Pretzel: Chapter End.

797 113 3
                                    

"Apa aku memang tak ditakdirkan untuk bahagia?"


[Jaemin & Renjun]

















Jeno menghentikan mobilnya di mansion utama keluarga Na itu, Haechan lantas keluar lebih dulu dan masuk duluan kedalam mansion itu setelah salah satu maid membubukakan pintu diikuti jeno yang tergesa-gesa karena tak mau terjadi kekacauan didalam sana. Dia sangat tau bagaimana kekasihnya itu saat mengamuk, sangat menyeramkan.

Haechan melihat jaemin yang berada di salah satu balkon lantas diapun mendekat menarik tangan sang empu hingga jaemin berbalik dan melihatnya datar.

"Siapa kau? Apa kau tak punya sopan santun? Aku tau kau kekasih jeno tapi kau sudah tak bisa ditoleransi lagi " datar jaemin.

Plak!

Plak!

Jeno sampai disaat sang kekasih menampar telak jaemin dengan sangat keras sekali. Jaemin hanya menatap datar Haechan lantas menatap tajam jeno.

"Bawa kekasihmu dari mansion ku ini, siapa dia sampai menamparku." Datar jaemin.

"Kau tak ingat aku Na Jaemin? Aku echan." Ucap Haechan dan jaemin hanya menatap datar Haechan walaupun jujur dia sangat kaget.

"Aku tau kau sangat terkejut na jaemin, tapi aku sudah muak dengan sikapmu yang tak mau mendengarkan penjelasan renjun sama sekali. Kau tau renjun tak seperti itu jaemin!"

"Kalau kau ingin membelanya, maka lupakan saja. Aku tidak tertarik." Datar jaemin.

"Kau keterlaluan Na Jaemin, ini! Baca itu! Kau akan tau kalau yang jahat disini bukan renjun! Bukan dia! Dia adalah korban sesungguhnya. Dan mengenai kecelakaan itu, itu bukan salah renjun, Rere menjatuhkan dirinya sendiri ketengah agar mobil itu menabraknya. Aku melihatnya dengan sangat jelas. Kalau kau melihat renjun mendorong Rere itu salah, karena wanita ular yang telah tiada itu lah yang membuat bagaimana renjun bisa terlihat salah dan jahat dimata semua orang termasuk orangtuanya dan juga kau. Karena dia tak suka renjun bahagia. Kau paham?!" Kesal Haechan lalu diapun segera pergi, jeno lantas mengikuti kekasihnya itu.

Jaemin melihat buku yang sedikit usang itu lalu diapun membukanya.

Halaman 1.

"Kenapa aku harus terlahir berpenyakitan seperti ini? Kenapa bukan renjun saja? Kenapa dia harus sehat-sehat saja padahal dia memiliki kelainan seksual? Dia bisa hamil, bagaimana mungkin pria memiliki rahim? Aku tak suka padanya."

Halaman 2.

"Hari ini aku melihat ayah memarahinya, aku senang karena ayah memihak padaku, dia dihukum cambuk cukup banyak. Aku senang melihatnya."

Halaman 3.

"Hari ini aku memecahkan vas kesayangan ibu, dan aku menuduh renjun karena dia yang membereskannya, renjun kena marah habis-habisan dan tangannya juga terluka. Ibu tak perduli pada anak itu, dia bahkan menghukum renjun tak boleh makan satu harian."

Halaman ke 4.

"Hari ini ulangtahun ku dan renjun, tapi aku meminta pada ayah, ibu, nenek dan kakek untuk tak merayakan bersama dengan renjun, dan mereka setuju, kami meninggalkan renjun di mansion dan tak memperbolehkan siapapun merayakan ulang tahunnya. Sungguh renjun yang miris, harusnya kau berniat mati saja."

Halaman ke 5.

"Hari ini aku melihat dua orang asing datang dan ternyata adalah teman renjun, aku sangat kesal karena anak itu bisa dengan mudah mendapatkan hal yang dia inginkan. Tapi, tenang saja aku akan membuat temannya membencinya, juga aku tak mengakuinya sebagai kembaranku tapi anak pembantu, sangat keren dan aku suka itu."

MAHSYAR FIELD STORY Where stories live. Discover now