[FOLLOW SEBELUM BACA]
Bagaimana jika introvert memiliki kelas sendiri?
INTROVERT CLASS, seperti namanya, kelas ini berisi sekumpulan siswa-siswa yang memiliki jiwa introvert. Kelas yang berdiri selama 30 tahun lamanya, namun keberadaannya tak diketa...
Cakra berdecak, malas. "Coba lo sekarang mikirin dulu caranya, ubah gaya bicara lo itu. Kalo kaku baku gitu, gimana ada orang yang mau bicara sama lo, Yan?!"
"Cak--"
"Dua minggu lalu, gue ditawarin kost sama teman eskul PKS gue," tukasnya. Cakra lalu mengangkat tas ranselnya. "Katanya, teman satu kost-kostan nya udah pindah asrama. Sambil nunggu semester depan, dia minta gue, buat nemenin sementara."
"Kamu mau sekost sama dia?" Nuzello mengangkat satu alisnya.
"Kenzi." Senyuman teduh terlihat di wajah putih Cakra. "Kenzi namanya. Lo tahu kan, dia sama kayak gue, Yan. Gak punya orang tua, dibesarkan di panti, kadang juga mesti pindah-pindah tempat. Kami bisa sekolah gratis, karena berjuang buat pertahanin beasiswa, gak kayak lo yang semua biaya pendidikan udah difasilitasi oleh keluarga."
"Gue gak ada waktu, cuman buat ngeladenin masalah lo, yang selalu overthinking hanya karena ketemu sama orang."
Cakra lanjut bertanya, "Liburan besok, lo pasti pulang kampung, kan?"
Nuzello mengangguk, iya.
"Coba liburan ini lo buka diri lo. Hilangkan rasa overthinking lo yang udah berlebihan itu, jangan terlalu tertutup sama orang. Lo itu cuman mati rasa, Yan! Gak ada yang namanya ASPD atau yang mereka bilang sociopathy, yang kata orang itu gak bisa bersosialisasi. Manusia itu perlu bersosialisasi. Jadi, lo gak usah terlalu overthinking sama ini semua. Ini cuman masalah kecil!"
Cakra berhenti di ujung pintu, dan membalikkan tubuhnya untuk berkontak mata dengan Nuzello.
"Satu lagi. Lo itu bukan introvert, Yan ... Gue kenal sifat lo dari kecil."
Kini, tatapan mata mereka berdua bertemu.
"Dan kalo lo akui diri lo itu introvert, buktinya lo bisa temenan sama gue yang ekstrovert." Cakra tersenyum tipis. Alis tipisnya terangkat satu. "Kata lo, para ekstrovert itu gak bisa temenan sama introvert."
"Masih ada satu bulan sebelum Januari berakhir," sambungnya dengan lirih dan penuh penyesalan.
Hanya diam yang digunakan sebagai jawaban Nuzello. Akhirnya Cakra keluar dari kamar kostnya itu, meninggalkan Nuzello yang mematung di tempat saat menyerap kalimat yang dilontarkan mulutnya.
____
Dalam ketenangan alam yang menyatu dengan berisiknya kepala. Nuzello termangu memandangi bukit asrama sekolahnya. Di kastil buatan ini, terlihat jelas indahnya pemandangan bangunan sekolahnya yang menjulang tinggi.
Malam ini tidak jauh beda dari malam biasanya. Nuzello menghindar dari problem solving-nya.
Lagi dan lagi. Malam selalu jadi suasana tersibuk untuk memikirkan segala masalah hidupnya. Andai dari lahir Nuzello tidak sependiam itu, mungkin bebannya akan lebih ringan dibandingkan saat ini.
Suara petasan yang menggeledek dan saling susul menyusul menambah suasana semarak malam ini. Berbagai jenis kembang api memancarkan pijar di sepanjang gelapnya langit yang menjelang tahun baru ini. Namun, itu semua tak mempengaruhi suasana hatinya.
"Kak ini surat dari pacar Kakak." Seorang anak kecil berbando merah menarik kemeja belakang Nuzello, dan langsung memberikan sebuah amplop.
Belum sempat berbicara empat mata, anak kecil itu sudah pergi jauh. Padahal dirinya akan bertanya apa maksud dari perkataannya? Pacar? Namun, terlihat anak kecil perempuan itu telah digendong ibunya menuju parkiran wisata ini.
Akhirnya tangannya bergerak membuka dan membaca pesan dalam surat bersampul kuning dengan gambar kartun Princes Belle di ujung atas kertas itu.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.