EIGHT

620 81 2
                                    

Keesokan harinya aku melakukan rutinitas normalku. Sesekali memeriksa teleponku, menunggu suara teriakan kegirangan atau suara teriakan kesal dari Jared. Selama di kelas aku tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana kejadian itu berlangsung. Aku berhasil ditegur oleh Lizzie beberapa kali ini. Dia bahkan mulai mengkhawatirkanku.

"Apakah kau baik-baik saja? Kau terus saja melamun, apakah aku haru—" Tanya nya khawatir, aku memotong nya sebelum dia berpikir menarikku ke UKS atau psikiater.

"Ssst...Tenang pumpkin, aku baik-baik saja. Hanya terjebak dalam lubang kelinci pikiranku." Jelasku, itu tidak bohong.

"Kau yakin? Kau tidak sedang mulai memasuki fase depresi lagi bukan?" Tanya Lizzie dengan polos. Oh anak ini, sangat peduli padaku. Aku tersentuh.

"Tidak, aku akan berusaha agar tidak depresi untuk kepergian seorang kotoran bodoh dari hidupku. Tenang saja, santai. Aku sehat baik raga maupun rohani. " Dia menatapku dengan wajah tidak percaya pada pernyataanku.

"Apa? Bukankah pria itu seperti kotoran dan sampah? Sekarang mungkin dia yang sedang menangisi pilihannya, dia baru saja membuang berlian berharga, mahal dan yang terlangka." Ucapku sambil memutar mata. Membicarakan pria brengsek itu hanya akan membuang waktu. Dia masih terperangah dengan tidak percaya.

'ekspresinya mengatakan, oh my goodness apa yang terjadi dengan gadis swan yang dulu, ke mana hilangnya gadis yang bersedih karena kekasihnya!!! Puft andai dia tahu bahwa dia sudah berhasil pergi ,' lol kau benar. Dia masih bisa bertahan hidup andai saja dia tidak terlalu terpengaruh oleh keadaan dan mencoba bangkit.

Sepertinya Sam dan Jared akan memberikanku cerita saat aku pergi ke sana akhir pekan. Huft mengapa tidak menelepon ku saja sih.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Suara berisik dari benda bodoh itu berhasil membangun kan ku dari hibernasiku. Aku mengumpat kecil lalu aku meraba-raba meja untuk mematikannya masih dengan mata tertutup rapat.

Uhh ini tidur siang.

Aku mematikan alarm itu dan mencoba melanjutkan tidur siangku. Mengapa diriku memasang alarm ini bukan pagi hari. Bodoh, Pikirku dengan kesal.

'kau lupa adegan pack dengan Bella.' oh benar adegan fenomenal itu.

Aku tersadar dari Ling-lungku. Aku memaksakan diri membuka mata dan memaksa diriku berhenti menguap. Ayo hanya bangun dan ke kamar mandi. Hanya perlu mencuci muka dan semuanya akan jauh lebih mudah.

Aku bangun dengan lambat masih dengan rasa ngantuk dan mata tertutup. Aku bahkan tidak menyadari kursi di hadapan ku. Tidak ada harapan bagiku untuk menghindari memar baru.

Brakk

Auch, tubuhku terjatuh tengkurap di lantai bagus sekali. Awal yang indah.

"Kau baik-baik saja Bella?!" Teriak ayah.

"Yeah dad, aku hanya memiliki janji dengan lantai!" Balasku dengan kesal.

Siapa yang menaruh kursi itu di sini.

'Jangan menyalahkan orang lain, gadis kikuk.' oh diam kau.

Aku bangkit dengan susah payah dan menendang kursi bodoh itu. Uh hancur sudah Moodku. Aku berjalan ke dalam kamar mandi dan mulai mencuci wajahku.

Aku menatap wajahku di cermin tidak ada lagi rambut pirang. Hanya rambut coklat dengan ombre biru tua. Tidak ada lagi mata hitam yang legam hanya coklat. Huft... Aku merindukan diriku yang dulu. Wanita dewasa dengan hidup normal (baik, sebenarnya tidak begitu baik bisa dibilang keluargaku agak abuse dan toxic, setidaknya aku masih bisa bertahan) dan pekerjaan yang diimpikan hampir semua orang.

 𝐈'𝐌 𝐍𝐎𝐓 𝐁𝐄𝐋𝐋𝐀 𝐒𝐖𝐀𝐍 - CAIUS VOLTURIWhere stories live. Discover now