Bagian 10 📜 : Desa sederhana yang begitu hidup

21 6 2
                                    

10. DESA SEDERHANA YANG BEGITU HIDUP

Sakusa mengibaskan kepalanya setelah selesai berkeramas. Rasanya setelah membersihkan diri kepala Sakusa terasa lebih ringan dari sebelumnya.

Lelaki ikal itu kini berjalan keluar dari dalam kamar mandi dengan mengikat kain panjang di pinggangnya. Dia tidak bisa menggunakan bajunya kembali karena kotor. Jadi Kitashin sudah menyiapkan pakaian desa sederhana untuk Sakusa. Pakaian itu di simpan di atas meja. Lengkap dari dalaman sampai celana semua sudah di siapkan. Sakusa hanya tinggal memakainya.

Selama mandi tadi isi kepala Sakusa hanya berputar memikirkan kemana sahabatnya pergi?

Sugawara tidak terlihat semenjak dirinya masuk kedalam dunia asing ini. Tidak masuk akal jika Sugawara ikut menghilang hanya karena berada di dunia yang beda bukan? Sakusa bisa saja berkhayal jika Sugawara ada di sampingnya sekarang. Tapi melakukan itu sama saja seperti orang bodoh yang menunggu orang mati kembali hidup. Tidak ada gunanya.

"Sakusa. " Panggil Suna. Dari atas sampai bawah dia sama seperti Sakusa. Hanya mengenakan pakaian desa sederhana. Bedanya lengan baju yang Suna pakai hanya sampai luar ujung siku saja.

"Ada apa? " Sakusa menoleh datar. Dia mengibaskan handuk yang sebelumnya dia pakai untuk mengeringkan diri setelah mandi.

"Setelah makan malam nanti, ada sesuatu yang ingin ku ungkapkan. Aku akan memberitahu Akaashi dan Bokuto nanti. " Katanya. Wajah Suna mendadak serius begitu mengatakannya. Tanpa di tebak pun Sakusa sudah tau jika Suna ingin membicarakan perihal bagaimana bisa ada di tempat ini dan kenapa.

Sakusa mendengus. "Ya. "

"Apakah kalian sudah selesai? Cepat berkumpul di luar untuk makan malam bersama. Kitashin menyuruhku untuk mengajak kalian berdua. " Seorang pria tiba-tiba saja muncul dari balik pintu dan menyuruh mereka berdua. Wajahnya terlihat menyeramkan, dia hanya memandang lurus keduanya.

"Jangan lupa apa yang aku ucapkan tadi. " Suna bersuara pelan seolah tengah berbisik pada Sakusa.

"Kenapa kalian malah saling berbisik? " Pria itu masih berada di sana. Dia memiringkan kepalanya bingung.

Suna menghela nafas lalu ia menggelengkan kepalanya dan berjalan cepat melewatinya begitu saja. "Tidak ada apapun. " Dalih Suna.

****

"Heyy Heyy! Omi Omi cepatlah kemari!! Kami sudah menunggumu untuk makan malam!! " Bokuto berteriak sembari melambaikan tangannya riang di depan sana.

Sakusa mengerutkan alisnya. Terlihat sekali raut wajah tidak ikhlas di mukanya.

Ada banyak orang datang membawa makanan di atas nampan kayu. Beberapa pemuda seperti Akagi yang tengah membelah kayu-kayu untuk di jadikan perapian baru. Karena tau jika malam nanti udaranya akan sangat dingin jika di dalam hutan. Makanya api sangat penting di sini.

Atsumu dan Osamu terlihat berlarian dengan beberapa tusuk sate di tangannya. Mereka terlihat begitu riang sambil menyapa satu-persatu orang yang tengah bekerja atapun mempersiapkan makan malamnya.

"Atsumu, Osamu. Kalian jangan berlarian terlalu jauh! " Seru Kitashin di dekat meja yang terbuat dari pahatan batu.

"Apa ada yang ingin ku bantu? " Tanya Akaashi tersenyum kearah Kitashin.

Kitashin menoleh spontan. "Kau adalah tamu di sini. Tidak baik jika membiarkan tamu ikut membantu. "

"Kemungkinan aku dan teman-temanku yang lainnya akan tinggal di sini dengan jangka waktu yang lumayan lama. Apakah Kami tetap menjadi tamu istimewa kalian? Tidak baik jika menolak bantuan dari orang. " Balas Akaashi tidak kalah bijak dari Kitashin. Entah kenapa melihatnya pun terasa ada hawa persaingan di antara keduanya.

UNIVERSE【 HAIKYUU】Where stories live. Discover now