Bab 11 - Aku Akan Mencari Jill dan Mengajaknya Pacaran

78 11 1
                                    

Sekali lagi, bantuan selalu datang di waktu tepat. Saat masih galau akan arah tujuan, Pak Carlos menelepon dan menawari pekerjaan di Tasikmalaya sebagai pelayan kafe yang juga menyediakan fasilitas tempat tinggal. Tentu saja tanpa perlu berpikir panjang, Jill langsung menerima. Yang penting, harus keluar dari Jakarta sesegera mungkin.

Jill membaca kembali pesan dari Rayn yang diterimanya kemarin, memintanya untuk menelepon setelah begitu banyak panggilan dari asistennya yang sengaja tidak dijawab. Dia belum memblokir nomor Rayn dan asistennya karena masih berharap mendapat kabar balasan dari Jack.

***

"Apa? Belum ketemu juga? Kalian memang tidak becus! Masa melacak gadis kampung saja, perlu waktu berhari-hari?" Olive sangat putus asa, emosinya tidak terkontrol.

"Maaf, Bos. Pak Bos sudah kami ikuti ke mana pun. Lala, Esti dan pemilik warkop juga kami ikuti, hasilnya tetap tidak terlacak. Mungkin dia sudah pergi jauh."

"Banyak alasan! Cepat cari lagi dan segera temukan! Kalau tidak, kontrak kalian tidak akan kuperpanjang."

"Baik, Bos." Para pengawal saling menatap, juga dengan pandangan putus asa. Ke mana lagi mereka harus mencari? Jill seperti tertelan bumi.

Sebenarnya bukan itu yang membuat Olive stres berat, Rayn yang sudah seminggu tidak menghubungi, mulai membuatnya khawatir. Pria itu sudah bertindak di luar kebiasaan. Apa maksudnya dengan terus mempertahankan aksi diam?

Ingin sekali Olive menelepon, tapi terlalu gengsi untuk itu. Dia tetap pada pendirian, Rayn berselingkuh dan harus menjadi pihak pertama yang meminta maaf. Walaupun kangen berat, dia belum mau berdamai dengan mudah. Semoga Rayn benar-benar kapok dan akan mengingat dengan baik kekejamannya kali ini, agar tak lagi melakukan hal yang sama setelah mereka resmi menikah.

***

Pesta ulang tahun Mia yang akan berlangsung besok malam adalah kesempatan Olive untuk bertemu Rayn. Sampai dengan siang ini, 31 jam menuju waktu yang tertera di undangan, Rayn belum juga menghubungi.

Sebagai pasangan yang dikenal oleh sebagian besar undangan, akan menjadi pertanyaan panjang dan meninbulkan gosip bila mereka tidak datang bersama. Orang tua mereka kemungkinan besar juga akan hadir, itu semakin menambah kepanikan Olive. Dia harus segera menghubungi Rayn!

Rayn tidak menjawab telepon, Olive sangat mengerti bahwa itu disengaja. Dari pengawal yang masih terus mengikuti, dia tahu Rayn sedang berada di kantor. Olive pun memutuskan untuk menemuinya di sana. Bertemu di kantor akan membawa keuntungan untuknya, setidaknya Rayn tidak bisa menunjukkan kemarahan karena dia tipe pria yang sangat menjaga wibawa di depan bawahan.

"Aku mau bertemu Rayn," ucap Olive cuek sambil melewati meja Rinto yang segera bangkit untuk menghalangi langkahnya.

"Tunggu dulu, Mbak."

"Apa-apaan ini! Sejak kapan aku harus menunggu untuk bertemu Rayn?" Suara marah Olive berhasil memancing perhatian.

"Pak Rayn sedang ada tamu."

Olive batal memutar hendel pintu. "Masih lama?" tanyanya dengan suara mulai tenang. Karena terlalu emosi, terlanjur berpikir bahwa Rayn telah memberi perintah untuk melarangnya masuk ke ruang kerja.

"Harusnya selesai dalam sepuluh menit. Pak Rayn ada rapat lain."

Memang susah menemui Rayn di kantor karena itu Olive jarang sekali datang ke mari. Rayn memang mencintainya, tetapi dia tetap tidak bisa leluasa menemui Rayn saat jam kerja. Hari-hari Rayn selalu penuh dengan jadwal ketat, tidak ada celah untuk urusan pribadi. Karena itu Rayn selalu pulang tepat waktu untuk bersantai, menghilangkan kepenatan. Dan waktu santai itu adalah miliknya.

PARTNER IN CRIMEWhere stories live. Discover now