Bagian 19 📜 : Gantungan Giok berwarna merah

21 5 0
                                    

19. GANTUNGAN GIOK BERWARNA MERAH

Hinata tertawa lepas begitu mendengar pertanyaan terakhir dari Sakusa. Setelah puas tertawa Hinata kembali diam serius dengan tatapannya yang mengancam.

"Apa hak mu untuk mengetahui tujuanku? "

Begitulah kira-kira jawaban terakhir dari pertanyaannya Sakusa. Tentu saja Sakusa tidak bisa berbuat lebih karena dia tau jika jiwa yang nempati tubuhnya adalah seorang yang memiliki kekuatan besar. Maka nya Sakusa lebih memilih diam dan tidak bertindak lebih lanjut.

Karena untuk saat ini Sakusa harus segera bisa mengontrol kekuatan yang Hinata berikan kepadanya.

Pemuda oranye itu sempat memberitahu kepada Sakusa, jika dirinya harus berlatih beberapa bulan untuk bisa menguasai aliran energi yang tidak beraturan ini dan tentunya Hinata sendiri yang akan mengajari Sakusa.

Mengetahui jika Sakusa sudah hebat dalam bela diri. Ini membuatnya mendapatkan bonus besar untuk cepat bisa menggunakan kekuatan Hinata.

Paginya sesuai dengan ucapan Kitashin kemarin malam. Sakusa kembali ke kamar, dimana Suna tidur dan menjelaskan semuanya secara gamblang di hadapan Kitashin, Kuroo serta Bokuto. Meskipun terdengar tidak masuk akal. Tapi hal tersebut mampu membuat ketiganya percaya dengan apa yang Sakusa ucapkan. Sakusa yang notabene nya tidak pandai berbohong dan di paksa untuk berbohong, sekarang rasanya seperti melihat anak kecil yang sedang mencari alasan untuk menutupi kesalahannya.

Setelah semua kesalahpahaman ini selesai. Akhirnya mereka yang bersangkutan kemarin malam pergi melakukan aktivitasnya masing-masing dan melupakan apa yang sudah terjadi tadi malam.

Lalu saat tersisa Sakusa dan Suna saja di dalam ruangan. Sakusa mulai menceritakan semua yang dia alami. Semua dari kejadian festival sayembara sampai lemari di ruang bawah tanah dan mimpinya yang bertemu dengan Hinata. Lelaki sipit itu menganga tidak habis pikir dengan semua kejadian yang tidak masuk kedalam akal manusia.

****

"Sampai di sini saja? "

Suara riuh orang-orang yang tengah berbincang ataupun bertransaksi, berniaga satu sama lain menyadarkan beberapa pemuda yang sudah berada di pusat kota pada siang hari, tepatnya di sebuah pasar. Kuroo sudah meminta untuk mengantarkannya sampai gerbang pasar, tidak sampai ke perbatasan.

Kuroo menoleh kebelakang menatap ke—empat orang yang sudah mengantar kepulangannya. "Terimakasih atas segalanya, aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikan kalian kepadaku selama ini. "

Berberapa hari telah berlalu, hari ini lelaki surai jambrik hitam itu kini pergi meninggalkan desa Ina. Desa para Kaum Kitsune dan kembali ke tempat asalnya di desa Nema, desa Kaum Kucing penyihir. Meskipun Kuroo sudah di tawari untuk tinggal beberapa hari lagi, tapi lelaki itu masih tetap bersikukuh ingin kembali karena ada seseorang yang sudah menunggunya.

"Tidak masalah. Kau tidak perlu merasa keberatan seperti itu. Lagi pula kau menikmatinya bukan? " Akagi tersenyum lembut.

Akagi lalu menghampiri Kuroo dan menyikut nya dari samping sambil mengedipkan sebelah mata. "Jangan sampai saat kau pulang, kau merindukan masakan buatanku. "

"Jujur saja, masakan Kitashin jauh lebih baik darimu. " Geleng Kuroo pelan.

"Tolong sampaikan juga rasa terimakasih ku kepada Kitashin dan yang lainnya karena sudah membantu. Jika kalian merasa butuh bantuan, kalian bisa langsung datang ke Desa Nema. Dengan senang hati kami akan membantu. Katakan saja jika kalian mengenaliku. " Lanjut Kuroo.

"Aku baru ingat. " Osamu menjentikan jarinya.

"Ini ada beberapa titipan dari kakak untuk di bagikan di sana. " Osamu menyerahkan keranjang sedang kepada Kuroo dan langsung di terima olehnya.

UNIVERSE【 HAIKYUU】Where stories live. Discover now