8. Balada Pemberontakan

1.4K 205 62
                                    

Vote dan comment, juseyo~🙇‍♀️
.

.

.

.

Sudah dua hari Jake disekap, untung saja orang-orang yang menyekapnya ingat untuk memberinya makan. Jika tidak, sudah dipastikan dirinya harus dirawat ke rumah sakit.

Sejak kejadian dirinya dilepas borgolnya dan beralih di pindahkan ke kamar Sunghoon, paginya Jong Suk mengamuk, dirinya heran kenapa bisa Jake lepas dan berada di tempat Sunghoon.

Jake jelaskan kalau Jong Suk sendirilah yang melepaskannya. Lagi pula, bagaimana caranya ia bisa melepaskan diri? Jika kunci borgol saja ada pada Jong Suk.

Sejak saat itu, Jake tetap berada di tempat Sunghoon. Disana tidak ada lampu, pintu, apalagi ventilasi. Jauh lebih pengap dari ruang tempat pertama ia di sekap tempo hari.

Mungkin karena itu Jong Suk tak masalah membiarkan Jake bersama Sunghoon, karena tak ada celah untuk kabur.

Jake masih ditawan rasa khawatir apa yang akan dilakukan orang-orang jahat ini padanya nanti? Dirinya sudah berada di tempat tak layak huni ini 2 hari tapi masih belum ada tanda-tanda apapun, seharusnya ia senang, tapi juga membuatnya setres karena terlalu memikirkannya. Menebak-nebak apa sih yang tengah mereka persiapkan hingga berhari-hari? Atau mereka menyiapkan strategi gila?

Memikirkannya saja sudah membuat Jake jadi pusing sendiri, ia memijit pelipisnya untuk meringankan sakit kepalanya.

Sebisanya ia menenangkan pikiran dan berdo'a meminta pertolongan pada Tuhan.

Dibalik alasan kenapa bisa Jake masih berada di tempat Jong Suk, lantaran calon pembelinya belum pulang juga dari perjalanan ke luar negeri.

Jong Suk rasanya mau banting ponselnya kala itu, tapi ia urungkan.

Jake yang tidak tahu harus mau berbuat apa, sedangkan Sunghoon ia tengah memukul-mukul samsak sedari tadi. Dalam diam, matanya tak sengaja menangkap sesuatu. Ada beberapa buku belajar menulis untuk anak-anak di dekat kaki ranjang Sunghoon, Jake mengambil satu dengan rasa penasaran lalu merebahkan diri dengan posisi telungkup. Buku itu sudah penuh dengan coretan-coretan latihan menulis yang sepertinya ini tulisan tangan Sunghoon.

Tepat di halaman terakhir, goresan demi goresan membentuk sebuah kalimat yang membuat siapa saja pasti merasakan gelenyar pedih di relung dada.

Aku rindu dengan Ibu dan Ayah, aku ingin sekali melihat mereka lagi. Sebelum aku lupa sepenuhnya wajah mereka.

Hati Jake meringis membaca sepenggal tulisan itu, sederhana tapi menyayat hati.

"Sunghoon-ah. Kemarilah."

"Ini bukumu?" Tanya Jake saat Sunghoon telah berdiri di samping, yang di tanya mengangguk jika buku belajar tulis menulis itu memang miliknya.

"Aku ada buku lain." Sunghoon berkata sembari mencari keberadaan buku yang ia maksud.

Sunghoon menunjukkan buku menggambarnya pada Jake.

Lembar per lembar Jake pandangi hasil karya Sunghoon, awalnya hanya gambaran biasa tapi setelah itu ia menemukan beberapa gambar sekeluarga.

"Ini kau dengan orang tuamu?"

"Iya. Tapi itu harapanku, supaya kapanpun itu kami bisa melakukan hal serupa seperti yang kugambar."

"Maksudmu?"

"Aku menggambar itu saat melihat ada sekeluarga yang kutemui di jalan, ketika aku dan Paman berpergian."

Sunghoon The Dog | SUNGJAKE [LENGKAP]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum