Chapter 17

314 32 0
                                    

'Dasar bodoh!'

Dalam 28 tahun hidupku sebagai Choi Suna, aku tidak pernah menganggap diriku sebagai orang bodoh, kurasa itu karena aku belum pernah melihat pria setampan dia.

'Selama ini kupikir hati dan karakter seseoranglah yang paling penting, ternyata itu cuma kemunafikanku....!'

Aku terbayang-bayang wajah mempesona Killian lagi dan lagi hingga aku merasa melayang saat kembali ke dalam rumah. Sayangnya efek penampilan dan trauma mental akibat wajah Killian tidak menghilangkan hal-hal yang harus kulakukan hari ini.

Aku pun pergi ke ruang kerja Duchess.

"Mulai hari ini, susun berkas-berkas yang ada di sana lalu tulis daftar apa saja yang perlu dibeli, berapa jumlah yang dibutuhkan dan berapa harganya. Mungkin butuh beberapa hari untuk selesai, tapi tidak perlu terburu-buru, kerjakan saja dengan perlahan."

"Baik, ibu."

Berkas-berkas yang diberikan padaku hari ini berisi tentang persenjataan dan zirah yang ingin dibeli keduanya Ludwig.

'Membiarkanku mengurus dokumen seperti ini... apa mereka sudah mulai menurunkan kecurigaan mereka?"

Rincian pembelian persenjataan dan zirah harusnya merupakan rahasia besar, tapi melihat mereka membiarkanku menyusunnya, sepertinya usahaku selama ini tidak sia-sia. Pasti pedang yang dihunuskan ke leherku semakin lama semakin menjauh.

Aku mulai menyusun berkas-berkas itu, mengelompokkannya berdasarkan tipe dan memberi keterangan mengenai kekurangan serta kelebihan dari masing-masing senjata dan zirah.

Selagi melakukannya, aku sekalian membuat tabel supaya lebih mudah. Aku begitu fokus memilah dan menyusun berkas-berkas itu sampai tidak sadar ada seseorang yang berdiri di sebelahku.

Saat menoleh aku menemukan Lize sedang melihat pekerjaanku. Mata kami bertemu dan dia tersenyum padaku, namun aku merasa seolah ada lubang di perutku.

'Lagi-lagi begini.'

Sensasi aneh ini sering terjadi.

Ada sesuatu yang mengganjal dan mengganggu setiap kali Lize melihatku.

'Apa ini perasaan bawaan Edith yang asli?'

Mempertimbangkan diriku yang merasuki tokoh novel rofan dengan ingatan penuh dari tokoh asli, besar kemungkinan itu ada benarnya.

Aku berusaha merubah hal yang sudah ditakdirkan di dunia ini, jadi mungkin ada suatu kekuatan yang menjaga segalanya agar tetap sesuai alur cerita asli.

'Aku tidak boleh kalah dari sifat bawaan karakter asli, jika sampai begitu aku akan kehilangan kepalaku.'

Aku menelan ludah dan tersenyum secantik mungkin. "Lize, sejak kapan  kau di sini?"

"Ah, baru saja... tapi...."

"Ya?"

"Ini apa?" Tanya Lize penasaran, dia mengambil secarik kertas berisi tabel buatanku.

"Itu tabel. Jika aku menyusunnya seperti ini maka akan lebih mudah untuk membacanya."

"Aku belum pernah melihat orang menyusun dokumen dengan cara seperti ini."

"Huh, benarkah...?"

Apa di dunia ini tidak ada yang menggunakan tabel?

Di dunia nyata, tabel sudah ada sejak jaman dahulu kala, tapi mungkin penulis novel ini sengaja mengatur dunia ini tanpanya. Bagaimanpun, sekilas dokumen naratif akan terlihat lebih elegan.

Isekai Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang