chapter 32

16.5K 551 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.


Udara pagi begitu segar hari ini. suara-suara kepakan sayap burung  terdengar begitu merdu mendominasi area taman rumah sakit itu. butiran-butiran air embun pun masih tersisa dan menempel di dedaunan akibat hujan deras yang mengguyur semalam. untung aja kondisi listrik baik-baik saja. jika mati, maka bisa dibayangkan bagaimana ketakutan gadis bermarga Alber itu nanti.

Berbicara tentang sang permata hati keluarga Alber, gadis itu sekarang sedang merengek kepada sang ayah mengenai hal yang diinginkannya.

" Dad, kapan kita kembali ke Dubai? " tanya Xavia dimana sepertinya gadis itu sudah begitu merindukan negara yang menjadi tempat dibesarkannya.

" Tunggu beberapa hari lagi sayang "

" Tidak mau. aku mau sekarang, " tolak Xavia begitu keras kepala.

" Masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan disini, " balas Anthony.

" Dad, aku tidak ingin sampai bertemu mereka. aku takut, aku ingin selalu bersama daddy, " ucap Xavia lirih dan jari-jemarinya bergerak gelisah.

Anthony menatap nanar putrinya. ia tertegun dengan ucapan Xavia. gadis itu masih meninggalkan ketakutan pada dirinya bahkan tak segan-segan memintanya untuk menemani putrinya. hal ini pernah terjadi sebelumnya, hanya saja Anthony merasa tidak berguna menjadi seorang ayah karena hal tersebut terulang lagi pada putrinya.

" Hey sweety, look at me! "

Xavia menatap mata sang ayah. kedua pasang itu saling bersirobok lurus menyelami indahnya netra cokelat itu.

" Daddy akan bersama kamu selamanya. daddy tidak akan membiarkan mereka mengganggu ketenangan kamu lagi. daddy tidak akan membiarkan kamu merasakan kejadian ini lagi. maaf jika daddy lalai menjagamu. jika seandainya daddy tidak mengirimkan mu ke pesantren, mungkin sekarang kamu tidak mengalami semua itu, " ujar Anthony dengan menggenggam erat kedua tangan lentik milik putrinya.

" Dad, i'm okay "

" Itu sudah jalan takdir yang Xavia punya. semua kejadian yang telah dialami pasti ada suatu hikmah yang tersembunyi di dalamnya. aku tidak apa, hanya saja Xavia ingin selalu bersama daddy. hanya daddy yang Xavia punya dan bisa melindungi Xavia, " jawab Xavia dengan begitu lembut menatap sang ayah.

" Putriku, " lirih Anthony dengan tangannya yang sudah tergerak menyentuh pipi mulus Xavia.

Anthony tersenyum simpul, hatinya mencelos mendengar perkataan putrinya. ia sangat menyayangi Xavia melebihi segalanya bahkan dirinya sendiri. ia lemah jika berhubungan dengan putrinya. tapi bisakah ia mengabulkan permintaan putrinya untuk selalu bersama dengannya. karena bagaimanapun darah lebih kental daripada air.

Keadaan Gus Mahen dan Ning Kirana pun tak kalah sendu. mereka berpikir, sebegitu besarnya kah kasih sayang yang dilimpahkan Anthony kepada putri mereka.

Mereka berdua begitu bersyukur karena putri mereka jatuh ke tangan orang yang tepat dan memberikan banyak kasih sayang didalamnya.

" Daddy jangan menangis! jangan pernah menyalahkan diri sendiri! "

" Musibah akan menjadi ladang pahala jika kamu ridho dalam menerimanya. dan aku sedang melakukan hal itu, " ujar Xavia menenangkan sang ayah yang terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi pada Xavia.

" Daddy beruntung memilikimu sayang, " sahut Anthony tersenyum hangat kepada putrinya.

" Xavia lebih beruntung memiliki daddy. terimakasih sudah berada disisi Xavia, membesarkan Xavia, dan membuat Xavia berada di dunia ini, " ucap Xavia dengan membalas senyuman yang diberikan oleh sang ayah.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Where stories live. Discover now