XX

369 25 1
                                    

Karina memandangi langit yang cukup terang dengan beberapa bintang yang bersinar. Kini ia sedang duduk sendiri di taman belakang rumah orangtuanya. Ia terus menatap ke langit itu walau tatapannya itu terlihat kosong. Tubuhnya yang terlihat lebih kurus dengan mata sembab disertai rambut yang di gerai begitu saja, siapapun yang melihat dirinya pasti akan merasa kasian.

"Kamu ga mau masuk sayang?" Seperti tidak terganggu, Karina masih diam menatap langit tanpa menoleh ke arah suara tersebut.

"Mamah duduk ya temani kamu" Izin Silviana lalu duduk disamping anaknya itu, sebelumnya ia memberikan sebuah kain untuk menghangatkan tubuh Karina dari angin malam.

"Percaya sama Mamah. Diantara bintang itu ada Gevariel yang bersinar paling terang" Ujarnya sambil mengikuti arah pandang anaknya itu.

"Mamah boleh cerita ga?" Tanya Silviana memastikan. Setelah melihat wajah Karina seperti mengizinkan dirinya untuk bercerita, Silviana mulai menceritakan yang selama ini ia rahasiakan dari anak kesayangan itu.

"Selama ini Gevariel memiliki penyakit kangker otak.....Mamah pun ga tahu kapan Gevariel memiliki penyakit itu. Kamu ingat, saat waktu kalian SMP, kamu bawa Gevariel pulang dengan panik karena dipukuli bapaknya. Saat itu kan Mamah pergi ke rumah sakit, dari situ ketahuan bahwa Gevariel memiliki penyakit. Mamah tentu kaget dan ga percaya, Mamah minta dokter untuk mengobservasi lagi dan tetap hasilnya sama. Gevariel memiliki penyakit kanker otak stadium tiga....." Silviana mengentikan ucapannya, hatinya sakit mengingat kembali masa - masa itu.

"Gevariel selalu minta untuk merahasiakan semua ini, Papah mu juga ga tahu. Hanya Mamah dan dia. Selama ini Mamah yang menjadi walinya dirumah sakit, kami pun sudah menjalani beberapa bagai pengobatan. Hari demi hari kondisi Gevariel terlihat baik - baik saja, itu semua seperti anugerah untuk kita, dokter pun juga kaget karena Gevariel masih bertahan sampai saat ini . Hingga tiba - tiba kondisi Gevariel kembali turun drastis, dokter pun sudah berusaha semaksimal mungkin. Berulang kali dokter meminta Gevariel melakukan perawatan dirumah sakit tapi dia menolak dengan alasan ga mau buat kamu dan yang lainnya khawatir. Dia juga bilang klo dia akan baik - baik saja" Mata Silviana mulai berkaca - kaca.

"Mamah juga ga bisa paksa dia. Semua keputusan ada ditangannya, Mamah selalu yakin dia punya rencananya sendiri. Mungkin kamu masih mengingat saat Gevariel yang pulang bersama Mamah. Saat itu Gevariel harus dirawat dirumah sakit karena kondisinya sudah sangat buruk tapi dirumah sakit dia selalu meminta pulang, dia takut kamu khawatir dan sedih. Akhirnya kami memutuskan pulang dan menjalani rawat jalan, saat wisuda Gevariel harus kembali lagi ke rumah sakit dan dia punya rencana untuk datang memberi kejutan untuk kamu, Mamah pun mengiyakan permintaannya padahal saat itu darah dari hidungnya terus keluar tapi, dia selalu menyakinkan bahwa dia kuat dan baik - baik saja" Silviana mengusap wajahnya yang basah dan ia melihat anaknya pun juga membiarkan wajahnya basah karena air matanya.

"Saat pertama kali kamu bilang punya teman baru dan kamu menyebutkan namanya. Mamah langsung cari tahu anak itu, ternyata dia adalah salah satu anak yang dibantu oleh yayasan Mamah. Mamah sempat berbicara sama Gevariel waktu kecil, dia anak yang kuat dan pemberani. Ntah kenapa Mamah yakin anak itu akan menjadi anak yang hebat. Mamah juga cari tahu tentang keluarganya, mungkin orang lain akan bilang bahwa Gevariel adalah anak malang tapi nyatanya tidak, Gevariel adalah anugerah terhebat dari Tuhan"

"Beranjak dewasa dia terus membuktikan bahwa dia adalah anugerah. Sikap dewasa dan tanggung jawab dia yang selalu Mamah kagumi. Dia selalu melindungi kamu, dia selalu minta izin ke Mamah dan Papah untuk mengomeli kamu. Walau ada sifat dimana dia akan kasar, tapi selama ini dia selalu berusaha menjadi terbaik untuk keluarga kita"

"Dia juga sudah cerita ke Mamah bahwa kalian memiliki perasaan lebih dari sahabat. Dengan tanggung jawab, dia memohon ke Mamah untuk tidak memarahi kamu dan membenci kamu. Saat itu Mamah langsung memeluknya, Mamah menghargai keberanian yang dia miliki. Mamah juga ga menyalahkan siapapun. Mamah semakin percaya bahwa kamu akan aman bersama Gevariel"

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang