Chapter 4

2K 262 157
                                    

Markas utama atau markas pusat The Union of Devgru walaupun dibangun dengan teknologi yang canggih, gedungnya tetap memiliki ruang hijau yang salah satunya terletak pada lantai pertama. Itu adalah taman dengan bentuk lingkaran dengan beberapa pahatan dari batu yang dibentuk sebagai tempat duduk. Selama Chanyeol bekerja untuk organisasi, dia belum pernah kesana. Alasannya sederhana, karena taman tersebut cukup terbuka dan banyak dilewati oleh staf maupun anggota organisasi. Duduk beristirahat disana menurutnya bukan ide yang bagus. Akan tetapi, hari ini untuk pertama kalinya Chanyeol kesana untuk menemui Baekhyun dan suster Hwang.

Sepasang obsidiannya dari kejauhan menemukan suster Hwang yang sedang duduk di samping Baekhyun. Pria mungil itu mengenakan sweater berwarna cokelat almond dan blazer cukup besar bermotif persegi sehingga menenggelamkan seluruh tangannya. Sedangkan celananya berbahan katun berwarna hitam. Suster Hwang dan Baekhyun terlihat menyadari kedatangannya. Sepasang hazel cerah bersinar saat langkah Chanyeol mendekat kepada mereka.

“Hyung…?” suara Baekhyun sedikit gemetar begitu melihat kedatangan Chanyeol. Kakinya membuat langkah yang tergesa-gesa untuk menghampiri pria itu. Begitu berada dalam jangkauannya, Baekhyun langsung memeluk Chanyeol dengan erat.

“Aku pergi terlalu lama?” tanya Chanyeol dan yang lebih kecil mengangguk dengan cepat di atas dadanya.

Tangannya mengelus punggung Baekhyun sebentar sebelum melepaskan pelukan mereka. Begitu memandang wajahnya, Chanyeol disuguhi oleh bibir Baekhyun yang merapatkan bersama dengan netra yang berkaca-kaca. Chanyeol sedikit merasa kasihan juga bingung pada waktu yang bersamaan karena mengapa Baekhyun terlihat menahan tangisnya?

Suster Hwang yang berada di belakang Baekhyun merangkul tubuh kecil itu.

“Baekhyun, Chanyeol-ssi telah kembali. Apakah anda merasa senang?” tanya suster Hwang dan dibalas anggukan oleh Baekhyun.

“Tapi anda terlihat sedih, mungkin karena Chanyeol-ssi pergi terlalu lama?”

“Um” Baekhyun mengangguk dengan meremat sisi ujung blazernya. Suster Hwang perlahan meraih tangan Baekhyun dan menggenggamnya.

“Ketika merasa sedih hingga ingin menangis, maka Baekhyun boleh menangis. Tidak perlu untuk menahannya” ucap suster Hwang dengan lembut. Salah satu tugasnya adalah membantu Baekhyun mengenali emosinya. Tidak menghindari apa yang pria mungil itu rasakan. Contohnya seperti ini, dia mengajak Baekhyun untuk merangkul perasaannya.

Baekhyun melirik Chanyeol dengan genangan air mata dikedua bulan sabitnya. Saat melihat lengan Chanyeol yang tidak benar-benar pergi dari tubuhnya, Baekhyun akhirnya memeluknya lagi. Kali ini pria mungil itu menumpahkan air matanya karena rasa kesepian sejak Chanyeol meninggalkannya sendiri bersama suster Hwang. Suster Hwang mengatakan bahwa Chanyeol harus bekerja, tapi Baekhyun tidak cukup memahami kenapa hyungnya tidak juga kembali sehingga membiarkan kesedihan mengurungnya.

Punggung kecilnya ditepuk dengan lembut. Rasa itu masih terasa begitu asing untuk Baekhyun namun pria itu tahu bahwa dia tidak membenci perasaan asing itu. Rasanya seperti musim semi yang akhirnya tiba, mengganti salju yang menutupi ranting-ranting pohon. Ketika suara isak tangis Baekhyun mereda dan merasa lebih tenang, ketiganya duduk di bangku taman.

“Kukira kalian sudah berada di rumah” ucap Chanyeol.

“Ketika melihat ada sebuah taman, Baekhyun ingin duduk sebentar disini sebelum pulang” jawab suster Hwang sambil membantu menyeka sisa air mata Baekhyun di pipinya.

“Karena berada di dalam gedung, taman ini cukup kecil bukan?” tanya Chanyeol. Namun pria mungil itu menggeleng tidak setuju.

“Hijau dan sejuk. Aku... suka” ucap Baekhyun.

DARK MARE (chanbaek)Where stories live. Discover now