Redflag - Bagian 3

11.6K 718 18
                                    

"Sumpah demi apapun gue yakin setelah kejadian kemaren idup gue bakal penuh dengan keapesan! Lagian lo kenapa gak bilang kalo si Yardan bakalan dateng juga, sih, Har? Kalo tau gak bakal sudi gue dateng kesana!"

Ara melemparkan tissue bekasnya ke atas piring kotor diatas meja disertai kedua alis yang menukik tajam. Ingatan akan malam itu masih membuat emosinya menggebu-gebu, apalagi ketika membayangkan raut wajah menyebalkan Yardan ---darahnya seakan mendidih. Refleks Aya mengepalkan tangannya.

Haris yang duduk dihadapannya langsung memasang ekspresi sebal. "Eh, cyinn! Gue juga gak tau kalo si Yardan dateng keles!" Kilahnya diakhiri delikan sebal, lalu kembali fokus memerhatikan pantulan wajahnya sendiri didepan cermin.

"Gak mungkin lo gak tau, Haris! Lo yang ngikutin info reuni dari awal mana mungkin lo gak liat ada si Yardan nangkring disana!" Tuduh Ara, masih berusaha menodong sahabatnya tentang kehadiran Yardan diacara semalam.

"Astagajah! Demi Tuhan gue gak tau dia bakalan dateng. Dia cuman bilang kalo dia bakalan ikut donasi buat acara, tapi gak bilang bakal dateng digrup. Lagian ngapa, seh, Ra? Lo masih aja sensitif sama Yardan, heran deh!" Celoteh Haris tak terima.

Ara menusuk tahu isi diatas piring yang lain dan menyuapkannya sekaligus ke dalam mulut membuat Haris bergidik. Tidak ada anggun-anggunnya dara yang satu itu memang.

"Yardan itu mimpi buruk gue asa lo tau!"

"Gak kebalik? Yang ditolak cintanya itu si Yardan, btw. Harusnya lo yang jadinya mimpi buruk buat Yardan. Udah sepuluh tahun masih aja dendam. Anggep aja kisah cinta monyet dijaman SMA, gak usah dibawa serius!" Bola mata Ara berputar, moodnya semakin jelek setelah mendengar pemaparan Haris padahal niatnya mengajak ketemu hari ini untuk membangkitkan mood.

Memang apa yang dikatakan Haris tidak ada yang salah. Kisah masa lalu itu hanya sebuah cerita anak remaja yang baru mengenal cinta, tapi gara-gara Yardan masa SMA Ara jadi menyebalkan. Dia jadi diejek oleh teman-temannya bahkan pernah di isengi oleh anak sekolah musuh karena menganggap dirinya adalah pacar Yardan, si yang sering membuat ulah dengan mereka. Bisa dibilang hidup Ara nyaris dalam zona bahaya semua itu karena Yardan.

Selain itu, Ara tidak suka Yardan ---ya karena Ara memang kurang menyukai lelaki nakal dan sering berbuat ulah. Yardan itu kasar dan sering menyakiti orang lain, bukan tidak mungkin Yardan akan menyakitinya juga. Ara hanya berjaga-jaga.

Haris berjingkat. "Eh, tapi ya, Ra! Yardan makin ganteng tau. Dia kuliah di Mesir terus lanjut kerja disana, dia udah sukses sekarang meskipun lo tau dulunya dia urakan dan sering buat masalah. Badannya keker, rambutnya gondrong ... errr! Soo hawttt!" Ara berdecih dan melemparkan sedotan pada lelaki didepannya hingga sang empu memekik kejijikan.

"Gak ada! Apaan, masih kerenan Reno kemana-mana. Jauh!" Balasnya mengagungkan lelaki pujaan hatinya.

"Keren juga percuma kalo belom bisa ngasih kepastian, say! Lo sama dia udah satu dekade bareng tapi jangankan dilamar, dibawa ke rumah orang tuanya aja cuman setaon sekali pas lebaran. Lo gak capek apa?"

Ara termenung mendengar ucapan Haris baru saja. Secara singkat pembicaraan mereka berubah begitu saja dari membahas Yardan lalu ke Reno. Memang kalau soal membicarakan orang mereka juaranya. Ara mengangkat tangannya dan menatap cincin yang melingkar indah dijari tengahnya, benda yang Reno berikan untuknya.

Awalnya Ara pikir itu sebagai kode kalau Reno akan melamarnya, tapi tidak satu katapun yang mewakili niat Reno untuk sebuah keseriusan lelaki tersebut. "Mungkin dia belum siap, Har." Ya, hanya sebuah kalimat pembela demikian yang bisa Ara sampaikan pada setiap orang yang bertanya kapan Reno akan melamarnya.

Haris sudah muak dengan jawaban itu. Dia tahu betul bahwa Ara sudah sangat siap untuk menikah dan berharap Reno akan segera mengutarakan keseriusan, tapi lelaki itu justru belum sedikitpun Haris lihat perjuangannya untuk Ara. Lama-lama Haris kesal juga meskipun tahu sahabat baiknya sangat menyayangi Reno.

TOUCH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang