Chapter 24

11.7K 648 6
                                    

Ali POV

Suasana makan siang jadi sangat sunyi, hening. Prilly terlihat salah tingkah atas permintaan mama tadi, lebih tepatnya bukan salah tingkah tapi gelisah.

"Mama ke belakang dulu ya" ucap Mama yang kini meninggalkan kami berdua di meja makan.

Hening. Hanya suara sendok garpu yang bergesekan dengan piring yang terdengar. Sampai kapan seperti ini? Aku membuka percakapan terlebih dulu.

"Makannya udah? Pulang yuk" ajakku yang dibalas dengan anggukan kecil darinya.

Di mobil......

Dia kenapa? Tak biasanya seperti ini?

"Prilly" ucapku pelan dan lembut.

"Ya Li?" Tanyanya.

"Kita mampir dulu ya sebentar ke puncak, km mau?" ucapku lagi.

"Ngapain? Ini udah sore Li" balasnya.

"Sebentar kok gak lama" ucapku sedikit memaksa.

Tak ada niat untukku menculiknya atau membuat ia bingung dengan ajakanku. Aku hanya ingin tau, seberapa seriusnya ia dengan hubungan kami. Pertunangan sudah kulakukan, dan ia menerimanya. Tapi kenapa, saat ku ajak dia untuk menikah dan menghalalkan segalanya, ia malah tak mau? Jujur saja, aku sedikit emosi dengan penolakkannya yang tak hanya sekali dua kali.

Sesampainya di puncak, kubukakan pintu mobil untuknya. Ku tuntun dia sampai di tepi puncak. View nya sangat romantis, cocok untuk melamarnya sekarang. Aku tak bisa menunggu lagi.

Ku genggam lengan mungilnya erat, aku berlutut dihadapannya. Ku lihat cincin di jari manis sebelah kirinya, masih terpasang, dan akan ku ganti menjadi cincin yang lebih berarti untuk melambangkan cinta kami.

"Prilly Latuconsina, saya Ali Syarief ingin meminangmu. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang saya miliki, saya harap kamu menerimanya. Hubungan yang telah kita jalin selama ini, membuat saya yakin akan cinta yang saya miliki sekarang" ucapku dengan nada cepat dan terdengar seperti tergesa-gesa. Kini jantungku serasa berhenti berdetak.

Prilly menunduk dan tak lama melihatku, "Li, aku mau Li. Tapi aku gak bisa secepat ini, masih banyak yang perlu aku pikirin. Nikah itu gak segampang yang km kira Li, butuh persiapan. Belum lagi setelah kita menikah dan punya anak. Km aja belum kerja sayang, km baru lulus. Emang km gak mau cari kerja dulu?" Tuturnya dengan nada sedikit tinggi. Itu yang membuat aku sedikit kecewa dengan penolakkannya. Aku berdiri, aku tak akan menyerah.

"Aku udah pikirin semuanya. Aku tau pernikahan engga segampang itu dan pasti butuh persiapan. Persiapan untuk pernikahan bisa hampir 6 bulan, dan itu artinya kita masih punya waktu lagi buat pikirin semuanya. Dan untuk masalah pekerjaan, aku udah di kontrak sama salah satu label musik ternama di Indonesia, km tau saat aku ngelamar km di cafe waktu itu untuk meminta km jadi tunangan aku, ada satu produser musik yang minta aku untuk jadi penyanyi di labelnya dan tanpa pikir panjang aku mau. Bahkan minggu depan aku mulai rekaman single perdanaku. Semuanya surprise buat km dan ini menjadi bukti keseriusan aku sama km. Dan itu modal aku Prill, itu yang bikin aku berani nikahin km. Masih banyak hal yang udah aku pikirin tanpa km tau Prill. Aku cinta sama km. Aku cuma butuh jawaban km. Sekarang." ucapku lembut mengelus pipi chubbynya.

"Aku akan tanya lagi sama km. Km mau nikah sama aku dan menjadi nyonya Syarief?" Tambahku dengan serius. Aku menatap manik bola matanya dalam.

Prilly terdiam. Tangannya melepaskan tanganku yang mengelus pipi chubbynya. "Liiii aku gak bisa"

Aku menunduk. Lemas. Rasanya telah terjadi perang dunia ke 3. Aku tersenyum sinis dan membalikkan badanku membelakanginya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Apa yang salah dariku? Apa benar ini terlalu cepat? Apa aku salah mengambil keputusan? Apa apaaaaa? Aku frustasi karna penolakkannya.

On RadioWhere stories live. Discover now