XIX

390 27 0
                                    

Kini Karina masih terdiam dikamar dengan wajah yang sembab sambil melamun. Berulang kali Silviana dan siapapun datang menghampiri akan tetapi Karina sama sekali tidak pernah merespon, hanya tangisan yang histeris setiap harinya.

Silviana dan suami datang menghampiri anak kesayangannya itu, "Karin. Mamah bawain makan, kamu makan ya. Dari kemarin kamu belum makan, sayang" Ucap Silviana lembut lalu duduk di ujung tempat tidur.

Karina masih melamun, tatapannya begitu kosong. Wajah dan bibirnya sudah pucat, "Kamu makan ya sayang. Nanti kamu sakit loh" Kali ini Artama sang Papah bersuara.

Silviana berusaha menyodorkan nampan berisi makanan dan minuman itu, "Mamah suapin ya—"

Prang!

Silviana melotot tak percaya saat nampan yang ia bawa sudah tergeletak berantakan dilantai, ia menatap anaknya itu.

"Karina!" Bentak Mamahnya.

"Karin ga mau makan! Karina mau Gevariel!" Teriak Karina.

"Gevariel udah ga ada Karin—"

"Gevariel masih ada Mah! Kalian pembohong! Kalian yang jahat tinggalin Gevariel sendirian!"

Karina menunduk sambil kembali menangis.

"Aaakkkkkk!" Teriak Karina histeris.

"Gevariel!"

"Karina mau Gevariel! Bawa pulang Gevariel! Sekarang!"

"Karina sadar! Kamu harus sadar" Silviana menarik kedua bahu anaknya itu agar menatap dirinya.

"Karina mau Gevariel! Karina mau cari Gevariel!" Karina bangkit dengan cepat untuk pergi.

Artama langsung menahan tubuh anak gadisnya itu, "Kamu mau kemana sayang?"

"Lepasin! Karina mau cari Gevariel"

"Gevariel! Aaakkhkkk"

Karina terjatuh lemas sambil mengacak - acak rambutnya, Artama sama Silviana saling memandang. Kondisi anaknya saat ini benar - benar mengkhawatirkan. Mereka pun juga tidak tahu harus apa, berbagai cara sudah mereka lakukan.

Artama dan Silviana merapihkan makanan yang berantakan itu lalu berjalan meninggalkan Karina sendiri.

Sudah beberapa hari Karina seperti itu, ia sama sekali tidak makan dan beraktivitas seperti biasa. Diam dikamar, melamun, dan menangis sampai tertidur. Berputar seperti itu terus membuat siapapun akan sedih melihatnya.

-

Silviana perlahan membuka gagang pintu kamar anaknya, ia melihat anak kesayangan itu terdiam dengan wajah yang sembab. Tatapannya begitu kosong seperti tidak ada nyawa di tubuh anak semata wayangnya itu.

Dengan berat hati, Silviana berjalan menghampiri Karina. Matanya melihat piring yang masih sama seperti ia taruh tadi, hatinya bagaikan teriris pisau tajam. Sudah hampir tiga hari setelah kepergian Gevariel, Karina belum sama sekali menyentuh makanan apapun. Ia masih setia berdiam sendiri di kamar sambil melamun lalu menangis.

Ia tahu kepergian Gevariel begitu menyakitkan untuk Karina. Bahkan dirinya sendiri pun sama terpukulnya harus kehilangan sosok yang sudah ia anggap anak sendiri dan bahkan saat ini ia harus melihat anak kandungnya seperti ini, perasaannya begitu hancur.

Silviana duduk di ujung tempat tidur sambil menatap anaknya, "Sayang....." Panggilnya lembut.

"Kamu belum makan juga? Kamu harus makan ya, nanti kamu sakit" Tidak ada jawaban sama sekali dari anak kesayangan itu.

Silviana mengangkat tangannya untuk menyentuh anaknya, "Mah! Itu suara motor Gevariel! Dia pulang akhirnya" Ucap Karina tiba - tiba. Membuat Silviana menarik tangannya kembali.

HOPEOnde histórias criam vida. Descubra agora