Bab 3

361 71 5
                                    

"Yubin, bangun."

"Geri, Zeo bangun..."

Yubin mengernyitkan dahinya saat merasakan sebuah tepukan dibahunya. Matanya yang terpejam kini perlahan membuka dan melihat bayangan wajah Senja.

"Yubin, bangun." ucap Senja

Yubin meregangkan otot tubuhnya, baru mendudukkan dirinya, diikuti oleh Geri dan Zeo yang juga terbangun. Yubin menatap Senja yang berjongkok di depannya. Setelah kesadarannya penuh, dia baru ingat kalau mereka sedang menunggu Senja selesai mengikuti Olimpiade.

"Udah selesai?" tanya Yubin dibalas anggukan kecil.

Yubin menatap jam tangannya yang menunjukan pukul 16.30.

"Kalian dari tadi tidur?" tanya Senja dibalas anggukan kepala Yubin.

"Gimana? Lancar? Susah ga soalnya? Terus Lo menang?" tanya Zeo berturut-turut.

Senja terkekeh kecil mendengarnya. "Syukurnya saat jawab soal gue lancar, walau ada soal yang bikin gue terkecoh. Soalnya susah-susah gampang. Kalau soal menang, nanti diumumin di IG masing-masing sekolah."

Ketiganya mengangguk mengerti. "Pulang yuk. Gue cape," ajak Senja

**

"Senja, pul–

"Hahaha anak mama emang pinter."

Senja terdiam menatap kedua orang tuanya yang tertawa bahagia bersama Langit. Mereka disana bercanda dan tertawa riang. Entah mengingat sedikit tentang Senja atau tidak.

"Soalnya susah?" tanya Bagas, ayah Senja dan Langit.

Langit menggeleng. "Gampang," jawab Langit membuat Bagas tersenyum bangga.

"Kamu memang anak papa," pujinya

Senja berjalan melewati mereka begitu saja, menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya. Dan tentu tak ada yang menyadarinya.

Dia melempar tas sekolahnya begitu saja dan merebahkan tubuhnya di kasur. Memandang langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Menghela nafas. Senja memejamkan mata membuat sebuah memori berkelana di pikirannya.

"Wah, bajunya bagus..."

Seorang anak kecil dengan mata bulatnya menatap penuh binar pada satu set pakaian yang disodorkan oleh sang ayah.

"Senja, suka?"

Senja mengangguk semangat. "Ini buat, Senja?"

Bagas mengangguk membuat senyum bahagia di wajah senja bertambah. Namun kemudian senyum itu sedikit luntur ketika tak mendapati stelan pakaian lain disana.

"Baju buat Langit mana?" tanya Senja

"Buat Senja aja dulu. Nanti Langit dibeliin kalau papa udah gajian lagi."

Senja memiringkan kepalanya dengan tatapan bertanya. Kemudian menoleh pada Langit yang bersembunyi dibalik dinding. Tatapan saudaranya itu begitu sayu.

"Ini buat Langit aja," ucap Senja tiba-tiba membuat sang ayah menatap penuh tanda tanya.

Setelahnya Senja berlari begitu saja menghampiri Langit yang masih setia bersembunyi dibalik dinding.

"Buat Langit." Senja menyodorkan pakaian itu dengan senyum manis. Langit memperhatikan pakaian dan Senja bergantian. "Buat aku?" tanyanya polos

Senja mengangguk. Senyum lebar terbit di wajah Langit. "Makasih, Senja."

SENJA DAN LANGIT Where stories live. Discover now