01

361 36 32
                                    

"Sekarang gue tantang lo, Yon. Bisa naklukin cewek seksi itu sampai ngamar, enggak?"

Semua pria di sana termasuk Orion menatap kearah perempuan berpakaian seksi yang baru saja masuk ke dalam bar yang menjadi tempat tongkrongan mereka sejak tadi.

"Berani bayar berapa lo?" sahut Orion, sambil matanya tak henti menatap penuh napsu pada makhluk indah ciptaan Tuhan itu.

"Mobil SUV keluaran terbaru yang kemarin gue beli."

Orion langsung bangkit dari duduknya seraya tersenyum devil. "Oke. Besok jangan lupa ganti nama kepemilikan mobil lo buat gue!"

"Kita lihat saja nanti!"

Teman-temannya tertawa sebagai tanggapan. Bagaimana tidak, wanita yang baru saja masuk ke dalam bar itu nampak masih polos dan baru di sana.

Tidak mungkin Orion bisa menaklukannya, bukan?

Namun siapa sangka, jika wanita itu dengan mudah masuk ke dalam perangkap dan rayuan maut Orion, sehingga mau mengikutinya pergi dari sana.

Orion merangkul pinggang perempuan itu dan mengangkat kedua alisnya sebagai kode pada temannya itu agar menyiapkan mobil yang disediakan sebagai hadiah tantangannya.

"Sialan si Orion! Gampang bet dia dapat cewek!"

"Jelaslah! Tampangnya aja menjanjikkan kayak gitu."

"Kalau menurut gue sih nih, ya. Mending kalau mau kasih tantangan ke dia, bukan dengan cewek-cewek yang seksi gitu. Sekali-kali cewek berjilbab yang alim. Pastilah dia kalah. Mana mungkin cewek alim mau sama orang-orang kayak kita, lebih-lebih Orion, kan? Meski tampang menjanjikkan sesempurna apapun. Pasti cewek alim maunya pasangan paham agama bro!"

"Benar juga yang lo bilang," sahut pria itu seraya tersenyum smirk.

**

Orion membuka matanya perlahan saat sinar matahari mulai memasuki retina mata-nya. Dia menghadap ke samping dan mendapati wanita yang tidur dengannya semalam masih terlelap dengan nyamannya.

Dengan cepat dia bangun dan langsung mengenakan pakaiannya yang semalam. Kemudian mengeluarkan sejumlah uang dan melemparnya kearah wanita itu yang langsung membuka mata.

"Bangun lo!"

Wanita itu mengerjapkan matanya dan menatap tidak percaya pada Orion.

"Ini apa?"

"Uang buat bayar badan lo semalam!"

"Gue bukan cewek murahan ya, Orion!"

"Jangan berani sebut nama gue!" Orion mendekat dan memancang tajam pada wanita itu yang hanya bisa memeluk dirinya sendiri dengan menutup tubuhnya menggunakan selimut. "Lo bilang bukan cewek murahan? Sorry, dengan lo ngasih badan lo ke gue tanpa ikatan apapun, itu udah nunjukkin kalau lo itu hanya cewek murahan!"

"Tapi-"

"Enggak usah banyak bacot!"

Orion mengambil langkah mundur. Dia meraih jasnya yang masih belum terpakai kemudian mengenakannya dengan elegan.

"Lo terima uang itu. Kalau lo sampai hamil, tinggal gugurin aja. Jangan berani datang minta pertanggung jawaban sama gue. Karena kalau sampai berani, baik lo maupun anak itu, akan langsung mati!"

Wanita itu hanya diam dan menatap Orion dengan tatapan terluka juga penuh dendam. Semalam Orion sangat lembut saat menyentuh tubuhnya. Membuat semua masalah yang dia rasakan seketika hilang.

Tapi siapa sangka, jika ternyata Orion tidaklah sebaik itu. Dia pria biadab yang pernah dikenalnya. Lebih biadab dari mantan tunangannya yang ternyata pria gay yang malah bercinta dengan sang papa.

**

Mobil Orion melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan hotel mewah bintang lima yang semalam di pesannya hanya untuk memenuhi tantangan dari teman-temannya itu dengan tidur dengan seorang wanita.

Meskipun sungguh, baginya sama sekali tidak ada kebahagiaan abadi dari semua perbuatan tercela itu.

Hanya kesenangan sesaat yang Orion dapatkan. Setelahnya, dia tidak merasakan apapun. Seperti sebuah rutinitas yang tidak terlalu penting, tapi juga ia butuhkan demi untuk memenuhi hawa napsu-nya.

Kesenangan itu telah berlangsung cukup lama ia lakukan. Lebih tepatnya semenjak ia mulai mengenal bahwa dunia ini terlalu menyakitkan untuk orang-orang seperti dirinya.

"Hei, bro!" sapa temannya yang semalam memberikan tantangan seraya melemparkan kunci mobilnya kearah Orion yang baru saja turun dari kendaraan roda empat miliknya di depan sebuah rumah mewah, sesuai janjinya kemarin. "Lo enggak ada niatan untuk balikin punya gue ini?"

Orion tersenyum smirk. Dia menepuk bahu temannya itu dengan pelan. "Bisa. Gue hanya akan menggunakannya sampai beberapa hari saja."

"Serius lo?"

"Iya. Habisnya tantangannya juga enggak terlalu menarik. Gampang bet menurut gue."

"Nah itu. Gue juga mikirnya ke sana," sahutnya seraya menyeringai. "Maka-nya itu, gue pikir, untuk memberikan lo tantangan yang jauh lebih berat dari ini."

"Apaan? Pasti semuanya gampangan."

"Enggak. Kali ini beda."

Orion menaikkan satu alisnya dengan raut penuh tanda tanya. Dia nampak mulai tertarik mendengarkan apa yang dimaksud oleh temannya itu.

"Gue mau nantangin lo untuk taklukin satu cewek alim supaya mau tidur sama lo."

"What?! Gila kali lo, ya!" pekik Orion yang sangat-sangat terkejut dengan hal itu. Serasa seperti mimpi. "Gue enggak mau!"

"Cemen lu!"

"Hei! Ini bukan soal cemen! Tapi kasihan anak baik-baiknya orang. Masa gue hancurin?!"

"Bukannya lo emang Orion si penghancur?" ledek temannya itu membuat Orion mendengus kesal. "Atau ... kayaknya lo emang enggak akan sanggup menuhin tantangan gue ini? Padahal, gue bisa kasih lo apapun asal lo terima tantangan dari gue."

Orion terdiam sejenak untuk mencerna ucapan Dicky-temannya yang merupakan anak orang kaya dan salah satu mafia satu angkatan dengan mendiang papanya dulu.

Hanya saja, papa-nya Dicky sekarang lebih memilih masuk ke dalam dunia pemerintahan dan mengambil uang rakyat dari dalam dengan menjabat sebagai salah satu DPR di tanah air ini.

"Apapun, kan?" tanya Orion, memastikan dan mendapat anggukan penuh keyakinan dari Dicky.

"Apapun."

"Oke. Gue terima!"

"Good." Dicky tersenyum bahagia. Baginya, ada kesenangan tersendiri saat melakukan hal-hal demikian. "Sekarang, lo mending masuk mandi dulu deh, bau bekas semalam. Leo juga udah nungguin lo di dalam untuk bahas sesuatu. Setelah ini kita ke kampus untuk nyari mangsa."

Hanya sebuah anggukan yang Orion berikan. Tidak ingin berlama-lama lagi dan dengan segera melangkah masuk ke dalam rumah megah yang menjadi markas mereka berkumpul.

**

Dan di sinilah Orion, Dicky dan Leo berada. Tepat di depan salah satu universitas ternama di Jakarta.

Ketiganya berdiri elegan dengan tangan terlipat di dada, kacamata bertengger di ujung hidung, sedang punggung ketiganya bersandar di mobil SUV keluaran terbaru milik Dicky yang saat ini sedang dipakai oleh Orion.

Mereka berdiri sembari menunggu mangsa yang lewat. Mencari mana perempuan yang terlihat alim untuk dijadikan bahan permainan gila mereka.

Tatkala ketiganya sedang asyik menunggu, seorang gadis yang menggunakan hijab panjang warna hitam nampak sedang terburu-buru memasuki fakultas ilmu bisnis dan manajemen seraya membawa barang-barang dan alat untuk kebutuhan kuliahnya.

Senyum Dicky langsung merekah. Dan tanpa basa-basi segera menunjuk kearah gadis itu.

"Itu!" ucapnya membuat Orion dan Leo menatap kearah sumber yang ditunjuk Dicky. "Gue mau lo taklukin cewek itu."

Mata Orion dan Leo seketika terbelalak. Keduanya saling pandang dalam beberapa saat sampai akhirnya sadar bahwa perempuan itu adalah salah satu anak pesantren yang pernah mereka temui dulu.

'Itu kan cewek centil dulu. Dia kuliah di sini?' batin Orion, seakan tidak percaya.

Tarbiyah CintaOnde histórias criam vida. Descubra agora