4: "Ayah yang buruk."

10.3K 967 23
                                    

⚠️ Warning: beberapa ada Adegan kekerasan

.

.

.

Roda mesin dalam kepalaku berputar cepat, mencari cara untuk menghadapi sang pemimpin di depan, hey aku tidak siap sialan, beberapa detik kening ku berkerut kemudian aku menganggukan kepala, "Arahkan." Nada nya kontras namun tujuan nya sudah pasti, mengandung perintah.

Kama tersenyum kecil, ia berjalan di depan nya, "ikuti saya, My Prince." Langkah kaki ku mengikuti Kama, Bagaikan ekor yang memiliki jiwa tersendiri, disaat perjalanan pandangan ku tak henti-hentinya menatap sekeliling dengan penasaran, mengingat letak setiap ruangan di pikiranku dan sesekali bertanya kepada kama mengapa letak nya cukup.. aneh?

Setiap kerajaan memiliki struktur bangunan luar dan dalam nya sendiri, kecuali bagian tempat istirahat nya yang tak jauh berbeda, tetapi di kerajaan ini tempat istirahat dan taman bunga di campur jadi satu, ada juga gudang batu hasil tambang yang ditaruh dekat nya, bukannya itu tampak aneh?

Satu lagi, di perjalanan nya ke tempat sang pemimpin, berbagai lukisan ditaruh di atas seperti lampu, disini tidak ada dinding apakah mereka berpikir lukisan itu adalah hiasan atap? Tak pa jika ukuran nya pas tetapi mereka semua besar!, maksudku benar-benar bisa menempatkan di satu ruangan! selera orang zaman ini sangat menyeramkan.

Selang beberapa menit berjalan dengan mengorbankan sendi-sendi otot ku yang jarang keluar dari kamar mewah itu, mereka diberhentikan di depan sebuah pintu raksasa paling mencolok di sekitar nya dan memiliki aura suram di sekelilingnya, pintu tersebut berwarna merah dengan emas di pinggir nya, tetapi dihiasi corak-corak hitam bagaikan lambang iblis.

Aku menilai nya dalam sekali pandangan, tidak buruk tidak buruk! Ini bahkan lebih baik daripada lukisan atap, walaupun seperti ia akan mati kapan saja jika masuk di dalamnya, namun corak dan penempatan yang cukup sederhana tak masalah.

Kama membuka pintu tersebut dan mempersilahkan diriku masuk, dia (KAMA) berdiri di luar, aku mengontrol mimik dan perasaan gugup ku lalu mulai melangkah masuk, pintu raksasa itu perlahan tertutup meninggalkan dia.

Perasaan sesak menjanggal di diriku, apakah ini perasaan tubuh asli?, aku benci perasaan ini.. bagaikan anak mengharapkan kasih sayang yang telah dipendam hingga mencapai setumpuk gunung. Setiap langkah berat ku paksakan berjalan masuk, sensasi dan atmosfer sekitar sangat tidak mengenakkan untuk dipandang.

Aku menundukkan badan ku seperti bangsawan lainnya ketika menghadap raja,  jika seperti ini bukankah ia harus memberikan ucapan salam.. oke, cukup banyak novel yang telah ku baca tetapi salam di dunia sangat pendek dan mudah diingat dari buku novel lainnnya, "Hidup Sejahtera Sang pemimpin, Semoga Dewa Atlentise Mengkaruniai Anda" aku masih menundukkan kepalaku menunggu sang pemimpin berbicara, tapi mengapa dia hanya diam? Aku tidak salah kata, kan?

"Duduk lah" Perintah Sang pemimpin, suara berat bak pemimpin veteran tak kenal usia, kemudian dengan gerakan bisa dibilang elegan aku menduduki diri di sebuah sofa dekat dengan singgahsana sang pemimpin, hey sofa ini cukup nyaman juga..

' Ravael le Bialligue Portume '

Itulah nama sang pemimpin, Ia adalah pria dingin dan kejam, Semasa hidupnya ia tidak pernah tersenyum atau merasakan bahagia, walaupun ia menikah dengan mendiang istrinya yaitu ibu dari Arnal tetapi ia tidak pernah tersenyum ataupun bahagia.

Walaupun begitu, Sifat dingin dan kejam nya membuat menambah pesona ketampanan nya, pria dengan umur 31 tahun tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda tua nya, namun justru terlihat masih muda, ia memiliki paras yang menawan, dengan rahang yang tegas dan rambut merah panjang sepinggang, Alis tebal dan bibir tipis tak lupa juga dengan warna mata hitamnya, Sungguh beruntung mendiang ibu Arnal menikahi nya.

Cats Sa Psychí - Bl (on going)Where stories live. Discover now