BC : Heboh

33 3 0
                                    

Chapter 10

Sesuai perkataan Melannie malam itu, pagi ini Theo sudah berada di rumah Alen. Berdiam di atas motornya sembari menunggu sang pujaan hati keluar dari rumah besar itu.

"Gue duluan ya Len, salam aja buat tante sama om ya" pamit Melannie yang di angguki oleh Alen.

Melannie melangkah mendekat kearah Theo dengan wajah kesal, "Kamu kenapa sih?!"

"Maksudnya?" tanya Theo heran, apa salahnya?

"Ih! Lo mah ganggu tidur gue tau gak?! Ini masih jam setengah enam pagi malahan" rengek Melannie yang masih mengantuk.

Theo terdiam, namun setelahnya terkekeh kecil. Ia mengacak pelan rambut panjang Melannie yang dibiarkan tergerai.

"Sengaja, mau ajak lo nyabu bareng. Lagian rumah Alen sama Sanjaya lumayan jauh" jelas Theo membela diri.

Melannie berdecak, namun setelahnya ia langsung naik ke motor lelaki itu, "Cepet ih!"

"Pake nih" lagi dan lagi Theo menyerahkan jaket miliknya.

Melannie mengenakannya di pinggang seperti semalam, setelahnya ia memeluk pinggang Theo. Merasa gadisnya sudah siap, Theo langsung menjalankan motornya dan pergi dari rumah milik Alen.

"Mau nyabu dimana?" tanya Theo sedikit berteriak.

"APA?!" teriak Melannie kencang.

"Mau makan dimana yang?" tanya Theo lagi.

"Ih yang jelas ngomongnya!" pekik Melannie dengan tangan yang memukul pelan helm Theo.

Theo berdecak, "MAU SARAPAN DIMANA CINTA KU?!" teriak lelaki itu.

Melannie memukul bahu Theo cukup kencang, "Gak usah teriak!" pekik perempuan itu yang membuat Theo hanya dapat menghela napasnya mengalah.

"Makan di Mang Dede aja!" jawab Melannie dengan sedikit berteriak.

Tanpa banyak bicara lagi, Theo mengemudikan kuda besinya untuk ke tempat yang diminta oleh Melannie. Pedagang bubur langganan gadis itu.

❆❆❆

Kedatangan Melannie yang diantar oleh siswa populer Buditama membuat gadis itu menjadi trending topic di sekolahnya.

Bagaimana bisa anak baru itu berangkat bersama seorang siswa populer sekolah lain? Ya bisalah, kan Melannie.

Melannie berjalan dengan santai seperti biasanya, meskipun telinganya terkadang menangkap bisikan-bisikan yang tengah membicarakan dirinya.

"Bisa ya dia diantar sama Matheo"

"Dia kan yang berangkat bareng Matheo tadi?"

"Gue kira Nadine, tapi pas liat rambutnya ternyata kembarannya"

"Kalo Nadine kayaknya gue bisa maklum sih, secara kan Nadine pinter, cantik, baik"

"Bego! Melannie kan kembaran Nadine, jadi ya sama-sama cantik elah"

"Kok bisa ya bareng sama ketua LDN"

"Takut ih.. Takut ada perang lagi antara LDN sama EE"

Senyuman sinis tercetak di bibirnya, perang konon! Kayak ngerti aja soal beginian.

Langkahnya berhenti ketika melihat sang kakak yang berdiri dihadapannya.

"Pagi bang" sapanya dengan ceria.

"Tidur dimana lo tadi malem?" tanya Arzen datar, ia bahkan tidak menjawab sapaan Melannie.

Melannie merubah raut wajahnya menjadi cemberut, "Galak bener" gumamnya.

Arzen mendengarnya, namun ia tetap menatap datar adiknya ini. Ia tidak peduli dengan gumam tersebut.

"Kan gue udah bilang bakal nginep di rumah Alen, tanya aja Alen atau ortu Alen kalo gak percaya"

Arzen menatap tajam adiknya, Melannie masih memasang wajah cemberut nya.

"Kenapa bisa bareng Matheo?"

"Karena dia nawarin berangkat bareng, mungkin? Atau gue ya yang minta? Lupa, tapi gue beneran nginep dirumah Alen kok"

"Pacaran?"

Melannie diam, ia mengalihkan pandangannya ke segala arah. Menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba saja hadir dalam dirinya.

"Beneran pacaran ternyata" kekehan sinis terdengar, Arzen mengusap pelan kepala adiknya itu.

Setelahnya lelaki itu langsung pergi begitu saja, membuat Melannie menjadi bingung serta takut disaat yang bersamaan.

"Ih kok gue jadi gelisah gini" Melannie menatap kembali punggung Arzen yang mulai menjauh, "Ah tau lah, nanti aja" serunya kemudian kembali melanjutkan jalannya menuju ke kelas.

❆❆❆

Arzen duduk dan menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan, ia kini berada di kelas.

"Pacaran?" tanya Gion namun Arzen tetap diam ditempatnya.

Gion menatap Devano yang juga tengah menatap kearahnya, setelahnya Devano dan Gion kompak mengangguk kecil. Mereka sudah tau jawabannya.

"Gapapa kali Zen, Theo kayaknya baik deh" seru Gion.

"Dia ketua LDN! " sentak Arzen yang tak Terima dengan ucapan sang sahabat.

"Dulu lo dengan mudahnya nyerahin Nadine ke gue, tapi kenapa sekarang lo kayak susah banget nyerahin Melannie ke dia? Gue sama dia gada bedanya, sama-sama punya banyak musuh" ucap Devano panjng lebar, namun masih dengan nada khasnya, dingin.

"Atau lo... Mencintai Melannie sebagai seorang perempuan, bukan adik?" Devano tersenyum sinis sembari menatap Arzen, sedangkan Rey hanya diam menyimak sembari berjaga barangkali terjadi pertengkaran disana.

Arzen diam, ia menatap manik coklat gelap sahabatnya itu.
Namun setelahnya Arzen ikut terkekeh.

"Lo salah Dev, gue khawatir kayak gini karena.." Arzen menggantungkan ucapannya.

Kedua sahabatnya menjadi bingung dan juga heran, apa lagi ini?

"...Karena adek gue yang ini adalah ketua Foxy Lady" senyuman miring tercipta digaris bibir Arzen, ia menatap kedua sahabatnya yang kini terperangah tak percaya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"Lo.. Tau dari mana?"

○◔◑◕●◕◑◔○

Bad Coupleحيث تعيش القصص. اكتشف الآن