7. Tentang Kita Malam Itu

1.5K 192 27
                                    

Sudah berjam-berjam Jake tak mengubah posisinya, paling hanya kepalanya saja mengadah ke atas menatap langit-langit gedung setengah usang itu.

Pegal juga tangannya di posisi yang sama terus. Dipikir-pikir, kalau ia ingin membuang air kecil bagaimana? Tidak mungkin bukan dirinya disuruh kencing di celana? Bisa-bisa Sunghoon kebasahan di bawah.

Jake paham betul kenapa dirinya tak dikurung di bawah bersama Sunghoon, karena paman Sunghoon belajar dari kejadian sebelumnya.

Jake tidak tahu kemana paman Sunghoon pergi, anak buahnya sudah disuruh kembali ke tempat dirinya disekap waktu lalu. Sekarang tersisa dua anak buah yang sering menjadi kaki tangannya saja disini.

Entah apa yang mereka lakukan, Jake tak dapat melihatnya, lagi pula ia tak mau tahu.

Di ruangan luas itu tidak terdapat pintu, jadi dibiar menganga lebar dan terdapat meja serta kursi, yang mana bertumpuk berkas-berkas entah apa itu di atas meja itu.

Ia tak tahu pukul berapa sekarang, tapi ia jamin ini sudah larut malam.

Jake menelan ludahnya, membasahi tenggorokan yang terasa kering dan karena asam lambung yang mulai naik.

Tiba-tiba hal yang tak bisa ia kendalikan seperti bunyi perutnya yang keroncongan, cukup bisa di dengar Sunghoon, dirinya mengerti apa itu.

Jake mau malu pun sudah percuma.

"Sunghoon, apa kau sudah tidur?"

"Belum." Jawab Sunghoon sembari mendongak ke Jake.

Sunghoon memang pembawaanya tenang, sangking tenangnya, Jake bahkan bisa mendengarkan detak jantungnya sendiri di ruangan itu.

Sepi tak ada pembicaraan di antara mereka, kalau tidak Jake yang memulai percakapan terlebih dahulu.

Coba saja, jantungnya berhenti berdetak ia bakalan senang sekali, daripada bernasib seperti ini.

Tapi bagaimana dengan ayahnya? Siapa yang akan mengurus ayahnya jika tak ada dirinya.

Jake hanya bisa menghela napas.

Segala sesuatu di hidup ini pasti ada alasannya, baik senang ataupun sedih pasti karena ada alasan. Tapi Jake tidak tahu apa dibalik alasan dirinya bisa bernasib seperti ini, hal apa sebenarnya yang menantinya di masa yang akan mendatang?

Apakah...alasannya adalah pertemuannya dengan Sunghoon? Jake tidak tahu haruskah ia bersyukur atau kufur dengan takdirnya bertemu dengan Sunghoon.

Manik cokelatnya melirik ke bawah, memandangi Sunghoon yang ternyata juga sedang memandanginya, dengan tangan mendekap boneka teddy bear. Jake bisa simpulkan jika Sunghoon memang jiwanya terjebak di umur anak-anak, mungkin sekitar 5 tahun.

"Sunghoon-ah. Aku lapar...kepalaku rasanya pusing."

Sunghoon teringat jika dirinya masih ada steak yang ia sisihkan tadi. Lalu ia beranjak, berdiri di atas kasurnya dengan tangan memegang wadah makanan berisi steak yang sudah di potong menjadi beberapa bagian.

Daging itu mencuat dari balik celah besi-besi tersebut, menunggu disantap Jake, "apa ini?"

"Daging." Jawaban singkat padat dan jelas dari Sunghoon, sudah cukup membuatnya paham. Hidungnya mengendus bau dari daging tersebut sebelum memakannya. Ternyata aman.

Sunghoon masih setia berdiri agak menjijit di atas kasurnya, dengan sabar menunggu Jake menelan daging yang ada di mulutnya dan kembali menganga meminta lagi lalu mengunyah sampai lumat dan menelannya.

"Kau tidak memakannya Sunghoon?"

"Aku sudah tadi."

Tadi yang di maksud Sunghoon itu, waktu sore tadi ia memakan daging tersebut, sengaja ia sisihkan untuk Jake karena pasti akan terjadi hal ini.

Sunghoon The Dog | SUNGJAKE [LENGKAP]Where stories live. Discover now