Chapter 27

9.7K 577 0
                                    

Setelah menikah mereka tinggal di Jakarta. Yaa Ali dan Prilly kini lebih memilih ibu kota menjadi tempat untuk mereka menjalani rumah tangganya. Ali yang kini mulai menitik karirnya sebagai penyanyi lebih menyukai Jakarta, pekerjaannya juga yang menuntutnya untuk lebih memilih tinggal di Jakarta. Prilly terpaksa dipindah tugaskan oleh pihak radio di Bandung untuk menjadi penyiar di radio yang sama di Jakarta. Prilly tidak bisa meninggalkan pekerjaan yang sekaligus hobinya itu. Dia sangat mencintai dunia broadcasting. Bukan keinginan Prilly untuk memilih ibu kota, tapi semua ini sesuai keinginan suaminya agar lebih fokus dengan pekerjaannya. Gritte tetap bekerja di Bandung, untuk kali ini Prilly harus rela berpisah dengan sahabat terbaiknya. Kiki sudah lulus dan bekerja, mungkin tak butuh waktu lama untuk Kiki bisa melamar Gritte secepatnya. Mila menjadi istri yang baik untuk Kevin dan dengan telaten ia merawat kandungannya, buah cintanya dengan Kevin. Tak jarang Prilly, Gritte dan Mila saling bertukar kabar lewat media sosial.

Tempat tinggal Prilly dan Ali tak begitu jauh dari rumah kedua orang tua Prilly. Prilly bisa mengunjungi orang tuanya kapan pun ia inginkan.

Pernikahan Prilly yang sudah menginjak 3 bulan semakin hari semakin membawa dampak baik. Terlebih lagi kini ia semakin tau bagaimana baik buruknya Ali, menerima semua kekurangan dan kelebihan suaminya. Begitupun sebaliknya dan itulah yang membuat cinta Prilly dan Ali semakin kuat.

Hari Minggu, saatnya beristirahat bagi mereka dirumah. 6 hari full dengan kegiatan di kota besar membuat mereka sangat menginginkan hari Minggu.

Prilly membuka matanya perlahan, melihat sinar matahari yang terlihat dari balik gorden kamarnya.

"Selamat pagi sayang" sapa Ali yang sudah terbangun lebih dulu, dan memberikan morning kiss pada Prilly.

"Selamat pagi" jawab Prilly. "Mau sarapan apa hari ini?" Ucap Prilly lagi duduk di tepi ranjang.

"Apa aja, apapun yang kamu masak akan aku makan"

"Yaudah bentar yaaa sayang" ucap Prilly mengelus pipi Ali dan segera berjalan kearah dapur.

Rumah yang cukup besar untuk mereka tinggali berdua. Hanya ada asisten rumah tangga yang selalu datang jam 8 pagi untuk mencuci, mengepel dan membersihkan setiap bagian di rumahnya. Urusan masak memasak hanya Prilly lah yang berhak.

20 menit waktu yang Prilly butuhkan untuk memasak, ia sudah siap dengan sandwich tuna dan jus jeruk.

"Ali ayo kita sarapan" teriak Prilly.

Ali berjalan kearah meja makan dan duduk di kursinya.

"Wihhh sandwich tuna" ucap Ali kagum.

"Nih buat km dan ini buat aku" ucap Prilly lalu duduk di kursinya.

Ali selalu memakan masakan Prilly. Bukan hanya karna menghargai jeripayah istrinya yang telah memasak, tapi masakan Prilly memang enak dan selalu membuatnya betah untuk tinggal dirumah. Disaat Ali sibuk dengan pekerjaannya sebagai penyanyi, ia selalu menyempatkan waktu untuk makan siang bersama Prilly. Masakan Prilly selalu pas di lidahnya.

Huwekkk huwekkkk

Prilly segera berlari ke kamar mandi. Rasanya sangat mual, perutnya mendadak merasa tidak enak untuk sarapan.

Prilly's POV

Huwekkk huwekkkk

Aku berlari ke kamar mandi secepat yang kubisa. Aku tak mau muntahan dari mulutku, keluar begitu saja di meja makan. Aku berusaha memuntahkan semuanya namun tak ada yang keluar, rasanya sangat mual, perutku benar-benar tidak enak. Baru beberapa suapan sandwich di mulutku sudah membuat aku semual ini. Apa ada yang salah dari bahan-bahan makananku? Tidak mungkin, aku selalu memilih bahan makanan yang baik. Kalau ini dari bahan makananku, Ali pasti sudah sama-sama berlari ke kamar mandi denganku tadi.

"Sayang kamu gapapa?" Tanya pria tampanku panik.

"Gapapa" jawabku susah payah.

Ali mengusap keningku yang penuh dengan peluh, membawakanku tisue dan menyusut mulutku dengan telaten.

"Li pusing mual" ucapku lalu berdiri.

Ali membantuku untuk berdiri, memegang pinggang dan lenganku, menahannya agar aku tidak terjatuh.

"Sebentar aku ambilin km minum dulu ya" ucapnya lalu kembali dengan segelas air hangat.

"Makasih" ucapku sedikit membaik.

"Kayanya km sakit deh, ke dokter yaa" ucapnya yang sepertinya benar-benar khawatir dengan keadaanku.

"Aku cuma butuh istirahat aja Li, ini pasti cuma masuk angin. 6 hari full siaran malem bisa aja bikin badan aku drop kan?" Aku berusaha menenangkannya.

"Yaudah hari ini aku temenin km dirumah ya" ucap Ali lagi lalu membopongku ke kamar.

14.00 siang.

Aku berbaring di kasurku bersama Ali yang setia menemaniku disini. Ia tak beranjak sedikit pun dari tempat tidur. Aku tau rasa khawatir yang ia rasakan. Aku memakai lengan kekarnya sebagai bantal dan ia membiarkan aku memeluk tubuhnya. Nyaman. Aku memejamkan mataku.

Ada yang aneh. Rasa mual itu datang lagi. Segera aku berlari ke kamar mandi.

Huwekkk huwekkkk

Ali ikut terbangun dan sepertinya mengikutiku. Mual, sangat mual. Kurasakan tangan milik suamiku mengusap-ngusap punggungku. Aku lemas. Dan tak mengingat apa-apa lagi.

Ali's POV

Aku terbangun saat Prilly berlari ke kamar mandi. Kuikuti dia, khawatir terjadi apa-apa. Benar saja, Prilly muntah-muntah seperti tadi pagi. Ku usap punggungnya agar ia sedikit tenang. Kurasakan tubuhnya mulai dingin. BRUK. Prilly pingsan. Bibirnya pucat. Tubuhnya berkeringat dan dingin. Aku panik bukan kepalang. Segera ku angkat tubuh mungilnya ke mobil dan ku lajukan mobil menuju rumah sakit.

*

"Bagaimana dok keadaan istri saya?" Tanyaku langsung saat dokter selesai memeriksa Prilly.

Dokter itu malah tersenyum. Hei, apanya yang lucu? Ekspresi wajahku? Aku panik bukan sedang melawak.

"Selamat ya Pak, istri anda sedang hamil muda. Kira-kira usia kandungannya sekitar 3 minggu" ucap sang dokter dengan tenang.

Wajah panikku berubah tersenyum. Aku masih terdiam. Aku mencerna semua kata-katanya barusan. Aku mengerti dengan apa yang dokter bicarakan, tapi semua ini begitu membahagiakan sampai-sampai aku tak bisa berucap, bahkan waktu serasa berhenti.

"Pak" ucap dokter menghapus lamunanku.

"Yaa dok maaf" balasku. "Istri saya hamil dok?" Tanyaku meyakinkan.

"Iya pak" jawabnya tetap tersenyum.

"Alhamdulillah" ucapku sedikit berteriak. "Boleh saya temui istri saya dok?"

"Boleh pak tapi dia masih sedikit lemas, tolong jangan banyak di ajak bicara dulu ya pak. Pelan-pelan saja." ucapnya lagi.

"Terima kasih dok" balasku singkat.

Aku berjalan ke tempat istriku di periksa tadi. Ia bangun ternyata. Aku tersenyum ke arahnya.

"Sayang gimana keadaan km? Masih pusing, mual?" Tanyaku tetap tersenyum.

"Sedikit Li" jawabnya lemas. "Apa kata dokter?"

"Km hamil" kataku antusias. Aku benar-benar bahagia. Aku tak bisa menyimpan rasa bahagiaku sendiri.

"Apa? Aku hamil?" Tanya Prilly tersenyum. Matanya sedikit berkaca-kaca.

"Iya sayang km hamil" jawabku lagi. Aku menggenggam tangan mungilnya.

"Aliiii aku hamil Li. Anak km, anak kita" Prilly mulai menangis. Bukan karna sedih melainkan bahagia. Terlihat dari mata coklatnya bahwa ia sangat bahagia.

Kucium keningnya sebagai ucapan terima kasih karna telah membuatku menjadi lelaki paling bahagia di dunia ini. Aku akan jadi seorang ayah. Aku mencintaimu Prilly.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

On RadioWhere stories live. Discover now