Chapter 8

1.9K 278 446
                                    

Setelah kejadian dimana emosional Baekhyun yang tidak terkendali di tepi kolam renang, pria mungil itu kini telah berada di atas ranjang kamar ditemani oleh Chanyeol. Walaupun sulit untuk dibayangkan, pria itu memutuskan untuk berada didekatnya melihat Baekhyun yang lebih tenang sejak dia memeluknya di kolam renang tadi. Untuk kesekian kalinya Chanyeol menurunkan tangan Baekhyun saat melihat pemilik manik bulan sabit itu hendak menggigitnya lagi. Dia mengerti perilaku seperti ini adalah respon seseorang yang mengalami kecemasan atau stres. Namun dia tidak bisa membiarkan Baekhyun menyakiti dirinya sendiri terlebih setelah mendapati beberapa plester luka dan ujung jarinya yang lain juga terlihat tidak lolos dari gigitannya hingga menimbulkan lecet dan sedikit kemerahan.

“Baekhyun, kau akan menyakiti dirimu sendiri” ucap Chanyeol, namun Baekhyun sama sekali tidak menoleh padanya. Pandangannya terus tertuju pada pintu kamar.

“Apa… apa hyung sudah menguncinya?” tanya yang lebih kecil dengan suara yang serak akibat baru saja menangis. Tidak ketinggalan nada ketakutan menyertai pertanyaannya. Setelah menempatkannya di tempat tidur tadi, Baekhyun terus mengatakan untuk mengunci pintu atau “mereka” akan datang menghukumnya karena ketahuan mencari teman-temannya. Chanyeol tidak mempertanyakannya dan menurut untuk mengunci pintu kamar jika itu dapat membuat Baekhyun lebih tenang.

“Ya, aku sudah menguncinya” jawab Chanyeol.

“Periksa… aku akan…”

“Hei, hei, Baekhyun” Chanyeol menahan tubuhnya untuk turun dari ranjang. Jelaga itu berusaha untuk menemukan danau keemasan milik pria mungil di depannya yang kurang fokus. “Aku akan memeriksa pintunya, oke?”

Setelah memperoleh anggukan kecilnya, Chanyeol turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu kamar. Dia kemudian menarik pintu itu dengan kuat, memperlihatkan kepada Baekhyun bahwa pintu kamarnya benar-benar telah terkunci. Setelah merasa teryakinkan, Baekhyun mengangguk dan Chanyeol berjalan kembali ke tempat tidur. Selanjutnya dengan hati-hati mengambil kedua tangan Baekhyun untuk dirinya genggam. Lagi-lagi, perhatian Baekhyun teralih pada hal lain. Pandangannya ke atas langit-langit kamar dengan sepasang manik bulan sabitnya seolah tengah mencari sesuatu.

“Pintunya sudah terkunci, aku telah memastikannya”

“Kamera… kamera…” gumam Baekhyun tidak begitu jelas.

“Kamera?”

“Kamera… sembunyi, harus sembunyi. Hyung, cepat sembunyi. Hyung harus sembunyi… kameranya…” Pria mungil itu mulai mengeluarkan rancauan tidak jelas.

“Baekhyun!”

Pria mungil itu tersentak karena bentakannya. Walaupun merasa sedikit buruk karena membentaknya, namun Chanyeol berhasil membuat pandangan Baekhyun kembali padanya.

“H-Hyung… harus sembunyi, kameranya akan… kameranya. Hyung akan dibawa pergi” bibir kecilnya telah mencebik dengan netra yang berkaca-kaca. Tangan yang begitu kecil dibanding tangannya itu mulai gemetar dalam genggamannya sehingga Chanyeol semakin mengeratkan genggamannya.

“Baekhyun, hei, dengarkan aku. Tidak ada kamera disini dan tidak ada yang bisa membawaku pergi” Chanyeol mengatakannya tanpa melepaskan pandangannya dari sepasang hazel di depannya. Sebenarnya jawaban itu adalah kebohongan karena faktanya sejak Baekhyun mulai tinggal di rumahnya, kamera pengawas dipasang di kamar ini dengan tujuan agar dapat mengawasi pria mungil itu secara maksimal dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

“Be… Benarkah?”

“Ya, aku memastikannya. Tapi, siapa yang akan membawaku pergi?”

“Mereka…”

“Siapa mereka?”

Baekhyun menggelengkan kepalanya. “Tidak tahu”

“Apa kau ingat wajah mereka?”

DARK MARE (chanbaek)Where stories live. Discover now