Bab-2

201 117 44
                                    

⋆ ̊ ⋆୨Happy Reading୧⋆ ̊ ⋆
Jangan lupa votement

›‹

›‹

›‹

Malam hari di dalam keluarga kecil Zahir Kavindra Anantadewa, sedang menikmati makan malam sederhana dengan sang-istri dan juga kedua anak-anaknya.

"Aira, tadi sekolah?" tanya Zahir pada putri nya itu.

Aira pun mengangguk. "Sekolah terus pulang cepet deh." jawabnya.

"Wah, bolos tuh pasti," sahut Jevan.

Aira mendengus memutar bola matanya malas. "Emang, gue lo? Waktu sekolah nya bolos terus!" balas Aira.

Jevan hanya menjulurkan lidahnya meledek sang-adik.

"Jevan Aira, udah. Tadi siang tuh kata Aira guru-gurunya mau rapat jadi, pulang cepet." jelas Arin yang di balas anggukan oleh suaminya itu.

Setelah makan malam mereka sudah selesai dan juga Aira dan ibunya yang sudah mencuci piring, lalu ikut bergabung bersama Zahir juga Jevan di ruang tv.

"Aira, kamu harus rajin sekolah nya. Bapak gak masalah kalau kamu gak dapet juara di sekolah, yang penting kamu paham mengerti tentang pelajaran yang guru-guru kamu ajarkan." jelas Zahir ketika Aira sudah berada di ruang tv bersama dengannya.

Aira mengangguk tersenyum. "Iya, makasih bapak," balas Aira senang karena, sikap bapaknya yang santai dan tidak mengekannya.

"Terus kamu Jevan, bagaimana kerja kamu di restoran itu?" kini Jevan yang di tanya oleh Zahir.

"Alhamdulillah aman, anak bosnya cantik pak." jawab Jevan sambil senyum-senyum malu.

"Mau lo incer?" tanya Aira langsung.

"InsyaAllah. Dengan doa ibu bapak, semoga lancar pendekatan nya... heheh." katanya.

"Aamiin," sahut kedua orangtuanya bersamaan.

Aira menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pada mereka.

Lalu di saat Aira dan Jevan sedang pokus menonton tv, Zahir dan Arin pun saling melirik dan Zahir mengangguk pada Arin untuk segera mengatakan sesuatu pada kedua anaknya.

"Euumm, Aira Jevan." panggil Arin pada mereka berdua.

Aira dan Jevan pun langsung menoleh menatap ibu nya. "Iya bu?" ucap keduanya.

"Kalian mau gak? Kalau kita, pindah ke Jakarta?" tanya Arin membuat kedua anaknya itu terdiam.

"Kalau pindah. Rumah sewaan ini gimana? Kita kan udah lumayan lama tinggal di rumah ini kok, tiba-tiba mau pindah aja sih?" tanya Aira yang langsung bersedih.

"Aira, kita kan sebelumnya udah bicara soal rumah ini. Kita di sinih cuma sementara dan sekarang bapak udah dapet rumah yang InsyaAllah nyaman buat kita berempat." jelas Zahir.

Arin menggenggam tangan putrinya itu. "Kamu mau kan, Aira?" tanya Arin pada Aira.

Aira terdiam lalu menatap wajah ibunya. "Aira mau pindah tapi kalau pindahnya bukan di Jakarta gak bisa ya bu?" tanyanya.

"Gak bisa Aira..., Karena pekerjaan bapak kamu ada di sanah semua. Jadi kalau rumah kita di Jakarta, bapak pulang nya setiap hari gak seminggu sekali lagi," jelas Arin sambil mengusap punggung putrinya.

Memang benar yang di katakan Arin karena pekerjaan proyek pembangunan suaminya itu ada di sanah semua.

"Kalau Jevan tetep di sinih dulu boleh gak? Soalnya mau belajar mandiri... Nanti, pulangnya sama seperti bapak, seminggu sekali atau dua minggu sekali." ucap Jevan.

AiRez [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang