FOURTEEN

519 57 1
                                    

Izzy bangun ketika terik matahari sudah menjangkau wajahnya dan membuatnya menjadi lebih panas. Jendela raksasa yang berada di kamarnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi dengan jam tidurnya. Membuat Izzy terpaksa bangun dengan menguap mengantuk.

Ketukan pintu juga membuat nya benar-benar harus bangun untuk meraba-raba bawah ranjangnya mencari dalaman nya yang semalam dia tendang begitu saja.

"Tunggu sebentar jangan coba-coba masuk."

Ketika pengait nya telah terhubung dan wajahnya sudah tidak ada kotoran Izzy mengizinkan siapapun yang berada di depan pintunya masuk.

"Halo nyonya aku—"

"Heidi bukan? Jangan panggil aku sebutan itu. Serius jangan panggil aku itu." Ucap Izzy dengan merinding.

Heidi terkejut karena nyatanya dia dikenali oleh pasangan rajanya dan agak bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa jika bukan nyonya.

"Panggil aku Izzy. Apakah itu pakaian untukku?" Izzy bertanya menunjuk baju yang ada di tangan Izzy.

Heidi mengangguk dan memberikan Izzy baju yang telah dia siapkan. "Aku hanya menebak ukuran anda." Ucap Heidi.

"Terimakasih Heidi. Apakah sarapan di tempat yang sama dengan yang kemarin?" Tanyanya pada Heidi.

"Mungkin, Tuan Caius akan datang menjemput anda."

"Okay baiklah. Tidak perlu menungguku."

Izzy masuk ke dalam kamar mandi yang lebih luas dari kamarnya yang ada di Forks. Luar biasa dan ya berlebihan. Ada tempat shower, bathtub yang hampir menyerupai jacuzzi dan wastefel keramik yang memiliki aksen emas.

Bukan emas asli kan?

'Aku yakin itu emas Asli.'

Ya vampir mafia Italia.

Izzy mengangkat bahu melepaskan seluruh pakaiannya dan memilih untuk membasuh tubuhnya di shower. Terlalu banyak hal yang terjadi dan dia pasti sudah berbau busuk karena terlalu banyak berkeringat dan bajunya yang terlalu pendek dan tipis tidak membantu menahan keringat.

Air dingin menyentuh kulitnya yang tegang sebelum lama-kelamaan menjadi lebih santai dan terasa lebih segar. Rasa lengket keringat dan kering rambutnya telah hilang dengan sabun dan shampo yang sudah tersedia di ruangan itu. Terlalu banyak pilihan untuk kesukaan nya tapi dia mendapatkan yang mirip dengan aroma lavender yang sering dia gunakan.

Setelah rutinitas pagi hari nya selesai Izzy memakai pakaian yang diberikan oleh Heidi.  Blus V neck lengan pendek dipadukan jacket kulit dengan rok panjang. Ini bukan selera modenya tapi ini baik-baik saja.

Ketika Izzy melangkah keluar dari kamar mandi. Di kursi tidak jauh dari jendela raksasa, telah hadir si rambut pirang dengan koran bahasa Italia di tangannya. Izzy tentu saja mengabaikan nya dan mengambil sisir dan mulai memperbaiki rambutnya.

"Tidak suka menunggu?" Izzy bertanya di sela-sela aktifitas nya.

"Tidak juga, aku hanya ingin memastikan kita tidak terlambat."

Setelah rambutnya lebih baik Izzy berbalik ke arah Caius. "Maksudmu? Oh jangan bilang kecepatan itu lagi." Izzy mendesah frustasi. Dia benar-benar tidak bisa menghapal rute kastil ini jika dia terus menerus di ajak berkeliling dengan kecepatan itu. Tapi  nyatanya tidak, Caius tidak menyeretnya.

"Ah jalan pintas rupanya." Caius tidak menjawab. Dia hanya membawa Izzy keluar melalui gereja yang entah bagaiman terhubung dengan kastil Volturi.

Bukannya di bawah ke dapur yang kemarin ditempati makan siang Izzy Caius malah membawanya ke salah satu restoran lokal Italia. Izzy mensyukuri itu, sarapan normal. Terlihat melegakan nya.

 𝐈'𝐌 𝐍𝐎𝐓 𝐁𝐄𝐋𝐋𝐀 𝐒𝐖𝐀𝐍 - CAIUS VOLTURIWhere stories live. Discover now