Chapter 28

9.7K 535 0
                                    

Prilly POV

Masa kehamilanku sudah menginjak 6 bulan, perutku sudah mulai terlihat. Pipi dan lenganku mulai terlihat membengkak, aku mulai gendut. Sepertinya setelah aku melahirkan, aku akan merawat tubuhku kembali.

Aku bersyukur bisa mendapatkan kepercayaan dari Tuhan dengan cepat. Ini hasil dari pernikahanku, aku akan menjadi seorang ibu, anak yang ku kandung dari laki-laki yang aku cintai.

Semenjak hamil aku lebih banyak istirahat dirumah ketimbang bekerja sebagai penyiar radio malam hari. Dokter mengingatkanku agar aku lebih banyak beristirahat dirumah, menjaga kehamilan pertamaku.

Ali sebagai calon ayah tidak pernah lupa akan tugasnya sebagai suami, dia lebih sering meluangkan waktunya untukku, menemaniku saat makan siang atau pulang lebih cepat dari studio rekamannya. Aku bangga memiliki suami seperti Ali. Calon ayah yang baik bagi anakku.

Sejauh kehamilanku ini, aku tidak pernah meminta hal-hal yang aneh pada Ali. Cara ngidamku tak pernah seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Aku hanya ingin Ali tetap ada di sampingku menjagaku, itu saja. Tapi entah mengapa malam ini aku sangat menginginkan bubur ayam yang berada di depan komplek. Merasakan bagaimana hangatnya bubur masuk kedalam mulutku. Ini pasti bawaan bayi. Tak tega tengah malam begini aku membangunkan Ali yang tertidur pulas. Ali baru pulang jam 11 malam tadi, dan kini aku menginginkan bubur ayam jam 1 malam. Aku mengusap perutku. Tolonglah nak jangan meminta hal yang tak mungkin, lihat ayahmu sedang tertidur dengan pulas. Ali pernah bilang padaku, kalau aku butuh sesuatu aku harus bilang padanya, tapi aku tak tega jika harus membangunkannya. Kulirik Ali sebentar dan bangun dari tidurku, mengambil jaket warna abu yang menggantung di lemari. Aku memutuskan untuk membeli bubur itu sendiri.

Aku membuka pintu kamar, berjalan keluar pintu kamar dengan sangat hati-hati. Aku tak mau Ali bangun dan memarahiku karena tingkah bodohku. Belum sempat aku membuka pintu utama, ada seseorang di belakang sana yang sedang berdehem ria.

"Mau kemana?" Suara itu milik suamiku.

Aku hanya bisa berbalik dan tersenyum kuda padanya.

"Aku kan udah bilang, kalau km butuh sesuatu bilang sama aku" ucapnya lagi.

"Aku gak tega harus bangunin km jam segini"

"Kalau km ada apa-apa, aku yang menyesal nantinya. Km lihat kan jam berapa sekarang?" Aku hanya menahan senyum dan memasang muka kasian padanya. Semenjak aku hamil, Ali menjadi lebih posesif. Aku tahu dia khawatir dengan kehamilanku.

Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, dia masuk ke dalam kamar dan kembali dengan jaket tipisnya berjalan menghampiriku. Kini dia tepat di depanku, aku masih tersenyum manja.

"Mau kemana?" Tanyanya datar. Aku tahu dia kesal padaku.

"Mau bubur ayam" jawabku memelas sambil mengelus perutku.

Dia tersenyum dan menggandeng tanganku keluar rumah.

Aku masuk kedalam mobil sambil tersenyum. Ali belum berkata apa-apa lagi. Mukanya masih terlihat muka bantal. Demi aku dan bayiku, dia rela menyetir mobil tengah malam begini.

Sampai di tukang bubur. Ali menggenggam tanganku posesif, menyuruhku duduk, sedangkan dia memesan bubur ayam yang kuinginkan.

Tak lama bubur ayam kini ada di depan mataku. Aku hanya memandanginya, belum berani memakannya. Ali hanya melihatku bingung.

"Kok gak di makan?" Tanyanya singkat.

"Hem aku maunya di suapin kamu" jawabku tersenyum manja.

Ali hanya menggelengkan kepalanya dan terkekeh kecil.

On RadioWhere stories live. Discover now