Bab 10 - Serangan Tengah Malam

72 10 1
                                    

Semua sudah beres, barangnya yang tak seberapa sudah dimasukkan kembali ke dalam tas, semoga ini adalah kepindahan yang terakhir. Lala juga sudah memesan tiket, besok pagi mobil akan menjemput dan mengantar langsung ke tempat kos di Bandung.

Walaupun belum pernah menginjakkan kaki di Bandung, tapi Jill sangat optimis akan betah dan segera mendapatkan pekerjaan baru. Kebahagiaan akan segera terbebas dari teror dan terlepas dari membebani orang lain, membuatnya sukar terlelap.

Jill bangkit dari tempat tidur dan keluar ke balkon kamar sementaranya yang terletak di lantai tiga. Selama tinggal di sini, belum pernah dia masih terjaga selarut ini. Keindahan langit malam dengan bulan berukuran nyaris bulat sempurna, begitu menghipnotis. Kesenyapan menghadirkan penggalan-penggalan memori di masa lalu yang selalu tak ingin dikenang.

“Kamu wajib menerima pilihan Mama dan Papa. You have no right to refuse. Bear that in your mind!” ucap wanita cantik itu dengan nada marah dan jari telunjuk menyentuh keningnya.

“Never! Over my dead body!” Dia menepis kasar sambil berteriak dengan tatapan menantang. Wanita yang dipanggil dengan sebutan Mama itu malah tertawa.

“Kami penguasa rumah ini dan pemilik apa yang kamu punya. Tidak senang? Tidak mau mengikuti aturan? Okay! You know what you have to do!”

Dengan kata lain, dia harus memilih untuk keluar dari rumah. Pengusiran terselubung untuk membuatnya menyerah dan menerima pria yang dia tahu memiliki banyak wanita. Pria yang terlihat sangat bersahaja, tipe yang bisa meluluhkan hati para ibu, yang berhasil mengenakan topeng dengan sempurna.

Kesenyapan tiba-tiba terusik dengan suara mobil yang berhenti tepat di depan pintu pagar, sebuah MPV berwarna hitam. Apa tujuan mereka? Apa mungkin tamu Rayn yang berkunjung pukul dua dini hari? Kalau benar, seharusnya Lala sudah tahu. Dan saat seorang pria tegap keluar untuk membuka pintu pagar, Jill langsung bisa menebak siapa yang datang.

Dia segera bergerak cepat, menyambar tas dan berlari turun ke lantai bawah tanpa sempat pamit ke Lala yang pasti sudah tertidur. Itu Toyota Alphard milik Olive!

Jill bersembunyi di belakang rumah sambil mengintip, menunggu saat yang tepat untuk berlari ke pagar. Dia tidak boleh gegabah, halaman yang tanpa pelindung akan dengan mudah menampakkan keberadaannya.

“Periksa setiap sudut, jangan sampai dia lolos. Gerak cepat, go!”

Suara Olive masih terdengar olehnya sebelum mereka masuk ke rumah. Jill segera mengendap ke halaman belakang menuju pagar tembok setinggi tiga meter. Hal pertama yang dilakukannya adalah melempar tas keluar pagar, lalu mulai memanjat pohon mangga dengan cekatan dan melompat keluar. Pendaratan sempurna, nanti dia akan berterima kasih kepada Jack yang telah mengajarinya memanjat tanpa sepengetahuan Mama.

***

Mereka sudah mencari ke setiap ruangan, bahkan ke semua tempat yang memungkinkan untuk bersembunyi, tapi tak menemukan Jill. Ada jejak di kamar lantai tiga, tempat tidur seperti baru saja ditiduri dengan posisi selimut terbuka. Tapi Lala membantah bahwa dialah yang terkadang suka tidur di situ.

“Kalau ketahuan bohong, kamu akan kupecat!” ancam Olive yang tidak puas dengan jawaban Lala yang terus membantah. Lala ini agak spesial, mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan Rayn dibanding ART lain.

“Sumpah, Mbak!” Lala yang tak gentar, menjawab dengan cepat untuk menyembunyikan syok yang belum hilang. Jantungnya masih berdetak cepat, kalau tak segera mendengar suara Olive, mungkin dia sudah terkena serangan jantung.

Bagaimana tidak? Dia sedang terlelap saat tiba-tiba terdengar suara pria di sebalik pintu kamar yang mengedor dengan tak sabar. Bahkan untuk berganti daster tidur kesayangannya saja yang sudah sobek di kedua belah bagian ketiak, tak sempat.

PARTNER IN CRIMEWhere stories live. Discover now