MSE 3

800 50 2
                                    

"Sebenar nya apa yang kau lihat dari ku hingga memiliki perasaan lebih. Padahal kita tidak pernah bertegur sapa sekali pun?." Tanya Rosè setelah Ashley  meminta dirinya menjadi kemasih nya dengan alasan bahwa dia mencintai gadis blonde itu.

"Karena kamu gadia yang baik, ramah, dan tentu nya sangat cantik bagiku dan membuat jantungku berdetak kencang, dan hal itu tidak pernah kurasakan pada siapa pun selain diri mu Rosè." Jelas Ashley  menatap Rosè dengan intes dan penuh kejujuran.

"Maaf tapi aku tidak percaya dengan namanya cinta pandangan pertama, apa lagi cinta tanpa memahami." Tegas Rosè sebagai bukti bahwa dia menolak Ashley  dengan halus.

"Tapi apa kamu tidak mau mencobanya dengan ku?, aku benar-benar jatuh cinta padamu Rosè." Mohon Ashley  menggenggam tangan Rosè erat.

"Tidak! Karena jantungku berdetak cepat bukan untuk mu." Tolak Rosè lebih tegas lagi.

"Jadi hati mu sudah berpemilik." Lesu Ashley  masih mengusap punggung tangan Rosè dengan nyaman, tanpa tau di suatu titik tak terlihat seseorang sedang memantu dan ingin menerkam nya hidup-hidup.

"Tidak juga, tapi yang pasti jantung ini tidak akan pernah berdetak untuk mu. Dan lagi pula aku bukan orang sebaik yang kau pikirkan." Rosè melepaa tangan nya karena tidak nayaman dengan sentuhan yang di berikan Ashley

"Rosè." Monolog nya menatap cinta pada pandangan pertama nya itu pergi dengan kedua teman nya. Meninggal kan dirinya dengan hati patah yang ditolak mentah-mentah.

"Bawa gadis sialan  itu padaku. Akan kupotong tangan yang berani menyentuh milik ku!." Desis Lisa yang sedari tadi mengamati pada orang suruhan nya di telfon menatap Ashley dengan tatapan membunuh.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Senar nya apa yang membuat mu pindah sari Aussie Rosè?." Tanya Seulgi penasaran.

"Iya, kau bahkan pindahan universitas faforit di sana." Tambah Jisoo.

"Iyq benar. Aku sangat penasaran akan hal itu." Tambah Jennie bersemangat.

"Aku juga, tidak mungkin kan hanya karena ingin saja?." Tebak Irene.

Rosè yang mendengar pertanyaan teman-teman nya, memilih menghabiskan suapan terakhir di piring nya.

"Aku kemarai mencari seseorang." Jawab nya santai sambil membersihkan sudut bibir nya.

"Siapa?, apa kau sudah menemukan nya?, apa dia anak kampus kita?." Tuding Jennie langsung.

"Seorang gadis semuruan ku, ya aku sudah menemukan ya. Dan dia bukan anak kampus kita, tapi akan menjadi mahasiswa pindahan dua minggu lagi." Jelas Rosè.

"Lalu kau ingin melakukan apa?." Penasaran Jisoo.

"Tidak banyak. Hanya membuat dia merasa mati lebih baik tapi dia tidak bisa mati." Jelas Rosè dengan api penuh dendam terpancar jelas di mata indah nya.

Gkuk...

Melihat aura gelap dari Rosè, membuat Mereka ber empat menelan ludah kasar dan merasa terintimidasai oleh aura Rosè.

"Apa alasan mu ingin menghancurkan nya?." Jisoo masih sangat penasaran.

"Entah lah. Tapi yang pasti dia tidak boleh bahagia." Jelas Rosè mengedikan bahu nya seolah itu bukan hal besar sama sekali.

"Apa ini sisi Rosè yang tidak kami ketahui?." Batin Jennie.

"Rosè sangat menakut kan?." Batin Jisoo.

"Mirip Lisa." Jennie.

"Ah! Aku penasaran dengan Rosè yang sebenar nya. Ck! Lisa juga." Irene bersemirik jahat.

Itu lah isi pikiran mereka masing-masing, setelah saling melirik satu sama lain.
.
.
.
.
.
.

"Yak!!, lepaskan aku sialan!." Maki Ashley  berang yang kini dia terikat duduk di sebuah kursi dalam ruangan yang dingin dan sepi hanya dia seorang di dalam sana.

"Diam!." Bentak seseorang yang dari tadi memantau di CCTV yang di pasang di ruangan itu.

"Siapa kau?, keluar kau!, dasar pengecut!."  Remeh Ashley  menoleh kesana-kemari menacri sumber suara tapi nihil tidak ada orang di sana.

Setelah bicara seperti itu, suasana menjadi hening sejenak, dan kemudian Ashley  menyerngit bingung.

Tak!

Lampu menyinarai ruangan yang awal nya remang-remang menjadi terang benerang.

Tuk
Tuk
Tuk
Tuk

Ashley  menoleh  kesamping saat mendengar langkah kaki mendekat ke arah nya, dan di sana iya melihat tiga orang berjalan masuk  dua orang laki-laki bertubuh besar dan di tengah seorang gadis yang memaki masker serta topi hitam untuk menutupi wajah nya.

"Siapa kau?, aku tidak mengenal mu!. Lepaskan aku sialan!" Maki Ashley  saar orang itu berdiri di depan nya.

Dan satu orang anak buah nya segera mengambil Kursi untuk Lisa, kemudian meletakan meja kecil di antara mereka beruda. Serta seorang lagi berdiri di sebelah meja dengan nampan berisi beberapa pisau kecil serta sebuah pistol.

"Ka ka kau ma mau apa?." Tanya Ashley  dengan gugup rasa takut menjalar di tubuh nya melihat hal itu.

"Memberimu pelajaran karena berani menyentuh milik ku." Santai topi hitam itu sami mengetuk-ngetuk meja manambah kesan tegang di ruangan itu.

"Aku menyentuh milik mu?, kau gila!. Aku tidak mengenal mu dan bagai mana aku bisa menyentuh milik mu Sialan!." Bentak Ashley

"Roseanne Park. Gadis itu milik ku. Dan kau berani menyenuh nya sialan." Berang orang itu.

Cuih

"Psikopat gila." Maki Ashley tanpa ras takut.

"Letakan tangan kanan nya di meja." Titah nya tanpa bisa di bantah oleh siapa pun.

Dan dengan cepat anak buah nya itu meletakan tangan Ashley di meja, lalu mengunci pergrakan gadis itu agat tidak kabur dengan kuncian yang bertenaga.

"Yak yak yak. Apa yang kau lakukan!." Panik Ashley  saat gadis topi hitam itu mengambil pisau kecil dan kelihatan sangat tajam.

Set
Set
Set
Set

"ARRRRGGGGGHHHHHHH!!!!." Jerit Ashley  menahan sakit, kala pisau itu mengores punggung tangan nya dengan mudah dan mengeluarkan banyak darah.

"Akhh ampun ampun. Aku salah! Aku mohon hentikan ini sangat menyakit kan." Tangis Ashley  memohon dengan air mata menglair deras saking sakit nya.

"Ini peringatan pertama dan terakhir. Buang perasaan mu dan jangan dekati gadis ku!." Titah nya sambil mengelap darah dinpisau dengan sapu tangan yang di sediakan anak buah nya.

"Baik! Aku janji!." Angguk Ashley denga sangat cepat. Lebih baik kehilanagn cinta dari pada kehilangan nyawa di tangan psikopat gila ini pikir nya.

"Tutu matanya dan buang di pinggir jalan." Titah gadis itu lalu beranjak pergi dari sana. Dan Ashley  langsung di bawa keluar dengan mata tertutup kain hitam serta mulut nya si bekap agar tidak ribut.
.
.
.
.
.
.
.

"Oppa. Nunna takut oppa." Adu gadis kecil yang bersembunyi di balik tong sampah.

"Nunna jangan takut. Ada Oppa di sini." Hibur laki-laki kecil yang memeluk kembaran nya.

"Mommy, mama. Tolong kami." Tangis kedua bocah kembar itu ketakutan.

.
.
.
.
.
.
.
Bersambung......

Jangan lupa vote&komen.

my sweet enemy(MSE)Where stories live. Discover now