"Janji ya kita harus ketemu lagi, kita harus maen kalau aku juga keluar"

"Huss jangan ngomong gitu, kamu harus tetap bertahan yaaa"

"Iyaa" Memeluk Acel dengan mata yang masih menangis.



Di tempat lain ada Rony yang mendengarkan gadis itu memeluk sahabatnya sambil menangis.
Tak lama dia menghampiri keduanya.



"Udah jangan lama-lama nangisnya, sayang air matanya"



Mereka berdua pun melepaskan pelukan seraya melihat ke arah suara yang tadi didengar.



"Ka Rony" Memasang wajah cemberut dengan air mata yang masih mengalir.

"Apa?? Jangan nangis banyak-banyak" Menghapus sisa sisa air mata di pipi gadis cubby itu.

"Acel pulang kak ninggalin aku sama Anggis"

"Kan masih ada aku, ada yang lain juga. Acel juga pasti akan maen kesini ya kalau ada waktu kosong juga. Lagian kalian pasti ketemu lagi kalau acara ini udah selesai. Jangan nangis lagi, jelek nanti. " Tetap memandang seraya terus menenangkan mengusap lembut pucuk kepalanya

"Iyakan Acel?? " Tanya Rony

"Iya Nabila, bener apa kata kak Rony. Maaf Nab aku gak bisa lama lama harus packing dulu, sekalian pamitan ke yang lain. " Memeluk Nabila kembali setelah itu memberi salam ke Rony

"Titip Nabila ya kak"

"Pasti"



Nabila menangis kembali ketika Acel meninggalkan mereka berdua.


"Jangan nangis lagi dong, kan namanya juga kompetisi pasti ada yang pulang ada juga yang bertahan. Semuanya pasti kebagian ko. Yang nanti juara 1 juga pasti pulang ko. Gak mungkin tetap disini. Kan pasti ada season selanjutnya tiap tahunnya. Jangan nangis yah. Mening kita ke taman cari udara seger. Ayo. " Menarik pelan tangannya dengan tangan kanan dan tangan kirinya menghapus sisa air mata di wajahnya.






••••






"Iya yah, jadi inget Acel kak" Bahasan yang Rony ceritakan ketika mereka sahur.

"Kak makasih ya udah selalu nemenin aku" Senyum tulus yang diberikan

"Apasi Nab"

"Lah kenapa, salah aku ngomong gitu"

"Gak salah tapi gak usah makasih juga kali, udah seharusnya aku jagain kamu"

"Kak aku nanya deh, tapi kaka jawab jujur"

"Ngomong apa?? "

"Tapi kaka jawab jujur yaa"

"Iya Nabila Wulandari" Sembari senyum dengan mulut yang masih penuh dengan nasi yang iya santap.

"Kaka denger istilah Rona?? "

"Akhoho.......... Ah elah

" Eh pelan pelan pelan kak"


"Kenapa tiba tiba ngomong gitu"

"Ya nanya aja"

"Kamu tau panal kan?? "

"Tau, Paul Nabila kan" Jawab dia cepet.

"Ya Rona itu, Rony Nabila. Kenapa tiba tiba ngomong kek gitu. "

"Maksud aku tuh bukan singkatannya kaka ihhhh"

"Ya terus maksudnya apa Nabilaaaaaaaaa. " Memandang lekat dengan sendu.

"Gak usah gitu natapnya. Maksdunya itu, kenapa mereka buat itu yaa. Kaka senang apa kesel sama berita Rona yang beredar di luaran sana??. "

"Seneng lah gila, akhirnya ada yang nyadar dengan perasaan gua" Ucapnya pelan hampir tidak terdengar dengan posisi menunduk.

"Hah apa kak"

"Apa"

"Tadi ngomong apa" Tanya Nabila kembali.

"Apa Nabila" Ucap Rony senyum.

"Ih kaka"

" Hahahahahahahaha"

"Jawab kaka ih" Memajukan bibirnya.

"Gemes banget si" Mencubit pipi Nabila dan langsung meninggal tempat mereka makan.

"Ihh di tinggalin" Lari Nabila menyusul Rony ke wastafel.

"Jadi gimana jawabannya"

" Pengen banget aku jawab" Mendekatkan wajahnya ke wajah Nabila.



Seketika pipi Nabila merah merona dengan tatapan yang dia berikan yang begitu melekat.
Bayangkan saja jarak merka tidak lebih cuma 3 jari tangan saja, bahkan napas dua insan ini akan terasa kalau mereka sadari.



"Ih kaka" Mendorong Rony dan langsung berlari.
Rony tertawa melihat tingkah Nabila, tak lama Rony mengejar gadis itu.

"Tunggu Nabila" Memegang tangannya dan menatap kembali wajah cantik Nabila tanpa polesan bedak sedikitpun.






_______________________________________________________


*Jangan lupa follow ya biar semangat nulis ceritanya

*Makasih yang selalu ngasih apresiasi berupa bintang ataupun komen


Kalah StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang