Redflag - Bagian 4

8.9K 731 27
                                    

Ara memasuki kediaman sang kakek seraya menggenggan handbagnya dengan erat. Ini bukan kali pertama dia datang ke rumah ini, tapi Ara masih selalu merasakan kegugupan setiap kali datang ---entah kenapa. Melihat mobil paman dan bibinya yang sudah terparkir dihalaman rumah, sudah dipastikan bahwa mereka berada disana lebih awal dari Ara dan Mamanya. Mendiang Papa memiliki dua adik bernama Janu dan satu lagi tante kesayangan Ara, yakni Berlin. Serta tiga orang sepupu bernama Hero, Salsa selaku sepasang kakak beradik dan terakhir Gio yang masih berusia 15 tahun.

Sensasi dingin menusuk yang berasal dari AC langsung menyambut kedatangan mereka membuat Ara refleks mengeratkan genggamannya pada tangan Adel, paruh baya itu menoleh sekilas dan mengusapnya lembut. Senyuman yang Mamanya berikan seolah memberikan semangat bagi Ara sehingga dia semakin memantapkan langkahnya untuk menemui semua orang yang sudah menunggu didalam.

Kedatangannya ke ruang keluarga berhasil menjadi pusat perhatian semua orang, namun ada satu pemandangan yang berhasil menarik perhatian Ara. Reno ada disana bersama dengan kedua orang tuanya. Apa yang sedang pria itu lakukan disini?

"Sudah datang?" Suara serak milik Kakek membuat Ara kini sepenuhnya fokus pada pria tua dengan tongkat kesayangannya yang selalu dibawa kemanapun beliau pergi, Kakek terlihat masih segar meski sudah berumur dan pria itu menatap Ara dengan mata tegasnya.

Adel mengajak Ara untuk duduk dan mendengar apa yang sebenarnya ingin Kakek katakan sampai memaksa agar semua anak dan cucunya datang tanpa terkecuali. Meskipun sebenarnya mulut Ara sudah gatal mengenai kehadiran Reno, bukan rahasia lagi kalau keluarga Reno mengenal baik kakeknya, mereka adalah rekan bisnis puluhan tahun lamanya. Tapi bukankah acara ini terlalu pribadi untuk dihadiri yang bukan bagian dari keluarga?

"Baiklah, karena semuanya sudah ada disini maka Papa akan mulai bilang maksud dan tujuan Papa mengundang kalian kesini." Kakek memandangi putra dan putrinya satu persatu. Dalam lubuk hatinya dia merasakan satu lubang kosong karena putra sulungnya yang telah tiada.

Pria itu memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya mengarahkan pandangannya pada Ara yang sedang duduk tegap, gurat wajah gadis itu persis seperti ayahnya. Aura yang terpancar begitu kuat sekalipun dia seorang wanita. Ara telah menunjukan bahwa dia bisa sukses dijalannya sendiri, kehadirannya yang sempat dirinya tolak karena cucu pertamanya bukan seorang perempuan, kini seolah menampar wajah keriput si tua bangka ini. Kakek menyesal tapi meminta maaf pun tidak ada gunanya untuk sekarang.

"Papa sudah membicarakan ini sebelumnya dengan Janu dan dia sudah setuju akan keputusan yang Papa buat." Ara melirik pamannya yang baru saja menghela napas. "Perusahaan yang saat ini dioperasikan oleh Janu memiliki saham yang kepemilikannya dipegang oleh Ara selaku putri tunggal Juan, Ara dan Janu berbagi saham masing-masing setengah tapi Janu akhir-akhir mengajukan keluhan jika dia kewalahan mengurus kantor sendirian."

Tatapan Ara semakin menajam ketika dia sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan ini berlanjut. "Kakek bisa to the point, gak usah terlalu bertele-tele." Adel menepuk lengan putrinya pelan, mencoba menahan Ara agar tak semakin kehilangan respect dari keluarga ayahnya.

"Kami meminta persetujuan kamu untuk menjual seluruh saham yang kamu punya kepada Hero agar kepemilikan nantinya dilanjutkan oleh Hero," ungkap Kakek dalam sekali tarikan napas.

Ara hidup seperti dalam cerita dongeng, kehidupan yang dulu berpusat kepadanya dalam sekejap bisa berubah membelakanginya. Sosok putri yang dimanjakan oleh ayahnya kini telah menjadi musuh keluarga hanya karena hak waris Papanya jatuh pada Ara sebelum waktunya, tidak ada keluarga besar yang harmonis seperti dalam novel. Semuanya hanya tinggal menunggu waktu saja.

Dia melirik pada Berlin, dimana paruh baya itu terlihat ikut frustasi pada permasalahan keluarganya sedangkan dia tidak pernah ikut campur ke dalam sana.

TOUCH (TAMAT)Where stories live. Discover now