Touch - Bagian 16

7.7K 695 20
                                    

"Diminum dulu tehnya, Nak."

Ratna memandang wajah sendu Ara dari samping yang sedang meminum teh hangat buatannya. Wajah wanita muda itu terlihat sangat lelah dan sedikit berantakan, membuatnya merasa iba.

"Tante turut berduka cita, ya. Maaf, tidak bisa menghadiri pemakaman kakek kamu." Ara melempar senyuman tipisnya lalu mengangguk.

"Terima kasih, Tante. Gakpapa, kok."

Ara kembali menundukan kepalanya dan memainkan jemarinya pada bagian atas gelas. Yardan membawa Ara ke rumahnya dan belum ada percakapan diantara mereka sampai detik ini, alasannya pun tidak Ara ketahui karena sekarang dia jadi tidak enak karena merepotkan Ratna. Dan entah kemana perginya Yardan sekarang.

Panjang umur, Yardan menunjukan batang hidungnya seraya membawa sesuatu ditangan. Penampilan pria itu masih belum berubah, dia belum mengganti pakaiannya pun dengan Ara.

"Abang bawa Ara ke kamar tamu, ya? Istirahat dulu nanti sekalian makan malem sama-sama." Ara menggelengkan kepalanya sungkan.

"Gak usah Tante. Terima kasih sebelumnya, tapi Ara pulang aja." Ratna menyentuh lengan gadis itu sembari tersenyum manis.

"Kamu keliatan capek sekali, Nak. Istirahat sebentar dirumah Tante, ya? Mama kamu juga pasti lagi capek, kalian sama-sama butuh istirahat. Tante gak keberatan, kok, malah Tante seneng." Tatapan Ratna lalu mendongak kearah putranya dan menyuruh Yardan untuk melakukan perintahnya.

Yardan mengulurkan tangannya pada Ara membuat perempuan itu mendongak. "Ayo." Ara menghembuskan napasnya dengan berat, sebelum akhirnya menerima uluran tangan Yardan dan bangkit bersama Yardan.

Langkah mereka sama-sama memelan setelah memasuki sebuah kamar baroma lavender yang cukup mendominasi, Ara mengedarkan pandangannya ke segala sudut kamar tamu tersebut. Nampaknya Ratna membersihkannya secara teratur karena kamar tamu terlihat tertata sempurna, berbeda dengan kamar tamu dirumah Ara yang baru dibersihkan saat ada tamu yang berkunjung saja.

"Gue beliin lo baju tadi, lo bisa bersih-bersih dulu dikamar mandi biar lebih enakan." Ara menerima papper bag yang Yardan berikan lalu mengangguk.

"Makasih."

Pria itu memandangi punggung Ara yang menjauh dari matanya hingga akhirnya menghilang ditelan pintu. Dia melangkah menghampiri jendela, mengibak gorden dan sengaja membukanya agar udara sore bisa masuk ke dalam. Kamar tamu itu paling jarang terkena sinar matahari dan letaknya juga terbilang tertutup oleh pagar, tidak heran kalau suasana terkesan agak suram dan dingin. Tapi setidaknya udara masih bisa masuk sehingga kamar tersebut tidak terlalu sumpek.

Tak butuh waktu lama Ara keluar dari kamar mandi dan mendapati Yardan sedang membenarkan selimut. Wanita itu keluar dengan rambut basah sehabis keramas, wajahnya terlihat jauh lebih segar dibanding sebelumnya.

Yardan memindai hoodie dan training yang Ara kenakan, terlihat cocok meski agak kebesaran ---padahal dia sudah memilih pakaian khusus wanita dan mengira-ngira ukurannya, tapi ternyata Ara jauh lebih mungil dari yang kelihatannya.

Mengingat apa yang sudah terjadi hari ini, Yardan memang Ara dengan cara yang berbeda. Ara yang selalu keras kepala serta egois, angkuh, dan juga percaya diri. Nyatanya memiliki segudang kelemahan serta masih mendapat kecaman dari orang terdekatnya sendiri, Ara seolah berdiri diatas tumpukan duri. Diam maupun pergi dia tetap akan terluka.

Ara sama sekali tidak memalingkan pandangan dari Yardan, dia menghadapi perasaannya sendiri membiarkan desiran didadanya serta detak jantungnya yang menggila. Ara berpikir, sekali saja dia ingin seperti ini. Dan Ara juga berharap ini hanya tidak terjadi sekarang, tapi untuk besok, dan seterusnya.

TOUCH (TAMAT)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum