chapter 25

15.9K 565 5
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.


Ning Amara merasa bahwa dirinya sudah terpojokkan saat ini. lidahnya begitu kelu hanya untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata. tatapan mata mereka terasa sangat tajam bagaikan pedang siap menghunus lawan. sampai akhirnya keterdiaman Ning Amara dibuyarkan oleh Gus Mahen.

" Amara, abi minta kamu benar-benar mengatakan hal yang sebenarnya. jika kamu memang tidak berbohong, kamu tidak perlu takut, " sahut Gus Mahen membuyarkan lamunan gadis itu.

" Bukankah Amara sudah mengatakan semuanya pada hari itu, abi, " balas Ning Amara.

" Kamu yakin perkataan kamu waktu itu dapat dipercaya? "

" Abi tidak percaya dengan putri abi sendiri? " ujar Ning Amara dengan nada memilukan.

Sementara Ning Kirana yang pada dasarnya tidak bisa melihat sang anak bersedih, ia langsung saja mendekati putri nya dan memeluk tubuh putrinya berniat sedikit menenangkan dirinya dari suasana yang sedikit mencekam di ruangan ini.

" Mas, bukankah Amara sudah mengatakan yang sejujurnya? aku tidak pernah mendidik Amara untuk berbohong. jika kamu meragukan Amara, maka sama saja kamu juga meragukan didikan ku sendiri, " ucap Ning Kirana ikut menanggapi.

" Sayang, mas tidak bermaksud seperti itu. kamu salah paham, " ujar Gus Mahen.

" Lalu apa? kamu bahkan memojokkan putri kamu sendiri dan tidak mempercayai ucapannya, " ujar Ning Kirana begitu menohok.

" Kirana, sekarang mas tanya. apa salah jika mas hanya sekedar memastikan semuanya? jika memang benar putri kita yang menyebabkan masalah ini, maka mas tidak akan memandang siapa dia. mas akan memberikannya sebuah hukuman, " jelas Gus Mahen.

" Mas, sudah lama sekali kamu tidak memanggilku dengan hanya sekedar namaku, tapi sekarang kamu malah melakukan hal itu. apa kamu marah denganku sehingga kamu tidak memanggil ku dengan embel-embel sayang? " ujar Ning Kirana karena biasanya Gus Mahen memanggil nya dengan kata sayang. jadi apabila Gus Mahen sudah menyebutkan namanya itu berarti Gus Mahen sedang berada diatas amarah kepada dirinya.

" Astagfirullah, kenapa jadi seperti ini? " gumam Gus Mahen memijat pelan keningnya.

" Apa gara-gara gadis itu kamu menjadi seperti ini mas? kamu mulai iba dengan dia yang jelas-jelas biang dari semua masalah ini. apa kamu sadar jika semenjak kedatangan gadis itu, sedikit demi sedikit masalah menghampiri kita, " ucap Ning Kirana yang dirasa tidak sudi memanggil nama gadis yang ia maksud.

" Kenapa kamu malah menyalahkan orang lain yang jelas-jelas tidak terlibat disini? " tanya Gus Mahen membela gadis yang dimaksud oleh istrinya.

" Tidak terlibat kamu bilang? sudah jelas jika dia berniat mencelakai putri kita. dia bahkan sudah berani merundung salah satu santri disini, " cetus Ning Kirana.

" Kirana, kamu tidak bisa menuduh nya tanpa ada bukti, " sahut kyai Alif.

" Untuk apa memerlukan bukti? sampai saat ini gadis itu belum bisa membuktikan bahwa dia tidak bersalah. tentu saja karena dia pelakunya. dasar gadis tidak tau diri, " ujar Ning Kirana dengan begitu ketus dan menohok.

" Siapa yang anda sebut tidak tau diri? kenapa tidak berterus terang untuk menyebutkan namanya saja? " sahut Anthony dengan nada rendah. namun percayalah aura nya begitu mengintimidasi lawan bicaranya.

" Maaf kan saya tuan Anthony. anda bertanya siapa gadis itu kan, maka akan saya beritahu "

" Gadis yang saya maksudkan adalah putri anda sendiri, Xavia, " ucap Ning Kirana melanjutkan perkataannya.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora