Bab 8

246 56 3
                                    

"Senja, pulang," ucap Senja, memasuki rumahnya.

Ayudia datang menghampiri dengan wajah bingung. "Kok mainnya sebentar?"

"Itu. Zeo ada acara sama keluarganya, jadi kita pulang."

Ayudia mengangguk. "Yaudah, kamu belum makan kan? Mama baru selesai masak, ayo makan siang dulu," ucap Ayudia, kembali ke dapur.

Senja mengikuti Ayudia dari belakang, menatap makanan yang tersaji diatas meja. Lagi, hanya makanan kesukaan Langit disana. Berbagai makanan yang dicampur dengan udang, yang benar saja Ayudia menyuruh Senja memakan udang. Senja, alergi udang.

Senja menghela nafas berat. "Mah, ini semua makanan ada udangnya?" tanya Senja.

Ayudia yang sedang mencuci tangan menoleh kebelakang. "Iya."

"Setidaknya sisain satu makanan yang gaada udangnya."

Ayudia menatap Senja dengan kerutan di dahinya. "Emang kenapa sih? Makan aja yang ada."

"Senja alergi udang kalau mama lupa," Senja menatap dingin sang ibu.

Ayudia terdiam sebentar, kemudian menatap tanya pada Senja. "Kamu alergi udang?"

Senja membuang muka, rasanya enggan menatap Ayudia. "Iya."

"Mama..

"Lupa," potong Senja cepat. "Sekarang Senja mau ke kamar aja."

Tanpa sengaja Senja dan Langit berpapasan di pintu dapur. Senja berjalan melewati Langit begitu saja, membuat Langit menatap heran.

Langit mengedikkan bahunya acuh, kembali berjalan memasuki dapur. Di dekat meja makan, Langit melihat Ayudia yang menatap kosong makanan di meja.

"Mah," panggil Langit, membuat Ayudia tersadar dari lamunannya.

"Ya?"

"Mama, kenapa?" tanya Langit, dibalas gelengan pelan.

"Ayo makan, mama udah masak makanan kesukaan kamu," ucap Ayudia, dengan senyum cerah.

***

Senja menubruk kan dirinya di kasur. Dia memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih, entah apa yang ada dipikiran Senja saat ini. Hal tersebut ia lakukan hingga beberapa menit sebelum akhirnya dia terlelap begitu saja.

***

Senja terbangun dari tidur ketika merasakan sakit di kepalanya. Dia bangkit duduk sambil memegangi kepalanya dengan wajah meringis. Senja membuka sedikit kelopak matanya, namun yang ia lihat buram dan gelap. Hanya sedikit cahaya remang di penglihatannya.

"Kepala gue sakit lagi," lirihnya.

Senja melirik jam yang berada di atas nakas. Sekarang sudah pukul 4 sore, ah Senja tidur terlalu lama. Berdiri, Senja berjalan pelan keluar kamar. Kakinya melangkah mendekati kamar kedua orang tuanya untuk mencari sang ibu.

Tok..tok

Tak ada jawaban. Senja kembali mengetuk pintu didepannya, namun masih tak ada jawaban. Akhirnya Senja memutuskan membuka pintu yang ternyata tak terkunci tersebut.

Kosong, tak ada siapapun didalamnya. Senja menutupnya kembali, kemudian menuruni tangga.

"Mah," panggil Senja, sedikit berteriak. "Langit."

Hening. Seperti tak ada siapapun dirumah sekarang. Merasa heran, Senja kembali menaiki tangga mendekati kamar saudara kembarnya. Setelah membuka pintu yang juga tak terkunci tersebut, Senja tak menemukan keberadaan Langit.

Senja menghela nafas berat ketika ia mulai sulit mengirup udara. Senja kembali ke kamarnya, tak lupa menutup pintu kamar Langit.

Sesampainya, Senja mengambil ponsel miliknya. Dia berniat untuk menelpon sang ibu.

SENJA DAN LANGIT Where stories live. Discover now