9. Bahagia?

20 5 7
                                    


Alena bergerak gelisah di tempatnya duduk,Ia ingin meminta izin pada Ibunya,namun entah kenapa lidahnya mendadak kelu. Padahal hanya sekedar meminta izin,tapi kenapa susah sekali!? Lagi pula jika Farah tak mengizinkapun tak apa. Ia tak akan memaksa untuk tetap pergi

"Kak,Kaka kenapa dah? Dari tadi kaya cacing dikasih garem gitu sih?" Tanya Bunga heran

"Eum,gapapa."

"Kaka mau masuk neraka jalur bohong karna keseringan ditanya kenapa tapi jawab gapapa?"

Alena melotot menatap adiknya "Bunga,jangan semabarangan gitu ih kalo ngomong!"

Bunga tambah menakut-nakuti "Loh Aku beneran kak,emangnya kaka mau? Ih aku sih gamau ya." Bocah itu bergidik ngeri "Mendingan jujur deh Kak. Kayak Aku nih,jujur mengakui perasaan ke pak guru ganteng,hehe"

Alena mendengus. Seganteng apa sih sosok lelaki yang di idam-idamkan adiknya itu. Pasti satu hari sekali guru itu selalu muncul di ucapan adiknya

"Kamu bisa gak ga bawa-bawa guru Kamu yang katanya ganteng itu?"

Bunga menggeleng keras "Oh tentu tidak bisa. Mana bisa aku ngelupain setengah jiwa dan raga Aku"

Alena bergidik ngeri melihat tampang adiknya yang begitu percaya diri "Bunga! Kamu kakak bilangin Ibu loh ya!?"

"Eh jangan dong Kak! Kakak ga seru banget mainnya aduan kayak begitu! Kaya gapernah jatuh cinta aja?"

"Jatuh cinta pernah. Tapi gak sealay Kamu"

Tak menghiraukan ucapan sebelumnya,Bunga justru begitu tertarik dengan pengakuannya saat ini "Kakak pernah jatuh cinta?"

Alena menoleh sepenuhnya "P-pernah lah!"

"Oh ya? Kok ga pernah cerita ke Aku sih? Jahat banget!"

Alena menjadi panik,Ia memberi isyarat Bunga untuk diam "Ga sepenting itu kok. Lagian juga itu kayaknya cuma penasaran aja. Ga penting Bunga,ga perlu di bahas"

"Ya tap-

"Kalian berdua ngomongin apasih? Kayaknya seru banget Ibu denger dari luar?"

Farah masuk dengan senyum yang senantiasa tercetak di bibir perempuan paruh baya itu.

Senyumnya begitu menenangkan hati Alena. Ah dia sangat sayang pada Ibunya satu itu

"Bu,Aku boleh minta izin?"

Farah mendekat kearah putri pertamanya yang sedang duduk. Ia mengelus rambut Alena pelan dengan senyum yang senantiasa hinggap di bibir perempuan itu

"Mau izin apa?"

"Aku- Aku mau ke ulang tahun temenku nanti malam,boleh Bu? Aku perginya sama Bella. Tapi kalo ngga boleh juga gapapa kok Ak-

"Boleh ko"

Alena menatap Farah tak percaya,kedua matanya mengerjap beberapa kali memastikan ucapan yang baru saja lolos dari mulut Ibunya

"B-beneran Bu?"

"Iya,tapi jangan pulang terlalu malam ya? Kamu ingat kan kalo kita itu cuma numpang disini. Jadi apapun urusannya kita harus tetap hormatin yang punya rumah"

Alena mengangguk dengan senyum haru

"Makasih ya Bu udah izinin Alena. Aku juga bakal minta izin sama Bunda Kania nanti"

***

"Na? Kamu dari tadi beres-beres ga ada hentinya loh? Ga cape sayang?"

Alena tersenyum menampilkan deretan giginya kepada Kania. "Enggak kok Bun,biar cepet selesai juga hehe"

My majikan!Where stories live. Discover now