chapter 23

14.4K 471 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Tersadar dari keterkejutan dan tanpa berpikir lama beberapa anak Adam itu segera menghampiri kedua gadis dengan salahsatunya yang tetap diam terpaku disana.

" Astagfirullah Xavia, apa yang kamu lakukan terhadap Ning Amara? "

Ya, bukan Xavia yang tercebur kedalam danau, tetapi Ning Amara.

" Gus, ini tidak seperti apa yang kalian dipikirkan, " ucap Xavia mengelak tuduhan yang dilontarkan oleh Gus Varo.

Sementara itu, Gus Arsha telah beralih menyelamatkan Ning Amara yang tengah kedinginan. untung saja Ning Amara tidak pingsan dikarenakan tercebur ke dalam danau yang cukup dalam itu.

" Amara sayang, kamu tidak apa-apa nak? " tanya Ning Kirana dengan rasa khawatirnya terus memindai tubuh putrinya melihat apakah ada luka disana.

" Amara baik-baik saja ummah, " jawab Ning Amara berniat untuk meredakan kekhawatiran yang ditunjukkan oleh sang ibu.

" Ini semua karena kamu Xavia! kenapa kamu tega mendorong Amara yang tidak bisa berenang ke dalam sana? " ujar Ning Kirana kilatan amarah kepada Xavia.

" Ummah, Xavia tidak berniat mendorong Amara "

" Jangan panggil saya ummah! saya bukan ibu kamu! " sahut Ning Amara menohok.

Xavia terdiam oleh perkataan yang dilontarkan Ning Kirana. ia menitikkan air matanya. entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa sakit dan sesak dikala Ning Kirana mengatakan bahwa ia bukanlah ibunya. Xavia merasa memiliki suatu hubungan yang erat dengan Ning Kirana sampai-sampai ia dapat meloloskan air matanya karena ucapan menohok Ning Kirana.

" Kirana, jangan membuat keributan disini! sebaiknya bawa Amara ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya agar ia tidak sakit nantinya, " ucap kyai Alif menyela pembicaraan yang dapat menimbulkan perseteruan diantara Ning Kirana dan juga Xavia.

Mendengar ucapan tegas dari kyai Alif, Ning Kirana akhirnya membawa putrinya pergi dari sana.

" Xavia, kamu bisa ikut ke ndalem sekarang agar kita bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin, " ujar kyai Alif.

" Baik kyai, " patuh Xavia tanpa berniat memberontak.

Sedetik kemudian mereka akhirnya meninggalkan tempat itu untuk menuju rumah ndalem dan segera meluruskan permasalahan yang telah terjadi.

Setelah sampai ke kediaman keluarga ndalem, mereka semua mendudukkan diri masing-masing dengan bersiap untuk menginterogasi Xavia.

" Jadi nak, apa benar kamu yang mendorong Amara ke danau tadi? " tanya kyai Alif pertama kali memulai pembicaraan.

" Abi, itu tidak perlu dipertanyakan lagi. sudah jelas jika dia yang mendorong Amara, " sahut Ning Kirana dengan cepat tanpa memberi celah Xavia untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh kyai Alif kepadanya.

" Bukan! wallahi, bukan saya yang mendorong Amara ke danau, " ujar Xavia berusaha meyakinkan mereka.

" Jika bukan kamu lalu siapa? sudah jelas jika disana hanya ada kamu dan juga anak saya, " ucap Ning Kirana dengan begitu ketus berbeda seperti sebelumnya.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang