10. Jembatan

5 3 0
                                    

sinta pulang belanja dari minimarket dua puluh empat jam yang tidak jauh dari cafe jalan seorang diri menikmati malam yang dingin seperti tanda tanda akan hujan, cukup sepi karena waktu memang sudah agak larut

kantung belanjanya tiba tiba ia jatuhkan saat melihat seonggok manusia ingin naik ke pembatasan yang dibawah adalah aliran kali yang cukup deras, yang kalo hujan sebentar saja airnya bisa langsung meluap dan mengakibatkan banjir ke jalan raya

"hei hei—kamu ngapain? jangan naik nanti jatuh" teriak sinta dengan nada yang panik

cowok itu memepis tangan sinta kasar, tangannya memegang pembatas  erat dan kaki kirinya sudah ancang ancang ingin naik. "biarin gue mati sialan! gue hidup gak berguna! gue capek anjing!!"

"lo pikir dengan cara mati masalah lo akan selesai?" sinta menarik baju lelaki itu ntah sejak kapan air matanya sudah menumpuk

"lo semua sama aja kaya mereka hiks, gak ada yang peduli sama gue!" cowok itu sesegukan nafasnya mulai tercekat karena tangisannya sendiri

"mustahil lo hidup kalo gak ada guna nya, tuhan punya rencana buat lo" cengkraman pada baju cowo semakin erat, sinta takut cowok itu akan nekat terjun

"tuhan jahat sama gue, dia ambil satu satunya manusia yang gue sayang! dia jahat. tuhan jahat!"

sinta menarik cowok itu hingga mereka berdua jatuh duduk dipinggir terotoar, bersyukur sekali jalanan sepi jadi tidak ada yang memperhatikan mereka

sinta buru buru memeluk cowok asing itu dengan erat tangannya mengelus pundak lebar si cowo

"tuhan baik dan tuhan adil. dia lagi nguji kesabaran lo. dengan cara lo bunuh diri gak bakal nyelesaikan apapun"

"hiks—capek" cowok itu membalas pelukan sinta

elusan sinta pindah ke puncuk kepala cowok itu lalu dia membisik. "jangan ngerasa sendiri, lo masih punya tuhan yang gak bakal ninggalin lo. yang lo butuhin doa dan sabar"

tidak ada jawaban cowok itu masih asik memeluk sinta dan tangisannya makin kencang.

selama ini pelukan sinta hanya diberikan untuk narumi jiwa cewek itu sedang hancur dengan dunianya namun malam ini ia rela pelukkan nya dibagi dengan lelaki asing yang ingin bunuh diri. dia pikir narumi tidak keberatan.

••

setelah cowok itu tenang sinta membawanya ke cafe, tempat itu sudah tutup hanya menyisikan narumi yang memang menunggu cewek itu

narumi juga cukup kaget saat melihat sinta kembali dengan cowok dengan muka berantakan dan muka sinta yang susah untuk dijelaskan

narumi membiarkan mereka duduk disalah satu bangku disana lalu dirinya ke dalam untuk membuat cowok itu teh hangat.

tidak ada obrolan narumi melirik sinta untuk meminta penjelasan siapa cowok yang dia bawa, namun sinta menatap balik seakan-akan menjawab, gue juga gak tau siapa

setelah hening beberapa saat sinta berdehem lalu melihat kearah cowok itu. "nama lo siapa?"

"jeongin" jawabnya, cowok itu masih menunduk tak berani menatap dua gadis didepannya

"lo masih kuliah ya?" cowok itu mengangguk singkat

sinta menghela nafas pelan. "jangan lakuin itu lagi. lo yang rugi, dunia emang gak adil makanya kita harus siap mental"

"makasih nasehatnya tapi gue gak butuh ceramah lo. seharusnya lo biarin aja tadi gue loncat terus mati." nadanya agak sinis, membuat narumi syok mendengar tuturan cowok itu

ada banyak orang yang ingin hidup lama demi orang yang mereka cinta atau demi hal hal yang mereka sukai, tapi kenapa jeongin malah membuang nyawanya dengan sia sia

"gue emang gak tau masalah lo apa. tapi plis, bunuh diri bukan jalan pintas buat nyelesaikan masalah. yang ada lo mati dalam keadaan gak tenang"

"tapi gue capek! gue cuma butuh tenang..." raut wajah frustrasi jeongin dan pupil matanya yang bergetar membuat narumi iba melihatnya

narumi ikut bersuara, karena dari tadi dirinya diam saja.

"jangan mati. tolong bertahan demi makanan favorit lo, atau tempat yang lo suka. kalo capek istirahat dulu ya,
jangan pulang sebelum dijemput. lo bisa nunggu dijemput sambil ngobrol sama orang yang kaya lo juga. lo bebas ngapain aja, tapi tolong jangan mati" narumi tersenyum, dirinya pernah ada diposisi jeongin. berat rasanya saat ada masalah namun tidak ada tangan yang menolong

jatuh bangun dilewati sendiri. tenggorokan jeongin terasa tercekik lidahnya kelu dirinya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu pelan pelan kembali terisak.

sinta mengelus lembut pundak lelaki itu, tidak ada omongan hanya elusan.

narumi ikut sedih matanya mulai berkaca-kaca namun ia tahan sambil menatap langit langi cafe. ah sial kenapa suasanya jadi melow gini

"ma-makasih udah nolong gue" ucap jeongin

sinta hanya tersenyum. "iya sama sama, lo masih muda hidup lo juga masih panjang. masih ada banyak hal yang harus lo pelajarin, jangan nyerah ya"

narumi juga ikutan senyum melihat jeongin yang mulai tenang. " cafe ini punya kita, lo boleh mampir kapan pun kalo lo mau"

"makasih" jeongin menatap keduanya  lalu tersenyum kecil

"umur lo berapa?" tanya sinta sambil mendekatkan teh hangat ke depan jeongin kode supaya cowok itu minum dan lebih tenang

jeongin peka, dia langsung menyeruput teh itu sebelum menjawab pertanyaan yang lebih tua "21"

narumi mengangguk singkat sedangkan sinta agak terkejut. "gue pikir 19"

jeongin terkekeh kecil "keliatan bocah banget apa gue?"

"lo seharusnya manggil kita kakak dong, kan kita lebih tua" protes sinta

"minta banget validasi"

narumi terkekeh mendengar tuturan kata jeongin. syukur deh kalo suasanya jadi lebih cair dibanding tadi

jeongin melirik narumi dan sinta bergantian "gue belum tau nama lo berdua"

"gue sinta, itu narumi"

"sekali lagi makasih—uhm kak... sinta?" ucap jeongin ragu

"ck. sinta ajalah gak usah embel-embel kakak" sambungnya

"lebih sopan kita berdua udah 23 tahun" omel sinta kembali

"cuma beda 2 tahun. narumi aja santai gue panggil gak ada kakaknya" balas jeongin

sinta menatap jeongin sebal. "lo mau manggil narumi tante mba nenek sesepuh juga dia gak bakal marah"

"anjing—maaf kesel" kesal narumi menatap sinta

lama lama narumi jengah melihat keduanya adu mulut, seperti melihat sinta berkaca. dirinya hanya diam menyimak obrolan mereka yang kebanyakan adu mulut dibanding ngobrol tapi seenggaknya jeongin lebih baik.

•••

Halo stay lama gak jumpa, aku mau tamatin cerita ini terus mau bikin cerita baru hehe

Waiting For Us || Straykids Where stories live. Discover now