🎉Satu🎉

5.3K 288 22
                                    

Hallo selamat sore semuaaaa.
Yuhuuu selamat datang di cerita baruu aku lagiii dengan judul ASMARA CINTA.

BIKIN NAGIH DAN PENASARANNN BINGITTSS.

YUUKK LANGSUNG BAACAA. OKEE.HEHEH

ASMARA CINTA JUGA UDAH UPDATE DI KARYAKARSA YA. UDAH BAB 5 DI SANA LOH. AYOKK KESANAA DULUU BIAR GK PENASARAN TERUSS.

🎉🎉🎉🎉🎉

" Selamat pagi, Bunda!"
Sapa Axi yang sudah rapi dengan seragam SMP.

" Pagi juga, Sayang. Sebentar bunda buatkan susu nya."

Amara kelupaan. Axi biasa minum susu setiap pagi. Tidak peduli hari sekolah atau pun libur. Yang penting sarapannya harus ada susu.

" Tumben Bunda lupa?"

" Maklum sayang Bunda sudah tua."

Axi mencibir. Tua apanya. Orang-orang tidak akan percaya kalau Bundanya sudah berumur tiga puluh lima tahun ini apalagi orang tidak akan percaya kalau Amara sudah punya anak. Bunda nya masih seperti anak kuliahan. Jika ia berjalan berdua dengan Amara orang-orang akan beranggapan kalau mereka adik kakak.

" Percaya,Bun!" Jawaban Axi membuat Amara tertawa.

Amara meletakkan susu di hadapan Axi. " Masih panas. Tunggu dingin dulu."

Amara duduk di samping Axi. Mereka sarapan  bersama. Amara tinggal berdua saja dengan Axi. Orang tuanya berada di kampung. Jarak kampung dan tempat tinggalnya sekarang jika di tempuh dengan mobil empat jam.

Amara bekerja di kotanya. Ia memilih untuk tinggal yang dekat dengan rumah sakit tempatnya bekerja. Sekali sebulan ia akan pulang kampung mengunjungi kedua orang tuanya.

Axi ikut Amara dan di sekolah tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Amara tidak mungkin harus bolak balik ke kampung sedangkan pekerjaan nya di sini.

" Ujian nasionalnya berapa bulan lagi?"

" Dua bulan lagi, Bun." Axi mengunyah roti yang sudah diberi selai.

" Belajar yang rajin. Jangan sibuk main. Dari sekarang harus dipersiapkan belajarnya. Biar pas mendekati hari H mau ujian bisa relaxs nggak tegang mau menghadapi ujian."

Axi mengangguk. " Iya, Bunda."

Axi sekarang sudah kelas tiga SMP. Ini merupakan tahun terakhirnya duduk di bangku menengah tersebut.

Amara tersenyum bangga menatap anaknya. Tidak terasa saja anaknya sudah besar. Sebentar lagi akan masuk SMA.  Sungguh waktu terasa cepat berjalan jika ia berpikiran seperti ini.

" Nanti pulang dari tempat Les ke tempat Bunda?"

" Iya, Bun. Langsung ke sana aja nanti. Seperti biasa."

" Boleh. Biar Bunda bawa baju ganti. Bunda kemungkinan pulangya malam."

" Oke, Bun."

Axi selesai sarapan begitu pun dengan Amara yang sudah membereskan sarapan mereka.

" Tunggu di depan, Bunda ambil tas dalam kamar."

Axi mengangguk. Amara masuk ke dalam kamar. Ia merapikan sedikit penampilannya lalu mengambil tas dompet dan kunci mobil.

Amara keluar dan mengunci pintu.

" Nggak ada yang ketinggalan sayang?"

" Nggak ,Bun. Udah semua."

" Yaudah kita berangkat sekarang."

Mereka masuk mobil dan ikut berbaur dengan kendaraan lain di jalan lintas. Amara memang setiap pagi mengantar Axi ke sekolah. Jika ia ada kepentingan Axi akan naik gojek sendiri. Axi sudah biasa sejak ia duduk di bangku kelas satu SMP. Axi merupakan anak yang termasuk mandiri.

Mobil Amara sudah sampai di gerbang sekolah. Axi melepas seatbelt nya dan mengambil tas sekolah di bangku belakang sekalian tas bekal yang sudah di siapkan Amara.

" Hati-hati belajarnya sayang. Jangan nakal dan buat keributan!"
Nasehat Amara karena ia pernah di panggil ke sekolah karena Axi terlibat perkelahian dengan temannya.

" Iya Bunda. Axi masuk dulu!" Axi mencium punggung tangan Amara dan di balas kecupan di kening.

" Dah ,Bun!"

" Dah sayang!"

Amara melihat Axi yang sudah masuk ke dalam gerbang. Amara kembali menjalankan mobilnya ke rumah sakit.

*****

" Selamat Pagi, dokter!"

" Selamat pagi, sus!" Amara tersenyum. Ia mengambil absen.

" Semoga cuaca hari ini secerah penampilan Buk Dokter." Ujar suster ber nametag Maria.

Amara tersenyum. " Aamiin. Saya doakan semoga cuaca ya bagus biar para suster bisa kencan sama doi nya," balas Amara menggoda.

" Ah, dokter bisa saja!"

Amara tersenyum." Saya ke ruangan dulu, Ya!"

" Iya, dok. Selamat bekerja!" Amara melambaikan tangan. Ia kembali menyapa beberapa dokter yang berpapasan dengannya.

" Aduh andai wajah ku bisa secantik dokter Amara. Betapa senangnya diriku," ujar Ayu.

" Buat apa wajah cantik kalau IQ nya gantung. Kalau aku lebih milih ilmu nya dokter Amara aja kasih aku sebagian. Kalau masalah wajah bisalah di poles," sahut  Maria.

" Iya juga sih ya. Masih muda, cantik, ramah, pinter apalagi sudah diakui menjadi dokter yang hebat dan diperhitungkan namanya. Sumpah, ya. Semuanya ada pada dokter Amara."

" Setiap orang ada kelebihan dan kekurangan nya. Ingat itu jangan lupa."

" Memang dokter Amara ada kurangnya. Lebih semua di mataku!"

" Kurangnya masih sendiri."
Sahut Ayu.

Maria langsung lesu. " Ku doakan semoga dokter Amara ketemu cogan atau nggak kembali sama suaminya."

****

Amara sudah berada di ruangannya. Sebentar lagi jadwal Visit nya. Amara dikenal dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang terkenal dan hebat. Operasinya tak pernah gagal. Bahkan ia sering di minta rumah sakit lain untuk menangani pasien yang mempunyai penyakit jantung.

Amara juga sering di undang dalam seminar-seminar tentang kesehatan. Bahkan Amara pernah masuk dalam majalah Woman's Worlds sebagai dokter penyakit jantung dan pembuluh darah wanita terhebat dan mempunyai segudang prestasi yang tidak bisa dianggap remeh.

Bahkan sekelas rumah sakit  terkenal saja pernah meminta Amara untuk bekerja di sana. Namun Amara menolak. Ia lebih memilih bekerja di rumah sakit yang masih berada di provinsi nya. Banyak pertimbangan yang dipikirkan Amara kenapa ia tidak mengambil tawaran tersebut.

" Dokter, sudah waktunya kita visit."

" Baik."

Amara memakai snelli nya dan keluar dari ruangan. Di belakangnya diikuti oleh beberapa perawat dan koas.

Selama satu jam lebih Amara dan tim nya melakukan kunjungan ke pasien.

" Infusnya jangan lupa di ganti ya, sus!"

" Baik dokter!"

" Jadi, saya kapan bisa pulang dok?" tanya si pasien.

" Dua hari lagi Ibu boleh pulang. Nanti Ibu harus diambil lagi darahnya. Jika trombosit nya sudah normal Ibu boleh pulang."

" Terima kasih, dokter."

" Sama-sama, Ibu. Setelah ini jaga kesehatannya. Banyakin makan buah, Buk. Terutama air putih harus banyak. Jangan sampai satu hari dua gelas lagi, Buk."

Si pasien tampak mengangguk. " Iya, Dok."

" Kalau begitu saya permisi ya, Bu. Kalau ada apa-apa nanti bisa panggil suster yang jaga."

" Baik, dok."

Amara segera keluar dari ruangan. Iya segera mencatat hal-hal yang sekiranya di perlukan para perawat dan koas.

Tbc!

23/07/23

gimanaa???

Sukaaa???

Vote dan komen yang banyak yahh

Asmara CintaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt