34

127 14 1
                                    

Bagas mengambilnya membuka kertas itu dengan sedikit kasar. Sebagaimana Ayudia yang terkejut sebelumnya, respon Bagas pun sama. Kertas itu bukan sebuah kertas biasa tapi sebuah foto.

Sebuah foto yang tentu saja tidak asing bagi Bagas. "Siapa ini?"

Siapa? Itu adalah kata yang terdengar lucu ditelinga Ayudia saat ini. Jelas sekali dalam foto itu terdapat Bagas dengan seorang wanita yang jelas bukan Ayudia, dengan posisi berciuman.

Jemari Bagas meremas foto tersebut, dia menggigit bibirnya gusar. "Ayudia, kamu dapat foto ini darimana?"

Ayudia masih menunduk, bahkan ia enggan menjawab pertanyaan dari Bagas.

"Ayudia." Bagas memanggil penuh penekanan tapi Ayudia masih tidak ingin merespon.

Bagas mengusap kasar wajahnya sambil menghela nafas berat. Sedangkan Ayudia menunduk dalam sambil menutupi wajahnya. Bagas dapat mendengar isakan keluar dari mulut istrinya.

"Ayudia-

"Kenapa bisa?" potong Ayudia dengan pertanyaan. "sejak kapan? Kamu, Laskara, sejak kapan?"

Kini Bagas yang enggan menjawab, atau lebih tepatnya bingung ingin menjawab apa. Tercetak jelas kegusaran di wajah Bagas saat ini.

"Jawab Bagas!"

"Sudah lama," jawab Bagas singkat.

"Ya lamanya sejak kapan?"

"Sejak....sebelum aku sukses seperti sekarang."

Ayudia menatap tidak percaya pada Bagas. Sebelum sukses? Bukankah itu sudah bertahun-tahun lalu.

"Tapi aku ga beneran cinta sama dia. Aku cuman... kamu tahu lah aku ngincer hartanya."

Ayudia menghela nafas pendek, masih dengan mimik tidak percayanya. "Berarti kalian udah lama ngelakuin itu dibelakang aku? Bahkan dibelakang suami Laskara yang notabennya sahabat kamu?"

"Ya emang kenapa? Toh, abis itu mereka mati."

Deg

Ayudia terdiam. Sejenak dia melupakan tentang kematian Laskara dan suaminya, Eko Saputra.

Kemudian Ayudia kembali melempar seutas foto yang sebelumnya masih berada di genggamannya. Bagas melihat foto tersebut. Ayudia berekspektasi Bagas akan tercengang kemudian berubah menjadi gusar, namun dia salah. Bagas tampak tenang melihat foto tersebut. Foto yang menampakkan dirinya sedang melayangkan kedua tangannya dileher seorang lelaki paruh baya.

"Kejahatan kamu terlihat jelas didalam foto itu. Gimana Bagaskara?"

"Biasa aja."

Biasa aja? Tidak, Ayudia tersenyum miring melihat raut gusar sedikit terlihat di wajah angkuh itu.

"Kamu ga takut? Jujur aku takut, karena aku juga ikut terlibat."

"Mereka itu udah gaada. Apa yang harus aku takuti?"

"Bukannya kamu cerdas? Kamu pikir siapa yang kirim foto itu? Siapa yang tahu perbuatan kita dimasa itu selain kita dan mereka?"

Bagas terdiam.

"Bagas....mungkin kita harus kembaliin semuanya. Toh, semakin hari aku ngerasa harta ini ga berguna."

"Kamu makan dari mana? Kamu punya perhiasan dan pakaian bagus dari mana? Bisa-bisanya kamu bilang harta ini ga berguna."

"Ya apa fungsi semua harta ini kalau kamu ga pernah bahagia-in keluarga kamu."

"Aku liat kalian cukup bahagia dengan harta ini."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SENJA DAN LANGIT Where stories live. Discover now