Bagian 07 📜 : Empat batu berlian

25 5 0
                                    

7. EMPAT BATU BERLIAN

".... "

"Butuh bantuan? "

Keringat mulai mengalir dari dahinya. Rambutnya yang ikal berkibar seolah seperti nyala api hitam di ujung rambutnya. Sakusa menguatkan lengannya. Dengan cepat sekelebat mata tangannya kembali beregenerasi.

Suara gemuruh menggema menekankan telinga. Sakusa memutar tubuhnya seolah dikendalikan oleh sesuatu. Matanya kembali menjadi warna madu terang dengan bercak hitam di sekitar wajahnya yang terlihat begitu acak.

"Warna mata itu. " Sugawara terdiam menyaksikan hal ini. Dia tidak bisa menyangkal rasa terkejutnya semenjak hari itu.

Pepohonan yang ada di sana mendesir didorong oleh cahaya tak kasat mata. Asap hitam muncul di sekitar tubuh Sakusa.lelaki itu kini tengah mencoba menjadi pusat perhatian para monster mengerikan itu.

Ornamen bajunya menggeliat membebaskan diri menjadi sayap hitam besar yang keluar dari dalam punggungnya. Bulu-bulu yang memang seharusnya halus menjadi sangat tajam bak pisau yang baru di asah.

Sakusa menunduk menyiapkan kuda-kudanya. Mata madu itu terlihat berkilat. Mulutnya mulai merampalkan sesuatu sebelum dia melesat terbang dengan cepat dan menyerang monster-monster itu dengan sangat brutal.

Aura yang mencekam itu terasa sampai menusuk kulit seperti rasa dingin berkepanjangan. Bobot pedang yang Suna bawa terasa padat. Dia mengistirahatkan ujung pedangnya di tanah yang gersang itu. Sakusa yang dilihatnya sudah seperti titik hitam yang bergerak dengan cepat membunuh para monster itu.

"Astaga apa lagi itu? " Seru Bokuto, dia bahkan ternganga melihatnya. "Orang itu... apa dia benar-benar Sakusa? "

Akaashi menunduk. Dia merasakan bulu kuduk nya berdiri seketika. Jantungnya mulai berdebar sangat kencang. Dari kejauhan dia melihat Sakusa yang seolah menjadi mahluk yang lebih menyeramkan dari monster maupun iblis.

Suna memegang sebelah pundak Bokuto sembari menutupi luka goresan di lengan kanannya. "Biarkan dia mengalahkannya dahulu. Kita mendapatkan kesempatan yang bagus. " Lirih Suna. Dia sudah kelelahan akibat menyerang monster itu sendirian. Lukanya cukup parah tapi tidak terlalu dalam.

"Suna! Luka mu! " Terkejut Bokuto. Dia segera menoleh kearah Akaashi. "Kau bisa mengobatinya sebelum di obati oleh tabib? "

Akaashi mengangguk. "Aku bisa. " Jawabnya lantang. Segera Akaashi mengigit kain pada pakaian miliknya lalu merobek kuat untuk mengikat lengan Suna agar pendarahan nya mengurang. Selepas itu dia menutup lukanya dengan sisa kain. Kini Akaashi sudah seperti gelandang kota dengan setengah pakaian menutupi tubuhnya.

"Terimakasih. " Ucap Suna.

Akaashi mengangguk. "Tidak masalah. " Dia tersenyum simpul. Akaashi kembali menoleh kearah Sakusa yang tengah bertarung sendirian. "Lalu bagaimana dengan orang itu? "

"Kita tunggu sampai dia menyelesaikannya dan lihat apa yang akan dia lakukan selanjutnya. " Sahut Suna. Sejujurnya dia merasa takut jika Sakusa akan kehilangan kendali dan menyerang semua orang disini.

Tidak butuh waktu yang lama akhirnya Sakusa berhasil mengalahkan tiga monster itu sekaligus. Anehnya ketiga mahluk besar itu menghilang dengan cara melebur seperti debu dan meninggalkan empat batu kecil bercahaya dengan warna yang berbeda.

Kekacauan yang di buatnya cukup besar. Entah akan membutuhkan berapa banyak koin emas untuk memperbaiki semua ini.

Mata Sakusa mulai berpendar keemasan. Kedua kelopak matanya tertutup rapat. Udara terasa mendesak di dalam dadanya. Sakusa sadar jika dirinya sekarang tidak memijak tanah yang gersang itu lagi. Dia sedang melayang di udara dan mungkin sebentar lagi tubuhnya akan hancur terbentur dengan sangat keras.

UNIVERSE【 HAIKYUU】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang