Bagian 16 📜 : Kucing Hitam

19 6 1
                                    

16. KUCING HITAM

Akagi mengucapkan sebuah mantra. Dia mengarahkan jemarinya pada lengan seorang pemuda yang duduk di sampingnya. Apa yang di lakukan Akagi sekarang ini adalah mengerahkan sihir penyembuhan.

"Bagaimana? Apa masih terasa denyutan nya? " Tanya Akagi memastikan.

Pemuda bersurai hitam itu hanya tersenyum sembari menggeleng. "Lumayan membaik, terimakasih. "

Nafas lega di keluarkan oleh Akagi. Dia pun ikut tersenyum lalu mengambil kain panjang di sampingnya. "berikan tangan mu. Aku akan menggantikan kainnya. " Pinta Akagi. Lalu langsung di sahut oleh pemuda itu. Dia mendekat dan memberikan lengan kirinya.

"Lukanya semakin membaik, sebentar lagi pasti akan sembuh. " Akagi berseru positif. Dia tau jika saat kejadian itu pemuda ini sempat berfikir tidak akan selamat.

"Iya. Aku juga harus kembali ke tempatku. " Katanya lirih.

"Ahh tenang saja. Setelah kau sembuh nanti kami akan mengantarmu. Untuk sekarang beristirahat saja lah dulu. " Akagi tersenyum lebar. Setelah itu ia mengacungkan jempolnya mantap kepada pemuda itu.

Setelah mengatakan itu Akagi bangun dari duduknya dan membereskan beberapa benda dan obat untuk mengobati pemuda dengan telinga kucing ini. Dan di saat bersamaan datang Akaashi dengan nampan di tangannya. Dia baru kembali dari tempat Suna dan Bokuto.

Akagi menoleh begitu sadar ada orang yang datang. "Akaashi kau sudah kembali? Di mana Osamu? " Tanya Akagi dengan senyumnya.

"Dia bersama Suna dan Bokuto di belakang. " Kata Akaashi singkat. Lalu ia menyerahkan nampan yang dia bawa kepada Akagi untuk di simpan. Dia berbalik dan duduk di samping pemuda itu. Akaashi memberi sedikit jarak di antara keduanya.

"Bagaimana dengan keadaanmu? " Tanya Akaashi kepada pemuda di sampingnya

"Semakin membaik berkat Akagi yang menjaga ku. " Katanya. Lelaki itu lalu bersender santai. "Ngomong-ngomong kau tadi mengatakan nama Bokuto kan? "

Akaashi hanya mengangguk singkat. "Ya. Memangnya kenapa? " Tanya nya balik dengan rasa penasaran.

Pemuda dengan surai hitam itu hanya menggeleng pelan sambil mengibaskan tangannya. "Tidak ada? Aku hanya iseng bertanya. " Katanya lalu dia membatin. "Nama itu tidak asing bagiku. "

Akagi tertawa renyah. "Kau ini ada-ada saja Kuroo, baru pertama kali ini aku mendengar ada orang yang hanya iseng bertanya. " Celoteh nya membuat Akaashi terdiam dengan mimik tidak mengenakan.

****

"Aku sudah menduganya kalau orang yang tidak sengaja ku lihat hari itu adalah Bokuto. " Batin Kuroo sembari berjalan bolak-balik di tempat yang sama. Entah kenapa perasaannya ini terasa campur aduk, di tambah dengan sedikit tekanan pada perutnya yang membuat lelaki surai hitam dengan telinga kucing ini tidak merasa nyaman.

Kuroo menghela nafasnya gusar. Dia langsung duduk di atas kursi kayu di sampingnya. "Kenapa manusia sepertinya ada di tempat seperti ini? " Gumamnya resah di tambah kebingungan. Namun di sisi lain dia merasa sedikit tenang begitu membayangkan wajah Bokuto yang tersenyum.

"Bokuto... apa kau benar-benar menepati janjimu padaku? " Rasanya sangat sesak. Dia meringis dan menghembuskan nafas secara kasar ketika untuk ke sekian kalinya jantung Kuroo kembali berdebar sangat kuat.

Kuroo mengacak rambutnya sendiri. Dia tidak mau berfikir terlalu dalam. Ini adalah hari ke empat bagi Kuroo tinggal di kediaman sebuah kaum yang berbeda dari nya. Dan sudah tiga hari pula dirinya tidak pernah keluar dari dalam kamar yang dia tempati. Mungkin hanya melihat dari balik jendela.

UNIVERSE【 HAIKYUU】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang