Bagian 06 📜 : Festival yang menjadi sebuah bencana

22 6 1
                                    

6. FESTIVAL YANG MENJADI SEBUAH BENCANA

Pintu kayu yang sudah tua itu terbuka. Seorang wanita setengah baya keluar dengan sekantung kain di tangannya. "Terimakasih. Silahkan datang kembali. " Akaashi menunduk kepada seorang wanita yang baru saja keluar dari dalam toko tempat dia bekerja.

Pemuda itu tersenyum puas ketika melihat pelanggan terakhirnya yang berkunjung untuk membeli sebuah buku yang akan di berikan kepada anaknya. Akhirnya setelah lelah bekerja seharian Akaashi bisa beristirahat seraya memilah buku yang akan dia bawa nanti ke Istana Fukurodani.

Ya. Itu adalah permintaan langsung dari Bokuto. Dia menawari Akaashi untuk bekerja di Istana nya jika dia sudah bosan menjadi penjaga toko buku di sana. Mengigat jika Akaashi adalah seorang pengembara. Bokuto mengusulkannya untuk bekerja sekaligus tinggal di Istana. Mungkin dia bisa menjadi juru perpustakaan di Kediamannya.

Sebenarnya Akaashi belum menjawab permintaan dari Bokuto. Namun siapa juga yang mau menolak permintaan langsung seperti itu? Sebuah kehormatan besar.

Dikeluarkan helaan nafas panjang setelah selesai mengemasi beberapa buku yang tidak tersimpan di tempatnya. Ini adalah kebiasaan buruk para pengunjung yang tidak mau menyimpannya kembali setelah membacanya.

Akaashi menyeka keringat yang mengucur dari dahinya sambil mengusap hidungnya berkali-kali. Sejujurnya sejak dari tadi Akaashi sudah mencium bau yang tidak mengenakan masuk kedalam lubang hidungnya. Tapi karena bau itu samar-samar, jadi dia tidak begitu memperhatikan sekitar.

Saat dirinya mau beristirahat tiba-tiba suara gemuruh ricuh terdengar dari arah utara. Akaashi keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar. Dengan satu buku yang masih dia genggam di tangannya, mata Akaashi terus berfokus kepada segerombolan orang-orang dengan kudanya berlari sangat cepat.

"Astaga ada apa ini? Apakah ada perompak? Jangan sampai mereka menghancurkan tempat ini. " Ujar Akaashi panik, sepanik paniknya.

Tapi sebelum itu terdengar suara yang meneriaki nya dari jauh.

“PERGI LAH!! MENJAUH!!! ”

Segerombolan orang-orang itu semakin dekat. Ternyata ada enam orang yang datang dengan kudanya. Empat orang yang lainnya pergi berpencar dan tersisa dua orang yang kini berdiri di hadapan Akaashi dengan wajah panik dan nafas yang sudah terengah-engah.

Akaashi terkejut sekaligus kebingungan. Isi kepalanya mulai bertanya-tanya sebenarnya apa yang tengah terjadi. "Ada apa dengan kalian? Apa kalian mengalami suatu masalah? " Tanya Akaashi.

Suna menarik lengan Akaashi begitu kuat hingga Pemuda itu mendekat ke samping kudanya. "Naik! " Perintahnya tegas.

"Apa? " Akaashi terkejut dan semakin kebingungan.

“Mahluk itu semakin dekat!! Tuan tolonglah naik ke atas kuda bersama Pangeran!! Jika nyawamu masih ingin selamat!!! " Prajurit itu berteriak histeris ketika melihat Akaashi yang berlagak lugu karena memang tidak tau apapun.

"Lihatlah kearah sana! " Tunjuk nya.

Demi Raja iblis menyambi! Ada tiga mahluk aneh dengan ukurannya yang sangat besar berlari menuju kearah ketiga Pemuda di depannya. Salah satunya ada mahluk menyeramkan yang mengeluarkan bau busuk. Bahkan baunya lebih busuk dari bangkai mayat manusia.

Akaashi membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia tangkap oleh penglihatannya. "Bisa tunggu sebentar? Aku akan mengambil beberapa benda penting ku di dalam. Tidak akan lama, sungguh! "

Dengan segera tanpa menunggu Suna mengizinkan, Akaashi langsung berlari masuk kembali kedalam toko buku untuk mengambil tas selempang nya. Lalu setelah itu dia berlari menghampiri Suna dan menaiki kudanya segera.

UNIVERSE【 HAIKYUU】Where stories live. Discover now