Bab 5 - Teror Belum Berakhir!

262 73 1
                                    


Seperti biasa, selalu ada jalan keluar. Warkop di belakang kos-kosan membutuhkan pelayan, Esti menawarkan Jill yang tentu saja langsung disambut dengan suka cita oleh Mas Yanto-pemilik warkop. Kapan lagi bisa mempunyai karyawan dengan tampang super, iya kan?

Jill memang tidak dalam posisi bisa memilih-milih pekerjaan, asalkan halal pasti akan dilakoni. Sekarang dia membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup, bukan untuk membangun karir. Dan yang terpenting, warkop dengan standar lumayan ini, jauh dari jangkauan orang-orang yang mungkin dikenalnya dari masa lalu.

"Selamat pagi, mau pesan apa Abang-abang?" Mereka tidak mau dipanggil bapak.

"Adek ini dari kemarin Abang lihat, pakai masker terus."

Jill tertawa. Memang sekarang sudah boleh bebas melepas masker tapi dia enggak kuat dengan bau asap rokok. "Saya penderita asma." Jawaban yang selalu diberikannya.

"Penasaran aku pengin lihat hidungmu, Dek."

Jill ikut tertawa bersama mereka. "Bentuknya sama kok seperti hidung Abang, tapi kecilan dikit dan tidak lebar." Serentak tawa meledak lagi yang menghadirkan senyum di bibir Yanto. Omset naik lumayan signifikan sejak Jill bekerja.

Baru seminggu Jill bekerja dan merasa sangat betah. Pekerjaan jauh lebih ringan dan santai dibanding department store, di sini bebas bercanda dan tertawa. Ada perbedaan gaji yang lumayan tapi tertutupi dengan makan yang disediakan. Warkop buka pukul enam pagi dan hanya sangat padat di jam-jam tertentu. Saat sepi, mereka diizinkan beristirahat secara bergiliran.

***

Raynar melihat ke sebuah foto yang diperlihatkan Olive dari ponselnya. Dia dan seorang wanita berseragam ungu duduk semeja dengan mata saling menatap. Foto yang menurut Olive adalah bukti perselingkuhannya, setelah tak berhenti menuduh tanpa bukti dan menuntutnya untuk mengakui.

"Masih mau mengelak?" Olive kesal sekali melihat wajah Rayn yang terlalu tenang.

"Ya. Aku sering duduk semeja bersama banyak wanita, kenapa harus wanita ini yang kamu permasalahkan?" tanyanya dengan nada tinggi dan raut wajah kesal setelah menyadari satu hal.

"Karena aku tidak kenal dia!"

"Oh, jadi harus banget kamu mengenal semua wanita yang aku jumpai?" Terus terang dia juga tidak ingat foto itu kejadiannya di mana dan wanita itu siapa.

"Jelas, dong. Aku calon istri kamu!" Olive semakin sewot dengan reaksi Rayn yang hanya mengangguk-angguk.

"Aku sudah memilih kamu dan kita sedang dalam tahap mempersiapkan pernikahan. Apa itu tidak cukup?"

Pertanyaan Rayn dengan tatapan mesra dan suara yang melembut, sedikit menggoyahkan keyakinan Olive. "Jadi kamu tidak berselingkuh dengan Jill?"

"Siapa Jill?"

"Kamu tidak ingat namanya?"

Rayn menggeleng dengan otak berputar, seingatnya tidak ada seorang pun mantan selingkuhan yang bernama Jill. Siapa Jill yang dimaksud Olive? Wanita berseragam ungu itu? Lantas ada urusan apa sampai mereka bisa duduk semeja?

"Kamu bohong! Pasti kamu sedang mencoba mengingat nama mantan-mantan kamu."

Rayn hanya merespon dengan tarikan napas berat, tak berniat meredakan kegalauan Olive yang cukup memusingkan. Apa pun jawabannya, pasti tidak dipercaya. Apa dia sedang datang bulan? Kecurigaannya sangat tidak beralasan.

"Jawab pertanyaanku! Kalau kamu hanya diam, berarti iya!"

"Bagaimana kalau kita menikah sekarang saja? Aku akan tanda tangani perjanjian pra nikah, sekarang juga. Apa kamu akan percaya?"

PARTNER IN CRIMEWhere stories live. Discover now