FIVETEEN

437 48 1
                                    

Berbelanja dengan Caius benar-benar luar biasa. Dia seperti kantong Doraemon berisi uang yang tidak akan ada habisnya dan sebagai makhluk yang material, Izzy berterimakasih atas anugrah itu. Setidaknya ada hal yang dia sukai dari Caius. Izzy membeli pakaian brand-brand mewah yang dari dulu dia incar dari kehidupan sebelumnya bahkan ada, di tahun aslinya pakaian itu masuk ke dalam Vintage series. Itu membuat nya secara mental berteriak.

Dia akan lebih baik pada Caius karena telah membiarkan nya menggunakan kartu hitamnya. Sungguh Izzy berterimakasih untuk itu.

Kembali ke kastil dengan belanjaan penuh dikedua tangannya membuat gadis berambut coklat yang bercampur warna grey blue itu bersemangat. Dia perlu memakai mereka dengan perhiasan terpisah yang telah dia beli. "Ini sungguh menyenangkan! Kita seharusnya melakukan ini kemarin." Ucap Izzy.

"Ingat yang terjadi kemarin? Kau baru saja datang —"

"Sshht jangan lanjutkan Cai, itu pengalaman yang buruk. Huft... Aku berharap bisa menyaksikan Edward disiksa." Kalimat kedua Izzy merupakan gumam namun tetap terdengar oleh telinga Caius. Nama panggilan Cai? Tidak ada yang pernah meringkas namanya tapi dia tidak keberatan jika itu adalah pasangan nya.

Mereka berjalan masuk ke kastil menuju ke arah sayap yang di tempati Izzy untuk tidur. Tidak ada yang aneh dari kastil itu. Hanya saja ketenangan nya yang aneh membuat Izzy bingung, kemana semua penjaga? Apakah ada masalah? Mereka kelaparan? Tapi Izzy segera menghalau pikiran itu dia akan hidup. Caius ada di sisinya.

'vampir liar akan muncul dari sisi kanan, tangkis dia ke dinding dengan perisaimu.'

Peringatan itu tepat waktu. Izzy menjatuhkan belanjaan nya dan mengarahkan tangannya menuju ke arah kanan. Sesuatu melompat ke arahnya yang mengakibatkan benda itu terpental ke dinding kastil dengan keras. Tapi dinding kastil tua itu lebih kuat. Buktinya tidak ada bekas retakan.

Caius menetap itu dengan terkejut sebelum dengan cepat berdiri di hadapan Izzy. Felix dan Demetri muncul mereka jelas mengejar vampir itu.

"Apakah nyonya baik-baik saja?" Demetri bertanya sementara Felix memegang erat-erat vampir itu.

"Ini Izzy, aku baik-baik saja. Ngomong-ngomong, wajahnya tidak asing." Ucap Izzy pada mereka bertiga.

"Siapa namanya dia bertanya mendekat tidak ragu-ragu pada vampir yang menggeram itu." Izzy mencoba mengingat-ingat kembali film yang telah dia saksikan semasa dia masih di kehidupan lamanya.

"Randall, nyonya namanya Randall." Ucap Felix.

Kepala Izzy terclick. Sesuatu di breaking down 2. Tapi dia terlihat lebih muda dari yang film dan itu artinya sesuai buku. "Teman Carlisle bukan? Aku pikir aku tidak akan bertemu denganmu. Senang bisa bertemu." Izzy menyapa vampir itu sebelum membiarkan Felix membawanya. Dia tidak peduli masalahnya.

Mereka toh tidak benar-benar saling mengenal. "Apa yang baru saja terjadi?" Caius bertanya. "Itu dimakan Shield Caius. Ah aku lelah. Mungkin kau sebaiknya pergi ke ruang tahta." Ucap Izzy sambil mencoba berjalan cepat menuju kamar tamu miliknya.

Melarikan diri dari Caius dan pertanyaan nya. Dia pasti pada akhirnya akan diminta penjelasan tentang kekuatan nya oleh Aro, Izzy menolak menjelaskan dua kali. Caius tidak mengikuti nya itu artinya dia sendirian. Namun sebelum dia menghela nafas lega. Suara deheman di belakang nya mengangetkan nya.

"Halo nyonya." Sapa vampir baru yang membuat Izzy menjerit kecil.

"Duck. Maaf kau mengagetkanku." ceplos Izzy.

"Maafkan saya, tuan Caius mengirimku untuk mengawasi anda." Ucapnya. Izzy menatap wajahnya lekat-lekat sebelum memperhatikan cara berpakaian nya.

"Panggil aku Izzy. Sekarang ayo, aku butuh seseorang menilai pakaian baruku." Izzy menarik vampir yang bahkan belum dia ketahui namanya tanpa ragu-ragu.

....

"Bagaimana apakah terlihat bagus?" Aku bertanya pada vampir yang telah aku ketahui namanya Corin. Sungguh aneh dia berada disini. Kupikir Caius dan Aro mengurung istri mereka di menara dan menempatkan vampir ini untuk memberikan mereka sensasi puas.

Apakah aku melewatkan sesuatu? Entahlah.

"Itu cocok untuk anda nona. Hanya saja um..."

"Katakan saja. Terlalu terbuka? Mencolok?" Aku memperjelas nya.

Dia mengangguk ragu-ragu. "Itu yang aku inginkan. Jika kau takut aku di caci. Tenang saja, itu adalah hal biasa." Aku terkikik.

Ah senang rasanya menikmati pakaian mewah ini, tanpa harus mempedulikan apapun yang akan dikatakan orang lain. Jika ada seseorang yang berani mencaci pakaianku di hadapanku. Akan kuhajar mereka dengan perisai ini. Di depan cermin besar aku memutar-mutar badanku memeriksa rok putih dengan hiasan kristal yang menggantung di bagian pinggang. Ini tampak cocok dengan crop top hitam yang baru saja kubeli.

Di padukan dengan jacket berbulu akan tampak cantik. Sayang sekali acara fashion show ku terganggu oleh ketukan pintu. "Masuk." Aku berbicara dengan suara normal vampir punya pendengaran yang baik.

Vampir besar yang aku kenali sebagai Felix masuk. "Tuan Caius menginginkan kehadiran anda Nyona." Ucapnya. Aku mengangguk mengerti dan melepaskan heals yang aku gunakan mengganti nya dengan sepatu flat.

"Kemana?" Aku bertanya.

"Perpustakaan."

Corin dengan rendah hati mengantarkanku ke tempat itu. Gatal sekali mulutku ingin menanyakan tentang Sulpica dan Athedora. Tapi aku menahannya lebih baik bertanya pada Caius sendiri sebelum dia menghukum Corin atau sesuatu.

Perjalanan ke perpustakaan relatif tenang, mungkin karena para vampir sibuk dengan tahanan atau mereka sedang kelaparan jadi menjaga jarak dariku. "Kapan biasanya Heidi membawa turis kemari?" Corin berhenti di tengah jalan dan menatapku. "Itu kemarin nyo- Izzy."

"Benarkah? Aku tidak mengingat Caius pergi untuk makan?" Aku bertanya heran.

"Tuan melakukan nya saat anda tertidur semalam." Jelasnya.

"Masuk akal." Aku mengangkat bahu dan berjalan dengan bersenandung.

Kami tiba di perpustakaan Corin meninggalkanku untuk masuk sendirian. Ini sangat mudah di tebak, pembicaraan kemampuan ku. Tidak salah lagi. Sangat mudah.

"Kami menantikan kehadiran mu disini." Aro menyambut ku dengan suka cita. Sudah sangat jelas tujuannya.

Aku memberikan nya tatapan mata kesal. "Ini tentang kejadian tadi bukan?" Aku menebak. Itu mudah saja apalagi yang di pedulikan Aro selain kekuatan?

Di ruangan yang di terangi dengan cahaya lembut itu aku dibiarkan duduk di dekat Caius. Dia juga menantikan penjelasanku. Aku dengan terpaksa. Aku telah terlalu banyak saat pertama bertemu mereka jadi apa salahnya sekarang bukan?

"Perisai. Aku memiliki perisai. Di dalam kepalaku, ada sesuatu, seperti sebuah ilusi yang menjawab perkataan ku. Dia mengarahkan ku agar mengetahui kemampuan itu, dia seperti tahu masa depan." Jelasku. "Alasan aku tahu kedatangan vampir itu adalah karena dia. Perisai itu juga aku ketahui ada karena dia."

Aro bertepuk tangan gembira. "Kita butuh uji coba bersama Jane dan Alec!" Dia kegirangan dan membuatku mendengus. Caius seperti nya setuju dengan ku.. "Sepertinya dia butuh istirahat Aro. Uji coba itu bisa dilakukan kapan saja tapi tidak sekarang." Ucap Caius.

Untuk pertama kalinya aku sangat-sangat setuju dengan Caius aku butuh tidurku. Begitulah akhirnya Ari merajuk dan aku kembali ke kamarku dengan tenang. Besok pasti hari yang panjang.

 Besok pasti hari yang panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 𝐈'𝐌 𝐍𝐎𝐓 𝐁𝐄𝐋𝐋𝐀 𝐒𝐖𝐀𝐍 - CAIUS VOLTURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang