18. Confabulation of The Conspiracy

18 6 9
                                    

“Untuk ukuran seseorang yang berulang kali nyaris meregang nyawa—nona tidak pernah tunduk di ujung tanduk; jangankan ambang maut, mungkin nona memang terlahir sebagai penentang takdir dan segala hal kemustahilan

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Untuk ukuran seseorang yang berulang kali nyaris meregang nyawa—nona tidak pernah tunduk di ujung tanduk; jangankan ambang maut, mungkin nona memang terlahir sebagai penentang takdir dan segala hal kemustahilan. Hanya nona satu-satunya orang yang kukenal paling nekat melampaui semua batasan.” Renung Dyviel termenung, harap-harap cemas. Bocah itu tadinya terduduk di tepi pembatas balkon dengan kedua kaki menjuntai berayun. Sesekali dirinya memandang bulan tatkala dingin angin dini hari jelang fajar menyapu kulit dan anak-anak rambutnya.

Kedua kakinya kembali berpijak begitu ia memutuskan untuk turun dari tempatnya bersantai sesaat setelah Darka meninggalkannya seorang diri—kisaran setengah jam yang lalu. “Sebelumnya nona sudah pernah mengirim kembali seorang iblis kelas atas—ke neraka. Namun entah mengapa, kekhawatiranku tidak pernah sirna sekalipun lawannya kali ini seorang—psikopat. Seolah aku merasa—akan terjadi hal buruk lain yang mengancam nona. Salah satunya ialah karena kami juga belum bisa memastikan dengan jelas lantaran psikopat itu sukses menyembunyikan rupanya, pun karena tidak ada bukti lain yang mengarah akan di mana keberadaannya bersembunyi.”

“Inilah mengapa aku sependapat dengan Headmaster untuk ide seorang partner, nona tidak harus selalu melawan marabahaya sendirian. Terlebih, tidak ada yang tahu segila apa psikopat itu hingga mampu merencanakan konspirasi licik serapi mungkin. Belum lagi kemungkinan lain dirinya tidak bekerja seorang diri, tapi berkomplot.”

“Setidaknya, aku berharap ada seseorang saja dari rekan senior ataupun master yang akan terlibat sebagai partner dalam misi nona kali ini.” Dyviel bergumam seraya melangkahkan kakinya masuk ke kamar Darka yang kosong.

Lalu dengan sangat hati-hati, ia merapikan tumpukan belasan berkas berserak yang nonanya tinggalkan terbuka di meja belajarnya. “Aku mengakuinya, Master Virgo memang salah satu master berkompeten yang paling bisa diandalkan sebagai rekan satu tim; akan tetapi, dengan situasi kesalahpahaman yang belum diklarifikasi—sifat menyebalkannya yang menuduh nona seenak jidat itu tidak bisa diterima olehku.”

“... Mungkin Master Clyde dapat menjadi alternatif, mengingat dia—master paling bijaksana yang sekiranya mampu menjadi rekan bertukar pikiran nona untuk memecahkan akar dari konspirasi ini.”

“Andai aku bisa berkontribusi untuk nona dan diizinkan berpartisipasi dalam misinya,” harap Dyviel, membatin dengan kepala tertunduk lesu.

Cklaakkk..

Mendadak pintu terbuka secara tiba-tiba, disusul kedatangan seorang gadis yang tergesa-gesa. Dyviel menoleh mendapati si empunya kamar tengah membuka lemari gantung dan mengeluarkan ransel kecil dari sana. Dia hafal betul ransel itu biasa digunakan nonanya untuk bepergian. Sontak ia pun bertanya, “loh, nona mau ke mana?”

Sang master menoleh sekilas. “Ada urusan di ibu kota, tapi tolong jangan beritahu siapa pun kalau ada yang menanyakan keberadaanku.” Tutur Darka berpesan, tidak terlalu mengidahkan anak itu lantaran tengah sibuk mengemas barang bawaannya.

Heir Of FireWo Geschichten leben. Entdecke jetzt