Chapter 49

456 46 0
                                    

'Setelah semua ini, kau tidak pernah mengatakan apa-apa, tidak sepatah kata pun.'

Bukti dari penganiayaan brutal itu sangat jelas bahkan dalam gelap, mengipasi api amarah dalam dada Killian.

Killian tahu dia bukanlah suami yang baik bagi Edith. Namun, dia pikir mungkin dia bisa menjadi semacam pelindung, tapi ternyata dia bahkan tidak bisa menjadi sosok itu bagi Edith.

Tentu, itu karena dia tidak pernah melindungi Edith selama ini, jadi wajar saja jika Edith tidak mempercayainya.

Nyaris tidak mampu menahan emosi yang bergejolak, Killian kembali ke kamar Edith dan menemukannya telah terlelap, tapi air mata yang membasahi bulu mata serta pipinya masih berkilau di bawah cahaya lampu.

"Edith..." Killian memanggil nama Edith perlahan, namun Edith masih tidur nyenyak seolah semua ketegangan telah terangkat. "Sebenarnya... apa yang kau sembunyikan?"

Terlepas dari segala kebencian yang keluarga Ludwig dan Killian arahkan padanya, Edith tetap menutup mulut rapat-rapat.

Killian menghela napas, merasa frustrasi, bertanya-tanya akankah tiba suatu hari di mana dia bisa mengetahui kebenaran yang Edith sembunyikan?

Biar begitu, sentuhan Killian ketika mengoleskan salep di tubuh Edith sangat lembut dan berhati-hati. Butuh kesabaran ekstra saat melakukannya sebab Edith terus menggeliat dan mendesah karena geli, tetapi Killian berhasil mengoleskan salep ke kulit Edith yang terluka dan memeluknya hingga fajar tiba.

Killian menertawakan diri sendiri saat melihat Edith membenamkan diri dalam kehangatan tubuhnya tanpa tahu siapa dia.

'Kurasa akulah yang bodoh, akulah yang terpengaruh sampai seperti ini.'

Hanya pria bodoh yang akan terpengaruh oleh wanita yang bahkan tidak dia kenal dengan baik.

❇ ❇ ❇

Aku terbangun dengan perasaan lebih ringan. Mungkin ini berkat mimpi indah semalam, aku tidur pulas tanpa terbangun satu kali pun.

Di mimpi indah itu, seseorang mengelus tubuhku dengan lembut. Aku tidak tahu siapa dia, tapi aku tidak membenci sentuhan lembutnya yang seolah-olah sedang memperlakukan sesuatu yang teramat rapuh. Faktanya aku menyukainya sampai ingin menitikkan air mata.

Aku ingin menyerahkan diri pada tangan itu, menyerahkan diri pada kehangatannya.

'Bermimpi tentang sensasi, rasanya aneh juga.'

Ini pertama kalinya aku tidak bermimpi tentang cerita atau melihat sesuatu. Namun, mimpi itu mencerahkan suasana hatiku setelah semua kesuraman yang terjadi semalam.

Aku pun merenggangkan tubuh untuk waktu yang lama. Tapi, punggungku yang harusnya kaku, terasa aneh.

"Huh?"

Rasanya ada yang menempel di punggungku, seperti lotion yang lengket.

"Huh? Apa ini?"

Aku meraih ke belakang pundak dan menyentuhnya, benar saja, ada sesuatu di punggungku. Aku sadar ini semacam salep sebab letaknya tepat di area yang "memar".

"Killian...!"

Hanya Killian yang mungkin melakukan hal ini.

Cuma Killian dan Sophia yang tahu tentang memar di tubuhku, dan Sophia bukan tipe orang yang mau mengobatiku.

'Kalau begitu, mimpi itu... Killian...?'

Hanya membayangkan Killian mengoleskan salep di tubuhku sudah membuat kupu-kupu berterbangan dalam perutku. Tapi bisa saja aku salah paham. Seberapa pun Killian membenciku, dia yang dibesarkan dengan didikan keras tidak akan membiarkan begitu saja seorang wanita yang terluka hingga memar-memar.

Isekai Yang BerbedaWhere stories live. Discover now