk dan segera membuka jas, kemeja dan dasi yang dia pakai.

"Kenapa kau selalu membuatku panik?" Tanyaku sedikit menuntut. Pikiranku langsung melayang saat diriku sedang di lelang dan Harry sama sekali tidak memperdulikanku. "Dan kenapa kita harus meninggalkan acara? Ini bahkan masih jam setengah dua belas malam, Harry."

Harry dengan setengah telanjang berjalan ke arah ku dengan badan tegak, dan saat sudah sampai di depanku, Harry membungkuk sedikit dan mendekatkan wajahnya padaku.

"Tidak berniat seperti itu, hanya saja ada masalah kecil yang harus di urus." Jelas Harry, lalu mendorong kedua bahuku, sehingga aku berbaring di atas ranjang. "Lagipula aku ingin melanjutkan aktifitas kita yang terganggu tadi."

"Jelaskan sekarang padaku dulu." Rajukku dengan memainkan rambut ikal Harry.

"Maaf jika aku membuatmu panik tadi, aku sedang menghubungi Liam untuk menghapus aktifitas kita di lift yang tertangkap oleh cctv."

"Astaga! Cctvnya, lalu bagaimana?"

"Semua sudah clear oleh Liam jadi kau jangan khawatir lagi." Harry memberikan senyuman mautnya padaku. "Sepuluh menit lagi."

"Apa?" Tanyaku bingung.

"Fireworks yang kau inginkan."

Harry langsung mencium bibirku dengan sensualnya, kedua tanganku di bawahnya ke atas kepala agar aku tidak bisa menyentuhnya, itu membuatku frustasi, apalagi Harry terus menggoda bibirku. Kami berciuman dan saling menggigit bibir satu sama lain, apalagi tangan kanan Harry yang sudah menggerayangi tubuhku.

ESCAPEWhere stories live. Discover now