Touch - Bagian 10

9K 686 17
                                    

Ide konyol Yardan untuk memasak dirumah Ara tercetus begitu saja saat dia melamun diwaktu istirahat ketika dirinya masih dikantor. Sudah seminggu dia tidak bertemu dengan Ara dan bayang-bayang perempuan itu terus menghantui dirinya membuat Yardan rasanya begitu frustasi, mendadak saja dia merindukan Ara karena sudah lama tidak ada yang bisa dia ajak berdebat. Imam benar, adu cek-cok sudah menjadi rutinitas yang mana jika sehari terlewat akan terasa ada yang kurang. Tapi, Yardan tidak tahu jika efeknya akan memanjang.

Maka dari itu dengan mengumpulkan segenap keberanian, Yardan pergi berbelanja lalu datang ke rumah Ara yang untungnya belum pindah sejak dulu. Disana Yardan bertemu dengan Adel, ibunya Ara dan sempat ragu apakah Adel akan menyambutnya dengan baik atau sebaliknya. Tapi ternyata mereka justru langsung akrab karena ternyata Adel jauh lebih ramah ketimbang Ara, meskipun wajah mereka mirip.

Memasak adalah hal basic yang hampir dikuasai oleh semua orang ---ralat, tidak semua tapi kebanyakan, termasuk Yardan. Dia mulai bisa memasak semenjak kuliah, karena tidak ada yang membuatkannya makanan serta membeli juga akan sangat boros, jadi Yardan belajar masak secara asal tapi ternyata dia cukup andal dalam hal tersebut. Kemampuan tersebut semakin meningkat seiring berjalannya waktu dan seperti inilah dia sekarang.

"Itu motongnya kegedean ... astaga, lo mau ngasih makan babi apa gimana, sih?!" Untuk kesekian kalinya Yardan mengomeli Ara saat melihat pekerjaan gadis itu yang lagi-lagi menguras emosinya.

Dengan tampang bodohnya, Ara memandangi potongan tomatnya wortelnya lalu mendongak pada Yardan. Pria itu terlihat sangat kesal. "Lo bilang motongnya dikira-kira, bukan salah gue, dong kalo ini kegedean!" Balasnya tak kalah sewot.

"Emangnya ngira-ngira lo segede itu? Lo tuh emang buta banget, ya, kalo soal masak?"

Dengan kesal, Ara menyimpan pisaunya secara kasar keatas meja. "Kalo lo gak suka kenapa lo nyuruh gue buat motong? Kenapa gak lo sendiri aja? Lagian ngapain lo masak-masak banyak kayak mau hajatan? Bikin repot tau gak!" Yardan mengernyit saat suara cempreng Ara terasa menusuk ke dalam telinganya.

See? Lihatlah kekeraskepalaan seorang Ara yang alih-alih membenarkan pekerjaan dia justru keukeuh membela dirinya sendiri yang jelas salah.

Yardan lantas mengecilkan api dikompor dan mendekat, diambilnya kembali pisau disana lalu menaruhnya ke tangan Ara. "Belajar. Ayo!"

"Eh?"

Tubuh Ara menegang tatkala Yardan berdiri dibelakangnya dengan jarak sangat dekat, pria itu memegang kedua tangan Ara, menuntunnya untuk memotong wortel satu demi satu dengan potongan yang benar. Ara rasanya tidak waras saat detak jantung Yardan terdengar jelas ditelinganya. Apakah itu normal? Pikirnya.

Yardan melirik Ara sekilas seraya terus melakukan pekerjaannya, wajah Ara terlihat sangat tegang dan juga dia merasa gugup. "Masukin kesini!" Ara meraup potongan wortel lalu memasukannya ke dalam panci berisi bahan sop.

"Udah---"

"Lo kenapa gak bales chat gue?" Ara memejamkan kedua matanya sejenak disaat Yardan masih belum melepaskan dirinya dan bertahan diposisi ambigu tersebut.

"Maksud lo apa?"

Yardan semakin menolehkan kepalanya dengan jelas sehingga dia bisa melihat lekukan wajah Ara. "Gue udah chat lo beberapa kali tapi gak ada yang lo bales satupun. Kenapa?" Ara menelan salivanya dengan susah payah.

"Gak tau, chat lo ketimbun sama yang lain kali!"

"Ah, gitu, ya? Gue pikir lo marah karena liat gue deket sama Salsa." Sontak Ara berbalik dan tersentak saat wajahnya menubruk dada Yardan, kepalanya mendongak untuk menemukan Yardan sedang memandangi dirinya.

TOUCH (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt