2. Kisah-Kisah Bersama

312 39 10
                                    

Debit air langit sudah tidak dibilang kecil

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Debit air langit sudah tidak dibilang kecil. Beberapa kali kilatan tampak tapi tak menggelegar. Hanya sebagai penerang langit yang kian pekat. Afnan masih setia membaca email-email tak berbalas itu. Terus mengenang sampai hatinya puas. Ujungnya, dia akan sesak sendiri.

From : ibrahimafnan.mail.com

To : almaydshafiza.mail.com

Assalamualaikum, Alma ...

Akhir-akhir ini Kakak jarang lihat social media kamu aktif. Kamu sibuk sekali, Alma? Tapi jangan lupa jaga kesehatan, ya? Kakak dengar intensitas hujan di Hamburg lagi besar. Hati-hati! Jangan sampai kamu menggigil lagi kayak waktu itu. Hehehe :)

Bis bald, Alma!

Gila! Efek mengenang kebersamaannya dengan Alma membuat dia senyum-senyum bahkan tertawa sendiri. Kadang Afnan merasa malu betapa bodoh dia tak mampu sembunyikan perasaan. Tapi Almayunda bukan lagi sekadar anak SMA yang pernah ia lihat memberi pelajaran membaca pada anak-anak jalanan, tapi Alma berhasil memberi banyak pelajaran berharga untuk Afnan. Almayunda bukan lagi sekadar anak SMA yang pernah dia bimbing hingga menjadi juara olimpiade astronomi se-DKI. Alma juga telah berhasil menjuarai sebagian hatinya. Hanya dengan kesederhanaan. Sayangnya, jatuh cinta dengan Alma harus rela menahan penantian. Seperti ketika Afnan dinyatakan lulus beasiswa di Hamburg, ia harus terpisah jarak dengan Alma. Namun Tuhan membuat cerita, tiga tahun kemudian Alma adalah mahasiswa baru di universitas dan fakultas yang sama dengannya. Tanpa pernah ia rancang.

Sejak saat itu, Afnan selalu bertanya. Alma, apa kamu perempuan di masa depanku?

~~~~~~~~~~

"Alma!" Afnan melambaikan tangan pada wanita muda yang baru saja keluar gerbang fakultas. Ia berjalan cepat menghampiri Alma. Namun ketika sudah dekat, ia mendapati wajah Alma yang pucat. "Kamu sakit?" tanyanya khawatir.

Alma menggeleng lemah, tapi dia merapatkan mantel dan menyilangkan tangannya. Bibirnya sedikit gemetar dan membiru. Afnan tersenyum simpul, sejak dulu Alma selalu menggeleng ketika ditanya sakit. Dia tidak ingin terlihat lemah.

"Sebelum kamu bilang i'm okay, kamu harus lihat kondisi kamu dulu. Setidaknya jangan kelihatan bohong dengan bilang baik-baik aja padahal kamu lagi nggak baik. Jangan orang lain terus yang dibaikin, diri kamu juga perlu dibaikin," komentar Afnan seraya melilitkan scarf yang ia bawa pada leher Alma. "Pakai." Afnan mengulurkan sarung tangan.

Alma mengernyit menatap sarung tangan warna fuschia itu, kemudian menatap Afnan. "Kak Ibram bawa ini? Untuk Alma?"

Afnan berdecih. "Sama AC aja kamu alergi, apalagi cuaca dingin Hamburg. Kamu baru tiga bulan di sini, pasti kaget."

Tanpa sadar hati Alma menghangat. Dia sendirian di negara orang. Sejauh ini yang paling tahu tentang dirinya adalah Afnan. Alma menerima sarung tangan itu kemudian memakainya.

Kalam Cinta Dua SurgaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora