42. Menghitung Hari

102 16 12
                                    

Pandangan Salma tak henti terlepas dari setiap gerakan Rere

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pandangan Salma tak henti terlepas dari setiap gerakan Rere. Senyumnya terkembang tipis, namun hatinya menggelenyar bahagia yang bermekaran. Salma kagum dengan perkembangan emosi adik iparnya itu. Gadis yang ia temui saat kali pertama dengan mental terguncang, hari ini ia melihatnya memberikan trauma healing untuk Jannati yang baru menjadi bagian keluarga Panti Asuhan Usman Affandi Foundation.

Salma tak pernah berekspektasi lebih tentang ikhtiarnya mendamaikan Rere dengan diri sendiri. Yang Salma lakukan hanya menjalankan tugas layaknya psikolog, sama seperti kasus-kasus yang ia tangani sebelumnya. Yang jadi beda, Rere adalah bagian dari hidupnya.

"Gimana? Rere happy?" tanya Salma ketika Rere kembali di sisinya.

Mata Rere yang cantik mengerjap-ngerjap tetap terarah pada Jannati yang asik mengulangi tepuk berirama ajaran Rere. Dua sudut bibirnya tertarik pelan-pelan membentuk senyum yang kian lebar.

"Nggak perlu dijawab, Kak Sal udah tau kalau Rere bahagia," ucap Salma seraya mengusap rambut Rere yang mulai memanjang sedada.

"Rere tadi cerita ... tentang Rere," katanya seraya menoleh pada Salma. "Kak Sal sering bilang sama Rere, untuk menaklukan apa yang kamu takutkan, adalah dengan melakukannya. Ternyata Rere bisa ceritain ke mereka tanpa nangis."

Tangan Salma terlipat di atas meja, semakin memajukan diri untuk fokus mendengar cerita Rere.

"Ternyata kalau Rere jauh lebih sadar, hidup Rere itu banyak ajaibnya lho Kak."

"Contohnya?" Salma terkekeh.

"Ya ... misalnya waktu Rere kecil, Rere lahir normal nggak ada syndrom apapun tapi ternyata Rere berubah PTSD, dan itu kejadiannya menurut Rere terlalu cepet, kayak sihir. Terus orang-orang yang tadinya puji-puji 'Rere cantik, Rere lucu, Rere pintar' berubah jadi makian 'Rere gila, Rere aneh!', dan kejadiannya juga terlalu cepet."

"Tapi yang paling ajaib menurut Rere itu bagian Kak Sal masuk di hidup Rere," ucap Rere dengan binar yang mampu mentransfer bahagia pada Salma.

"Rere nggak lagi percaya sama orang lain, nggak pernah lagi buka hati buat orang lain waktu itu, tapi Kak Sal ... orang asing yang cuma mau bantu Rere, tapi buat Rere sadar ternyata ada orang asing yang mau terima Rere tanpa kriteria," tutur Rere sangat antusias.

Salma perhatikan lamat-lamat gadis yang banyak menanggung luka itu. Telah ada dalam mata Rere kekuatan baru yang Allah janjikan selepas datangnya ujian besar.

"Rere jauh lebih beruntung dari anak-anak di sini, dibanding mereka yang dibuang orangtua, orangtuanya meninggal, seenggaknya Rere masih punya—"

"Mama dan Papa," imbuh Salma. "Papa Rere juga kan masih ada, jadi Rere nggak bisa lupain itu."

Bibir Rere terlipat, tercetak senyum paksa. "Iya, tapi nggak bisa dijadiin contoh."

"Re, Kak Sal mau tanya boleh?" kata Salma membuat Rere melebarkan mata. "Kalau Rere udah kepikiran buat cari suami, laki-laki kayak gimana yang mau Rere pilih?"

Kalam Cinta Dua SurgaWhere stories live. Discover now