01. awal mula

242 22 4
                                    

2017

Aisha berlari sesekali berteriak di dalam kelas menghindari Ilham yang mencoba mengoleskan tinta dari pulpen yang bocor. Gila saja, Aisha merasa jantungnya berdetak dua kali lipat saking paniknya dia, takut tinta hitam itu membuat baju putihnya kotor yang akan berakhir mamanya marah-marah nanti, maka karena tidak mau itu terjadi, Aisha sebisa mungkin menghindar dari Ilham yang jahilnya tidak bisa tertolong itu, hingga satu ide muncul di benak Aisha, perempuan itu tanpa banyak berpikir memilih mendekati Raffa yang sedang mencatat dan bersembunyi di tubuh yang lebih besar dan tinggi darinya itu.

"Sha diem ah, ganggu gue lagi nyatet," protes Raffa saat Aisha bergerak sembarangan membuat jarinya bergerak mencoret buku dengan tinta pulpen yang sedang dia pegang.

"Raff, liat temen lo mau kotorin baju guee!" ujar Aisha dengan tangan yang bergerak menarik bagian lengan seragam putih yang sedang Raffa kenakan, lalu dengan kuasanya yang menjabat sebagai ketua kelas, Raffa berhasil menghentikan Ilham dengan beberapa gertakan, dan setelah itu, Raffa mengusir Aisha supaya dia kembali ke mejanya.

"Cepetan Aisha Pricilla, lo ganggu banget!"

"Iya sabar!" kesal Aisha karena Raffa dengan tak sabaran mendorong-dorong bahunya supaya pergi.

Aisha dengan wajah bete berjalan gontai dan duduk di samping Sisil yang baru saja datang dari toilet.

"Kenapa muka lo?"

Aisha hanya menggeleng, dan menidurkan kepalanya di bahu Sisil, dengan telinga yang aktif mendengarkan gibahan antara Sisil dan Dina yang sedang membicarakan seorang kakak kelas yang katanya sedang menjadi incaran Sisil.

"Hah? jadi Kak Farhan itu sepupu lo Na?" tanya Aisha yang baru mengetahui salah satu fakta itu.

Sisil mengangguk antusias. "Iya! makanya gue minta buat Dina deketin kita."

Aisha memicing mendengar ucapan Sisil. "Bukannya dia ada cewek?"

"Ya kan gue sama Kak Farhan nya bisa temenan dulu, enggak usah buru-buru lah," jawab Sisil dengan santai, lalu tangannya bergerak mengambil nomor yang sudah Dina tuliskan di kertas kecil.

"Makasih ya, sahabat gue banget deh lo!"

Dina hanya tertawa kecil menanggapi ujaran Sisil yang kini terus-terusan memandangi kertas kecil itu dengan senyuman.

Aisha mengambil botol minum yang ada di meja belakangnya, dia meminta izin untuk meminum air putih itu kepada Zara yang saat itu sedang menggunting kuku-kukunya di dekat tempat sampah di pojok kelas.

Hari itu berlangsung cukup baik, meski selalu ada pertikaian di dalam kelas itu, kelas tujuh B yang sudah ter cap berisik sejak awal. 

Maka dengan itu, cerita Aisha mulai dari sini.

...

Aisha tertawa membaca chat di grup yang baru saja di buatnya, grup itu berisikan empat orang, Aisha, Sisil, Zara dan Dina. Lalu yang sedang ke empat remaja obrolkan malam ini adalah: gebetan.

Entah siapa awalnya tapi yang pasti, mereka kini sedang mengaku siapa laki-laki yang sedang disukainya dan membicarakan orang itu di grup chat yang masih hangat itu.

Aisha shock saat tahu jika orang yang Zara sukai adalah Umay, kakak kelas yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah Aisha. Yang membuatnya kaget adalah, fakta bahwa Zara dan Umay belum ada interaksi, jadi kira-kira apa yang membuat Aisha suka terhadap Umay?

Hingga saat gilirannya tiba, Aisha berpikir sejenak, lalu menuliskan satu nama yang berhasil membuat ketiga orang lain di grup itu lebih kaget, dan tidak menyangka, sebab, nama yang Aisha tulis adalah: Ilham.

TimelineOnde histórias criam vida. Descubra agora