Bab 24

204 43 3
                                    

Senja memasuki rumahnya dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya, sebelumnya dia sempat melirik pada Langit yang belajar di ruang tamu.

Langit menatap Senja yang melongos begitu saja. Dia sedikit merasa aneh dengan itu, tapi mengingat hubungan mereka, bukankah sudah biasa?

Brak

Senja melempar tasnya begitu saja kemudian menubrukkan tubuhnya di kasur. Terdiam sebentar memandang langit-langit kamar sampai Senja merogoh kantung celana dan mengambil ponsel miliknya.

Tut...Tut

"Halo ba–

"–lo ini gimana sih motor ga diambil-ambil! Mau gue jual?"

"Janganlah, motor satu-satunya itu, bang..."

"Ya diambil dong."

"Ini juga mau gue ambil, bang."

"Yaudah kalau gitu. Sekalian bayar ya, numpang motor berbulan-bulan ga bayar."

Senja tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Maaf-maaf."

"Ya."

tut.

"Dih." Senja menatap kaget layar ponselnya ketika panggilan tersebut dimatikan sepihak oleh lawan bicaranya.

*
*
*

Ayudia keluar dari dapur sambil membawa kue pukis dan segelas susu hangat buatannya. Dia tersenyum melihat Langit yang fokus belajar.

"Sambil belajar enaknya ngemil kue buatan mama," ujar Ayudia, berjalan mendekati Langit dan menaruh kue dan susu tersebut dimeja.

Langit tersenyum tipis. "Makasih, mah."

Ayudia mengangguk sambil tersenyum. "Minggu depan ujian, persiapin yang baik ya nak. Jangan sampai papa mu marah karena nilai kamu turun."

"Iya, mah," jawab Langit, sambil mengangguk.

Senja yang keluar dan menuruni tangga mengambil perhatian keduanya. Langit dan Ayudia menatap heran pada Senja.

"Kamu mau kemana?" tanya Ayudia, membuat langkah Senja berhenti.

Senja menoleh. "Ada urusan."

Ayudia mengerutkan dahinya. "Urusan apa? Bukannya belajar yang benar sana. Kamu kan mau ujian minggu depan."

"Senja cuman ngambil motor dibengkel, mah. Setelah itu Senja juga belajar kok."

"Gaada, balik ke kamar dan belajar. Contoh dong adik kamu Langit. Dia udah rajin belajar dari sekarang."

Senja melirik Langit yang hanya diam seolah tidak menganggap ada keributan antara Senja dan Ayudia.

"Bentaran doang, mah. Lagi motornya buat Senja sekolah juga biar ga nebeng terus sama Yubin."

Setelah mengatakan itu, Senja melenggang keluar rumah dan mengabaikan panggilan Ayudia.

Ayudia berdecak, kesal. "Anak satu ini susah banget dibilangin."

"Udah, mah. Biarin aja sih, orang cuman ke bengkel sebentar," ujar Langit.

Ayudia menghela nafas.

*
*
*

Senja berdiri dipinggir jalan menunggu Gojek yang dia pesan beberapa saat lalu. Kejadian dirumah barusan terbayang dibenak Senja. Pertengkaran kecil yang seperti itu entah kenapa sekarang selalu menjadi beban pikiran untuk Senja. Rasanya jadi gelisah dan kecewa serta pikirannya dipenuhi hal-hal negatif yang bagi Senja sendiri itu tidak mungkin terjadi.

SENJA DAN LANGIT Donde viven las historias. Descúbrelo ahora